(Source: unsplash.com)
Masalah ‘organ intim kewanitaan’ biasanya menjadi topik yang tabu di masyarakat. Kebanyakan dari perempuan Indonesia menghindari untuk membahas hal – hal semacam itu. Dari survey yang dilakukan penulis kepada 48 wanita dengan umur 18 – 25 tahun menunjukkan 43,8% responden menjawab tidak pernah mendapat edukasi terkait pengetahuan tersebut. Akibatnya mereka lebih percaya mitos – mitos yang belum terbukti kebenarannya, seperti mitos tidak boleh menggunting kuku saat menstruasi, mencuci area kewanitaan lebih baik dengan sabun, dan mitos lainnya yang sudah turun-temurun di masyarakat.
Berikut kita bahas tentang mitos-mitos terpopuler di Indonesia.
Mitos #1: Tidak boleh banyak beraktivitas saat menstruasi
Berhenti menggunakan menstruasi sebagai alasan untuk tidak beraktifitas dan bermalas-malasan sepanjang hari. Menurut Pamela Kurey MD, seorang obstrician-gynecologist di Chester Country Hospital menyatakan “Olahraga dapat membantu meredakan gejala terkait menstruasi. Kegiatan tersebut mampu membuat anda merasa lebih baik, lebih berkonsentrasi, dan lebih bersemangat, bahkan olahraga mampu meredakan nyeri seperti kram, nyeri punggung, dan sakit kepala.
Mitos #2: Lebih baik membasuh kewanitaan dengan sabun
Mencuci vagina itu tidak salah. Namun jika mencuci dengan sabun itu adalah tindakan yang kurang tepat, karena akan berakibat bakteri baik mati. Berdasarkan saran yang di berikan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) melansir dari alodokter.com mencuci vagina dengan pembersih yang mengandung sabun tentunya tidak rutin setiap hari, seperlunya saja, cuci area kewanitaan hanya bagian luar saja, dan pastikan vagina benar-benar kering, agar kesamaannya kembali stabil. Sama dengan tubuh dan wajah, vagina memiliki kondisi kulit yang membutuhkan perlakuan yang berbeda. Khusus organ intim, baiknya kita pakai sabun dengan pH rendah, yakni 3,5 – 4,5, dan hanya bahan yang mengandung povidone-iodine.
Mitos #3: Tidak ada acara spesifik untuk membasuh area kewanitaan
Membersihkan area intim tersebut tidak boleh sembarang karena terdapat cara khusus seperti membasuh dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Hal ini dilakukan untuk mencegaj bakteri yang ada pada anus menyebar ke area kewanitaan dan saluran kemih, dan tidak lupa untuk selalu mengeringkan daerah kewanitaan sebelum mengenakan celana dalam.
Mitos #4: Lebih baik mencukur habis rambut vagina
Keberadaan rambut vagina itu memiliki tujuannya sendiri, mereka berfungsi menjaga area kewanitaan dari debu, bacteria, virus, mikroorganisme yang menyebabkan penyakit untuk masuk. Keputusan untuk menghilangkan satu-satunya pelindung di area kewanitaan akan menyebabkan efek samping. Rambut vagina atau pubic hair ini memiliki banyak manfaat seperti yang di katakan oleh Dr. Emily Gibson, MD, melansir dari Marie Claire, bahwa “Rambut vagina yang dicukur habis akan menyebabkan iritasi, infeksi pada akar rambut vagina, ruam pada kulit, dan meninggalkan luka terbuka yang akan menjadi jalan masuknya mikroorganisme penyebab berbagai penyakit”.
Mitos #5: Tidak boleh keramas saat menstruasi
Larangan untuk keramas saat menstruasi beredar dengan mudahnya di masyarakat, Sekalipun ingin keramas lebih baik menggunakan air hangat daripada air dingin karena pori-pori kepala sedang terbuka. Menyangkut paut-kan hal yang berbeda menjadi satu mitos itu sangat berbahaya, Dr.Sita Ayu Arumi, Sp.OG dari RS Bunda Jakarta menuturkan bahwa pori-pori di kulit kepala akan terbuka ketika membutuhkan penguapan seperti berkeringat. Keramas bertujuan untuk menghilangkan kotoran, debu dan minyak, serta bekas keringat yang menempel di rambut kulit kepala. Karena itu, meski sedang haid, Anda tetap harus keramas secara rutin.
Mitos #6: Minum soda memperlancar menstruasi
Minuman soda pelancar haid sebenarnya adalah mitos. Penyebab utamanya adalah kandungan kafein yang tinggi dalam minuman soda atau minuman berkarbonasi dapat memperburuk gejala haid, seperti kram perut, perut kembung, sakit kepala, dan lainnya, yang Anda alami. Alih-alih memperlancar menstruasi, mengonsumsi minuman dengan kadar gula tinggi seperti minuman ber-soda menyebabkan seseorang mendapatkan mestruasi lebih cepat dari pada biasanya.
Mitos #7: Tidak boleh menggunting kuku atau menggunting rambut saat menstruasi
Mitos ini muncul dikalangan perempuan di Indonesia yang diadaptasi dari pemahaman tentang hokum potong kuku atau rambut di islam bagi yang akan berqurban. Namun hukum ini tidak sama dengan perempuan yang sedang haid, belum ada dalil yang jelas menyebutkan bahwa perempuan dilarang potong kuku atau rambut. Memotong kuku dan rambut adalah bagian dari kebersihan diri dan dapat dilakukan kapan saja, termasuk pada saat menstruasi.
Mitos #8: Dilarang makan daging dan ikan saat menstruasi
Mitos ini justru berakibat buruk bagi kesehatan perempuan yang memerlukan nutrisi, khususnya zat besi ketika menstruasi. Perbanyak asupan makanan dengan kandungan gizi dan protein yang tinggi pada saat menstruasi, seperti sayuran, ikan, telur dan daging.
Mitos #9: Minuman dingin memperlambat menstruasi
Fakta sebenarnya berkata bahwa siklus menstruasi wanita diatur dan dipengaruhi oleh keseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh. Keseimbangan kedua hormon tersebut sangat dipengaruhi oleh kesehatan fisik dan psikologis. Minuman dingin tidak memengaruhi keseimbangan hormon pada wanita dan tidak memengaruhi siklus menstruasi, baik memperlancar maupun menghambat menstruasi.
Mitos #10: Berenang bisa memperlambat menstruasi
Secara medis tak ada larangan ketika sedang menstruasi untuk berenang. Mungkin darah menstruasi tidak mengalir sebanyak itu, tetapi tidak benar-benar berhenti. Sebaliknya, Anda mungkin mengalami penurunan aliran karena tekanan air. Haid Anda masih terjadi; itu hanya tidak mengalir keluar dari tubuh Anda dengan kecepatan yang sama. Dengan kata lain anda masih harus menggunakan pad penjaga seperti pembalut, menstrual cup, tampon, dll. Jika pembalut serta pakaian renang yang kita pakai tidak memicu iritasi, maka silahkan berenang.
Itulah 6 Mitos yang paling popular di Indonesia. Mitos – mitos tersebut ternyata tidak terbukti kebenarannya. Lalu apakah kita masih mau percaya dengan mitos-mitos tersebut?