SURABAYA, beritalima.com – Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Pemprov Jatim akan fokus menangani tiga bidang. Tiga hal tersebut yaitu penangulangan kemiskinan, pembangunan pertanian, dan pengembangan pariwisata.
Demikian disampaikan Wakil Gubernur Jatim Drs. H. Saifullah Yusuf saat menyampaikan paparannya pada acara peringatan HUT ke 8 kabarbisnis.com di Resto Nine, Jl. Mayjend Sungkono, Surabaya, Kamis (23/02).
Ia menjelaskan, fokus penanggulangan kemiskinan ialah dengan cara menaikkan kelas masyarakat miskin hingga 40%. Pemberian charity pada masyarakat miskin non produktif merupakan kewajiban pemerintah, sedangkan yang produktif diberdayakan melalui program tepat guna.
“Kesenjangan antar daerah memang masih tinggi di Jatim, misalnya perbedaan jumlah masyarakat miskin di Surabaya dengan di Kab. Pamekasan. Karenanya pemerintah harus membuat strategi yang tepat untuk mengatasi hal ini,” terang Gus Ipul sapaan akrab Wagub Jatim.
Dalam hal pembangunan pertanian, lanjutnya, akan dilakukan secara menyeluruh baik di sisi on farm maupun off farm. Menurutnya, pembangunan sektor pertanian juga menjadi solusi dalam mengatasi masalah kemiskinan. Karenanya pertanian tidak bisa dipandang remeh. Kedepan pertanian juga diusahakan agar bisa terkoneksi dengan industri olahan. “Ini penting agar hasil pertanian bisa memiliki nilai jual lebih, terlebih industri olahan juga akan menjadi salah satu andalan kita,” imbuhnya.
Sedangkan di bidang pariwisata, Ia mengaku Pemprov Jatim tengah mengembangkan destinasi-destinasi wisata baru khususnya wisata alam. Apalagi, pariwisata saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat mulai perkotaan hingga pedesaan. “Destinasi wisata ini terus kita kembangkan meskipun saat ini jumlahnya sudah cukup banyak di Jatim, karena sumbang sih pariwisata cukup besar terhadap pertumbuhan perekonomian,” urainya.
Dalam kesempatan sama, Gus Ipul menjelaskan, meskipun kondisi perekonomian melemah namun kegiatan ekonomi di Jatim masih berjalan positif. Bahkan konsumsi masyarakat cenderung meningkat. Selain itu, kelompok kelas menengah di Jatim jumlahnya juga bertambah atau meningkat 16% selama empat tahun terakhir. “Keadaan ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi para pengusaha,” katanya.
Lebih lanjut disampaikan, kinerja perdagangan antar pulau di Jatim tahun 2016 surplus Rp. 100,56 trilyun. Nilai ini meningkat tajam atas adanya Kantor Perwakilan Dagang di 24 provinsi di Indonesia. Meskipun nilai eskpor impor ke luar negeri di Jatim mengalami penurunan. Masalah ini juga dipengaruhi sisi logistik yang masih mahal, dicontohkan ongkos angkut dari Singapura menjadi lebih murah dibanding dari Makasar.
“Karenanya kami tengah menginventarisir masalah ini. Disamping itu kedepan diusahakan saat berangkat maupun pulang kapal juga tetap bisa membawa barang, sehingga ongkosnya lebih murah,” terangnya. (**)