Caption:
Ilham Ahmad Kamil, Winda Enah, dan Putri Nabilah saat mengikuti kompetisi Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) 2022 di Korea Selatan.
SURABAYA, beritalima.com|
Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mempersembahkan prestasi membanggakan bagi almamater. Mereka adalah Putri Nabilah dari program studi Akuntansi, Ilham Ahmad Kamil dari program studi Teknologi Sains Data, dan Winda Aenah dari program studi Kebidanan.
Ketiganya berhasil meraih dua penghargaan yaitu Silver Prize KIWIE dan Tajikistan Award ‘National Center For Patent and Information’ Ministry of Economic Development and Trade of The Republic of Tajikistan dalam ajang 15th Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) 2022 pada Kamis-Sabtu (25-27/08/2022) di Seoul, Korea Selatan.
Putri menjelaskan bahwa Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) adalah platform yang mewadahi ide-ide kreatif wanita dan mendukung para inventor perempuan untuk tumbuh sebagai subjek ekonomi. Pada tahun 2022 ini, KIWIE berhasil memperoleh 305 penemuan, 168 dari Korea Selatan dan 137 dari 17 negara lainnya.
“Acara ini diharapkan dapat mengevaluasi teknologi, produk temuan, serta paten yang telah dikembangkan oleh perempuan di dalam dan luar negeri serta mengapresiasi mereka melalui penghargaan. Kegiatan ini juga menjadi ajang untuk mempromosikan hasil inovasi yang telah dikembangkan oleh para penemu perempuan,” ujar Awardee IISMA University of Twente 2021 itu.
Manfaatkan Minyak Atsiri
Pada kompetisi tersebut, mereka mengusung sebuah gagasan bernama BLAIR, produk yang terbuat dari bahan minyak sereh wangi atsiri. Mereka berkata bahwa ide tersebut muncul karena harga minyak atsiri mengalami penurunan harga setelah pandemi.
Oleh sebab itu, ketiganya memanfaatkan peluang tersebut untuk membuat produk ekonomi kreatif dari minyak sereh atsiri yang memiliki dampak untuk meningkatkan penghasilan para petani minyak atsiri serai wangi dengan mengolahnya menjadi produk aromaterapi.
Selanjutnya, Ilham menerangkan bahwa kompetisi KIWIE dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Pertama, mengirim formulir berupa abstrak mengenai deskripsi inovasi dan biodata peserta. Kedua, jika lolos pada tahap seleksi asbtrak, terdapat dua pilihan yakni mengikuti kompetisi secara daring atau luring. Ketiga yaitu mempresentasikan abstrak dan produk.
“Tim kami memutuskan untuk mengikuti lomba secara offline, melihat adanya kesempatan dan pembelajaran yang lebih dengan mengikuti secara langsung. Untuk pembiayaannya self-funded, tetapi kami dapat bantuan dari berbagai pihak dan instansi mulai dari fakultas, pihak swasta, dan juga Pusat Dana Sosial (PUSPAS) UNAIR,” terangnya.
Tak lupa, Winda menyampaikan beberapa pesan kepada seluruh mahasiswa yang ingin mengikuti kompetisi internasional. Pertama, mencari informasi perlombaan sebanyak mungkin dengan menggunakan media sosial. Kedua, mencari tahu minat dan hal yang dikuasai karena hal tersebut akan memberikan kemudahan untuk menentukan jenis perlombaan yang akan diikuti. Terakhir, kerja sama tim yang positif.
“Arti teamwork positif ini adalah dengan siapa tim kita? Apakah sefrekuensi? Jika jadi satu tim apakah dapat bekerjasama? Itulah yang perlu diketahui karena kebanyakan perlombaan dilakukan secara berkelompok sehingga yang namanya teamwork positif kita kompak dan saling mendukung,” pungkas Winda. (Yul)