JAKARTA, beritalima.com- Ukraina merupakan salah satu negara yang menghasilkan gandum cukup besar dan lebih dari 60 persen komponen ekspor Ukraina ke Indonesia berupa gandum. Sementara lebih dari 60% komponen ekspor Indonesia ke Ukraina berupa palm oil. Sehingga di bidang produk pertanian memang terdapat potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan.
Menurut Pengamat Militer Wibisono mengatakan bahwa sudah ada Kesepakatan yang dicapai oleh kedua negara terutama dalam bidang pertahanan. Kesepahaman kerja sama di bidang pertahanan tersebut tercakup ke dalam tiga bentuk kerjasama.
Lanjut Wibi, “Pertama, exchange kunjungan tentunya di kunjungan itu ada pertemuan-pertemuan. Yang kedua adalah kerja sama di bidang industri pertahanan dan logistik. Dan yang ketiga adalah pertukaran informasi di bidang pertahanan dan kemiliteran,” ujar Wibisono menanggapi pertanyaan awak media di Jakarta hari Senin (10/2/2020).
Selain itu, dalam konteks di luar bilateral, Ukraina menyatakan keinginannya untuk bergabung menjadi negara anggota Asia-Europe Meeting (ASEM).
Acuan sebagai anggota di dalam Asia-Europe Meeting ada kelompok dari Eropa, kemudian ada kelompok dari Asia. Jadi ada satu prosedur yang memang harus dilalui oleh Ukraina di dalam mengajukan diri sebagai anggota di dalam ASEM, dan semua ini masih dalam proses.
Sementara itu dalam pekan ini, Perusahaan senjata milik pemerintah Indonesia PT PINDAD menjalin kerjasama dengan salah satu pembuat kendaraan tempur (Ranpur) dari Ukraina, Practica, untuk menjadi pemain utama di industri pertahanan lokal dan global.
Penandatanganan kerjasama dilakukan Direktur Utama PINDAD Abraham Mose dengan Development Director Practica Yulia Vysotska disaksikan oleh Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono dan Duta Besar RI untuk Ukraina Armenia dan Georgia Yuddy Chrisnandi.
“Saya harapkan PINDAD serius melaksanakan rencananya untuk mampu membuat Ranpur dengan kualifikasi yang mampu bersaing di pasar global,” kata Wamenhan usai menyaksikan penandatanganan kerja sama di Kiev, Jumat (7/2/2020)
Wamenhan menambahkan bahwa dirinya akan mengawal implementasi dari kerja sama tersebut, karena ini bagian dari misi Presiden Jokowi agar industri pertahanan bisa memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara mandiri.
“Kerjasama Ranpur ini layak dikembangkan untuk kebutuhan alutsista tentara kita, tentunya alutsista kita akan beragam disamping buatan China, AS dan Rusia,menurut saya sah-sah aja,” kata Wibi.
Direktur Utama PINDAD Abraham Mose menambahkan ruang lingkup dari kerja sama dengan Practica dalam rangka produksi dan pengembangan bersama antara dua perusahaan berbagai jenis 4×4 kendaraan dan modernisasi kendaraan tempur yang akan didiskusikan kemudian.
Practika merupakan perusahaan industri pertahanan swasta dalam bidang kendaraan tempur di Ukraina yang berdiri pada tahun 1993.
Practika juga merupakan anggota pendiri League of Defense Companies di Ukraina – suatu organisasi yang menyatukan manufaktur industri pertahanan swasta di Ukraina.
“Sejak tahun 2014, Practika telah mengirimkan lebih dari 200 berbagai jenis kendaraan kepada konsumen di negaranya, seperti Armed Forces of Ukraine, National Guard of Ukraine, dan Border Guard Service of Ukraine,” pungkas Wibi. (Lili.)