SURABAYA, Beritalima.com-
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan efisiensi sumber daya manusia (SDM), tim sivitas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang bernama Tim Srikandi mengembangkan instrumen pemetaan kompetensi teknis pada jabatan fungsional umum tenaga kependidikan (tendik).
Hal ini guna menyelaraskan kompetensi tendik dengan standar kompetensi jabatan di sebuah instansi, terutama di ITS.
Inovasi yang dikembangkan oleh Tim Srikandi ini muncul karena masih adanya ketidaksesuaian kompetensi pegawai berdasarkan hasil uji kompetensi dengan standar kompetensi jabatan yang dituju.
Ketua Tim Srikandi Nur Layla ST mengungkapkan, sejauh ini pengukuran kompetensi pada setiap jabatan di ITS belum dilaksanakan secara terstruktur.
“Belum ada standar yang jelas pada pemetaan kompetensi sebelumnya,” tuturnya.
Bersama kedua rekannya yakni Yeni Febriani SPsi dan Novi Elyka Soundaque ST, Nur membuat suatu alat ukur atau instrumen berupa indikator-indikator pemetaan kompetensi jabatan.
Instrumen tersebut diadopsi dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
“Kami menyesuaikan poin-poinnya yang relevan dengan kondisi di ITS,” ujar Analis Organisasi dan Talenta Direktorat Sumber Daya Manusia dan Organisasi (SDMO) ITS tersebut.
Lebih lanjut, Nur menuturkan bahwa instrumen ini dirancang untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi tendik ke dalam tiga kategori utama yakni tidak mahir, mahir, dan sangat mahir.
Dengan adanya kategorisasi tersebut, hasil pemetaan memberikan gambaran yang spesifik tentang kemampuan teknis pegawai sebagai bahan pertimbangan pemangku jabatan.
Selain itu, juga membantu dalam menentukan langkah pengembangan kompetensi yang diperlukan.
Sebagai bagian dari proses pengembangan, Tim Srikandi melakukan uji coba instrumen ini pada jabatan fungsional umum seperti Pengadministrasi Umum, Teknisi Laboratorium, serta Teknisi Sarana dan Prasarana.
Proses uji coba melibatkan beberapa tahapan mulai dari seleksi administrasi, tes tulis, psikotes, hingga praktik teknis sesuai kebutuhan jabatan.
“Kami menerapkannya pada proses promosi internal di Direktorat SDMO ITS pada Maret 2024 lalu,” sebut Nur.
Ia pun mengungkapkan bahwa uji coba tersebut memperoleh capaian yang baik. Dilihat dari segi kualitas, persentase tendik yang menjalani uji kompetensi sesuai standar meningkat dari 44 persen menjadi 80 persen.
Tak hanya itu, inovasi ini juga berhasil menekan biaya pemetaan dari Rp 550 ribu menjadi Rp 50 ribu per orang dengan waktu pemetaan yang terpangkas dari tujuh hari menjadi tiga hari kerja saja.
Tidak hanya terbatas di Direktorat SDMO, Nur dan tim meyakini bahwa pengembangan instrumen ini juga dapat diterapkan pada seluruh jabatan fungsional di ITS.
Menurutnya, dibutuhkan konsistensi dan dukungan dari banyak pihak untuk dapat mengembangkan inovasi ini ke lingkup yang lebih besar.
“Semoga ke depannya Direktorat SDMO bisa melanjutkan lagi apa yang sudah diinisiasi oleh Tim Srikandi ini,” harapnya.
Inovasi ini pun selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 4 yakni tentang pendidikan berkualitas. Berpegang pada tujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan lewat optimalisasi kompetensi para tendik.
Inovasi ini juga mendukung upaya ITS akan keterbukaan informasi publik.
Berkat inovasi tersebut, Tim Srikandi ITS ini telah berhasil meraih medali platinum pada ajang Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional (TKMPN) 2024, awal Desember 2024 lalu.
Penghargaan ini menjadi bukti nyata atas kontribusi Nur dan tim dalam meningkatkan kualitas manajemen sumber daya manusia di ITS.(Yul)