MADIUN, beritalima.com- Inflasi menurunkan daya beli masyarakat. Tak heran, upaya penekanan kenaikan harga komoditi ini wajib terus ditekan. Apalagi, inflasi kerap terjadi menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Untuk itu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Madiun menggelar rapat koordinasi terkait itu, dh ruang 13 Balaikota, Selasa 15 Mei 2018.
Walikota Madiun, H. Sugeng Rismiyanto, mengatakan, antisipasi ini diharapkan dapat menekan harga berbagai komoditi utama dibawah harga eceran terendah (HET).
‘’Berdasarkan laporan BPS (Badan Pusat Statistik), sampai April 2018 ini bisa diasumsikan kondisi stabil dan harga bahan pokok cenderung menurun. Namun, ada beberapa komoditas yang masih berkontribusi memberikan sumbangan nilai inflasi. Ini wajib segera diantisipasi,’’ kata H. Sugeng Rismiyanto.
Pemkot Madiun, imbuhnya, terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak. Salah satunya, dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) setempat terkait ketersediaan bahan makanan pokok ini.
Penjabat Sekretaris Daerah Kota Madiun, Rusdiyanto, mengatakan, Inflasi merupakan tolak ukur perkembangan suatu daerah.
‘’Menjelang Ramadan harga kebutuhan masyarakat khususnya kebutuhan pokok seringkali meningkat. Ini cukup berkontribusi terhadap inflasi,’’ kata Rusdiyanto.
Sebagai informasi selama April 2018 lalu, inflasi di Kota Madiun berdasarkan month to month (MTM) meningkat 0,22 persen dibanding bulan sebelumnya. Berdasarkan year to date (YTD) inflasi di Kota Madiun sebesar 1,11 persen. Acuan penghitungannya dimulai Desember 2017. Sedang, inflasi tahunan (YOY) mengalami peningkatan 3,26 persen.
‘’Angka inflasi di April 2018 ini lebih rendah dibanding bulan yang sama tiga tahun kebelakang,’’ sahut Elsa Diah Pitaloka, dari perwakilan Bank Indonesia Kediri.
Begitupun juga core inflasi atau inflasi komponen inti 2018 ini masih cukup bagus. Elsa menyebut masih dibawah kendali rata-rata tiga tahun terakhir. Yakni berkisar 0,14 persen. Sedang, rata-rata tiga tahun terakhir sebesar 0,19 persen.
‘’Bensin dan rokok penyumbang kenaikan terbesar. Ini karena terdapat kenaikan harga pertamax per 24 Maret 2018 lalu yang berdampak di April dan seterusnya,’’ katanya sembari menyebut kenaikan harga rokok karena adanya penyesuaian tarif pita cukai rokok tahun ini sebesar 10,04 persen.
Bawang merah, lanjutnya, juga penyumbang terbesar inflasi April 2018 lalu. Bawang merah mengalami kenaikan 17,90 persen. Ini menyumbang inflasi 0,069 persen. Bensin mengalami kenaikan 1,35 persen, daging ayam ras mengalami kenaikan sebesar 3,46 persen, rokok mengalami kenaikan sebesai 1,66 persen. Gula pasir, pepaya, telur ayam ras, nangka muda, rokok kretek, dan air kemasan juga menyumbang kenaikan inflasi.
‘’Beras, cabai rawit, batu bata, wortel, susu kalsium, obat dengan resep, semen, daging sapi dan mie kering malah menjadi penghambat kenaikan inflasi,’’ tambah Elsa.
Elsa mengemukakan capaian inflasi kumulatif (YTD) Kota Madiun tertinggi kedua di Jawa Timur setelah Kota Malang. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus agar capaian inflasi pada akhir tahun 2018 terjaga pada rentang sasaran inflasi nasional diangka 3,5 persen plus 1 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Djoko Raharto, menyebutkan, TPID berupaya memantau ketersediaan bahan pokok dengan melaksanakan operasi pasar murni (OPM).
“Sosialisasi juga genjar dilakukan. Salah satunya dengan penayangan iklan layanan masyarakat (ILM) serta penyampaian informasi dan himbauan kepada masyarakat agar berbelanja secara wajar melalui press conference maupun talkshow diberbagai media,” terangnya. (Diskominfo).