PADANG – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. (H.C.) Doni Monardo mengawali kegiatan kunjungan kerja hari kedua di ‘Bumi Minangkabau’ dengan meninjau pesisir Pantai Padang, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (15/4).
Bersama Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah dan Wali Kota Padang Hendri Septa, Doni kembali menginjakkan kaki di tempat di mana dulu dia pernah menghabiskan masa muda saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk sekadar bersenda gurau.
Selayang pandang mengingat apa saja yang dikenang, Doni kemudian mengaku miris. Wajah pesisir Pantai Padang itu telah banyak berubah. Menurutnya, garis pantai yang menjadi andalan wisata di Kota Padang itu semakin terkikis oleh abrasi laut.
“Dulu waktu saya SMP dan SMA ini adalah tempat bermain kami. Masih ada puluhan meter pantainya, sekarang habis sama sekali.
Sudah juga dipasang juga batu grip ke arah laut, tapi ternyata habis setelah 30 tahun,” kenang Doni.
Lantas melalui kehadirannya kembali ke Pantai Padang itu, Doni ingin memastikan bahwa lokasi wisata populer di Kota Padang mendapatkan perhatian serius sehingga aman dari potensi ancaman abrasi laut dan bencana gempabumi yang dapat memicu gelombang tsunami dari Samudera Hindia.
Kombinasi Infrastruktur dan Vegetasi
Dalam peninjauan singkat itu, Doni juga melihat bahwa pembangunan sabuk garis pantai atau sea wall yang merupakan bantuan dari Pemerintah Pusat melalui BNPB sudah terlaksana dengan baik.
Adapun ke depannya, Doni berharap agar penahan abrasi dan tsunami itu juga dikombinasikan dengan infrastruktur lain berbasis vegetasi alami.
“Sea wall yang baru kita saksikan ini adalah bantuan dari Pemerintah Pusat melalui BNPB atas usulan dari Kota Padang dan Pemerintah Sumatera Barat. Kita harapkan tanggul penahan ini berhenti di sini saja,” terang Doni.
Dalam hal ini, Doni meminta agar Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Kota Padang dapat membuat regulasi yang mengatur tentang ekosistem berkelanjutan. Dia meminta agar penanaman vegetasi sebagai benteng alami tidak berhenti sebagai kegiatan seremoni saja.
“Peraturan yang bisa membangun ekosistem secara kontinyu secara berlanjut. Tidak bisa hanya menanam lantas dibiarkan,” kata Doni.
Lebih lanjut, Doni juga meminta agar kawasan pesisir barat wilayah Sumatera Barat itu dapat ditanami beberapa jenis pohon yang memiliki manfaat sebagai peneduh dan mampu mereduksi ancaman abrasi dan tsunami.
Adapun tanaman seperti Pinago atau Nyamplung, Waru, Ketapang, Cemara Udang dan Beringin menjadi pilihan yang direkomendasikan Doni kepada Pemerintah Daerah Sumatera Barat.
“Seluruh kawasan pesisir barat wilayah Sumatera Barat ini bisa ditanami dengan vegetasi yang punya kekuatan yang baik,” jelas Doni.
Doni menyakini apabila kombinasi infrastruktur itu dapat dilaksanakan dengan baik, maka dapat menyelamatkan generasi muda di masa yang akan datang.
“Kalau ini bisa dikembangan secara bertahap berlanjut, maka kita bisa menyelamatkan generasi yang akan datang,” jelas Doni.
Pada kesempatan yang sama, Doni meminta seluruh komponen baik mulai pemerintah, masyarakat hingga tokoh adat agar bersama-sama memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga, merawat dan melestarikan apa yang sudah dimulai untuk mitigasi dan mengurangi risiko bencana alam.
“Agar bersedia merawat yang ada di sepanjang pantai. Jangan ditebang jangan dirusak. Semakin banyak tanaman di pantai akan membuat pantai tahan abrasi dan bertambah pasirnya,” pungkas Doni.
Usai melakukan peninjauan di Pantai Padang, Doni juga menyempatkan diri melihat hasil pembangunan sea wall yang berada di samping Masjid Al-Hakim dan dilanjutkan menuju Painan untuk melaksanakan Rapat Koordinasi bersama Bupati Pesisir Selatan dan jajarannya.