Tips Sembuhkan Trauma Perselingkuhan

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com|
Perselingkuhan menjadi sebuah perilaku pelanggaran komitmen terhadap pasangan, baik itu pacar maupun suami/istri. Dalam pemaknaannya, perselingkuhan tidak hanya dikaitkan dengan aktivitas seksual, namun mencakup aktivitas ketidakjujuran maupun penyelewengan terhadap pasangan.

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Nurul Hartini MKes menyebutkan, seberapapun kecil tindakan ketidaksetiaan yang dilakukan, dapat menyebabkan dampak psikologis kepada pasangan yang diselingkuhi.

“Setiap kejadian yang tidak diinginkan dapat menimbulkan situasi stres yang secara psikologis tidak sehat. Namun sekali lagi bila dikatakan traumatis, maka kita harus mengaitkannya terhadap kualitas dan kuantitas kejadian,” sebutnya.

Strategi Coping Atasi Trauma

Untuk mengatasi kondisi-kondisi yang tidak diharapkan, Prof Nurul menyarankan untuk melakukan evaluasi diri sendiri. Setelahnya, strategi coping dapat dilakukan secara efektif. Coping merupakan respons pikiran dan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi konflik yang muncul akibat kejadian tersebut.

Dukungan sosial dari orang-orang terdekat juga sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan emosional.

“Jika merasa belum membaik, maka dibutuhkan penanganan yang lebih profesional, jadi disarankan untuk melakukan konsultasi ke psikolog,” sebut dosen dengan kepakaran di bidang konseling dan psikologi keluarga itu.

Penyebab Perselingkuhan

Banyak alasan mengapa seseorang berselingkuh, mulai dari fisik, finansial, psikologis bahkan budaya.

“Ada beberapa kelompok yang justru menganggap perselingkuhan merupakan sebuah peningkatan harga diri, sehingga perselingkuhan menjadi hal-hal yang ditoleransi meski melanggar nilai dan norma,” jelasnya.

Banyaknya penyebab perselingkuhan, tidak memastikan seluruh hubungan romantis pasti berujung pada ketidaksetiaan tersebut. Perselingkuhan tidak akan terjadi bila kedua pihak dapat saling menjaga komitmen.

“Definisi selingkuh sendiri merupakan pelanggaran komitmen. Sehingga dibutuhkan komitmen antara keduanya. Jangan melakukan perilaku-perilaku berisiko melanggar komitmen. Salah satunya adalah dengan menjalin relasi yang tidak wajar, yang mengarah pada kedekatan-kedekatan tertentu dengan lawan jenis,” sebut guru besar bidang psikologi klinis dan kesehatan mental tersebut.

Memegang Komitmen

Prof Nurul menyarankan untuk selalu menjadi pribadi yang teguh dalam memegang komitmen, utamanya pada hubungan yang telah diresmikan oleh ikatan suci.

“Sekali kita melanggar, pastinya akan sangat sulit membangun kembali kepercayaan pasangan. Untuk itu jagalah komitmen pernikahan Anda agar kita dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang tidak kita ciderai dengan hal-hal yang negatif,” imbaunya. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait