Untuk meningkatkan kemampuan pengawaknya, Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (Karumkital) dr. Oepomo Lantamal V Surabaya Letkol Laut (K/W)dr. Trisna Rini, Sp. M., membuka acara pelatihan Kesehatan Tingkat I Basic lift support dan P3K bagi paramedis dan non medis yang dikuti 30 peserta di ruang rapat Rumkital dr. Oepomo Lantamal V jalan Laksda M. Nasir No 56 Tanjung Perak Surabaya, Kamis (20/9).
Karumkital dr. Oepomo Lantamal V Surabaya Letkol Laut (K/W)dr. Trisna Rini, Sp. M., pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa “edukasi dan pelatihan Basic Life Support tentang keselamatan, P3K, hingga kemampuan dasar yang benar saat menyelamatkan korban pada peristiwa kecelakaan.
Tindakan penyelamatan itu tak bisa dilakukan dengan cara sembarang. Jadi tidak bisa langsung menolong begitu saja tanpa memperhatikan cara yang benar agar tidak menambah penderitaan korban kecelakaan, bahkan bisa mempercepat kematiannya.
Dengan pelatihan tersebut, Karumkit berharap seluruh pegawai Rumkital dr. Oepomo Lantamal V bisa memahami dan mampu memberikan pertolongan tanpa menimbulkan trauma lain atau kematian (do no harm).
Setidaknya memberikan pertolongan pertama pada seseorang yang mengalami cedera atau kecelakaan.
Kemungkinan terburuknya, kondisi korban akan bertambah parah atau malah meninggal dunia, untuk itu melalui latihan kesehatan tingkat I Basic lift support dan P3K bagi paramedis dan non medis dirinya berharap kepada para peserta untuk bisa dan mampu melakukan prinsip-prinsip dasar Basic Life Support, mengetahui cara memberikan pertolongan pertama seperti Jika melihat korban terjadi pendarahan, segera hentikan pendarahan dengan cara diperban atau dibalut agar aliran darah terhenti.
Bagaimana mengangkat korban yang benar jika korban mengalami patah tulang. Bagaimana cara memberi nafas buatan jika korban pingsan sebelum pertolongan medis datang. Bagaimana cara membalut luka korban dengan benar supaya tidak terjadi pendarahan yang lebih parah.
Apabila melihat ada korban yang mengalami cidera, sebaiknya mencari bantuan orang lain atau panggil paramedis dan jangan melakukan pertolongan sendiri. Kemudian membawa korban dengan menggunakan kendaraan yang nyaman agar luka korban tidak semakin parah.
Selain itu, ada pula pertolongan pertama yang perlu diketahui. Di antaranya adalah sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), Critical Thinking pada Kedaruratan, Penanggulangan Shock, Pendarahan dan Fraktur, Penanggulangan Kedaruratan Nafas, Penanggulangan Kedaruratan Jantung. Bantuan Hidup Dasar (BHD), Estrikasi/Stabilisasi (Balut Bidai), dan Evakuasi Gadar (Transportasi). SPGDT merupakan pendekatan sistematis dalam penanggulangan penderita gawat darurat (GD) di tempat kejadian perkara (TKP) dan membawanya ke tempat pelayanan definitif/rumah sakit.
Penanggulangan di TKP meliputi cara meminta bantuan, mengontrol pendarahan, memasang balut atau bidai, hingga korban dibawa ke rumah sakit dengan transportasi yang memadai dan aman.
“Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau resusitasi jantung-paru Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) merupakan cara pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada pasien atau korban yang mengalami fungsi henti jantung-paru agar korban tetap hidup serta kerusakan otak dapat dicegah, sambil menunggu datangnya pertolongan medis.
“BHD merupakan teknis yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus, sehingga dapat dilakukan semua orang dengan hanya sedikit latihan, namun bila dilakukan dengan benar sangat besar manfaatnya bagi pasien atau korban dan dapat menyelamatkan jiwa”, pungkasnya.