KUPANG, beritalima.com – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT meraih penghargaan sebagai TPID Terbaik se-Kawasan Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Penghargaan diserahkan langsung Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) saat kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPID, Rabu (26/7) di Jakarta.
Rakornas TPID merupakan kegiatan rapat tahunan yang diselenggarakan oleh Pokjanas TPID yakni Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, dan Bank Indonesia.
Rapat dipimpin langsung oleh Presiden RI dan dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia, jajaran Menteri serta seluruh Kepala Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota) seluruh Indonesia. Rakornas bertujuan untuk memperkuat sinergi dan sinkronisasi kebijakan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam upaya pengendalian harga.
Pada tahun ini Rakornas TPID mengangkat tema “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Mewujudkan Stabilitas Harga dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkualitas”.
Dalam sambutannya Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan, ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi menjadi tantangan pengendalian inflasi pada tahun-tahun mendatang, sehingga perdagangan antar daerah dan penggunaan teknologi dalam pemasaran menjadi hal yang penting untuk dapat dikembangkan.
Menteri Koordinator Perkonomian, Darmin Nasution menambahkan bahwa inflasi yang terkendali pada tahun-tahun terakhir, memiliki efek positif lainnya yakni turunnya angka kemiskinan, angka ketimpangan dan
pengangguran.
Presiden Jokowi menyampaikan apresiasi kepada seluruh jajaran anggota TPID di daerah yang telah mampu mengendalikan inflasi sehingga dapat terjaga dibawah 4% selama 3 tahun terakhir.
Presiden juga mengimbau agar koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat terus ditingkatkan. Bersamaan dengan kegiatan Rakornas, Presiden juga memberikan penghargaan kepada daerah-daerah yang telah melaksanakan kegiatan pengendalian inflasi dengan baik sehingga mampu menjaga stabilitas harga.
Tahun ini penghargaan diberikan kepada daerah-daerah sebagai berikut:
TPID Terbaik (Provinsi):
Kawasan Sumatera : TPID Sumatera Utara
Kawasan Jawa, Bali : TPID Jawa Tengah
Kawasan Kalimantan : TPID Kalimantan Barat
Kawasan Sulawesi : TPID Sulawesi Utara
Kawasan Nusra, Maluku, Papua : TPID Nusa Tenggara Timur
TPID Terbaik (Kab/Kota)
Kawasan Sumatera : TPID Kota Padang
Kawasan Jawa, Bali : TPID Kota Kediri
Kawasan Kalimantan : TPID Kota Samarinda
Kawasan Sulawesi : TPID Kota Makassar
Kawasan Nusra, Maluku, Papua : TPID Kota Ternate
TPID Berprestasi (Kab/Kota)
Kawasan Sumatera : TPID Kabupaten Deli Serdang
Kawasan Jawa, Bali : TPID Kabupaten Bangli
Kawasan Kalimantan : TPID Kabupaten Banjar
Kawasan Sulawesi : TPID Kota Bitung
Kawasan Nusra, Maluku, Papua : TPID Kabupaten Manggarai Timur
Keberhasilan mendapat penghargaan ini merupakan buah Inflasi sepanjang tahun 2017 di Provinsi NTT yang terjaga pada level 2,00% (yoy) dan menjadi inflasi terendah dalam 17 tahun terakhir. Capaian tersebut juga lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,61% (yoy).
Terkendalinya harga bahan makanan terutama sayur-sayuran (sawi putih) dan bumbu-bumbuan (cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih) karena produktivitas dan distribusinya terjaga, menjadi penyebab utama rendahnya inflasi di tahun 2017.
Salah satu highlight respon tanggap TPID adalah pelaksanaan Operasi Pasar Cabai pada awal 2017 lalu, guna menekan harga cabai yang sempat menyentuh Rp 120.000/kg.
Satgas Pengendalian Cabai Rawit yang didukung APBD Provinsi senilai Rp100 juta mendatangkan cabai dari Sumba (klaster binaan Bank Indonesia), Timor dan Flores (Kab. Ngada) sebanyak 1 Ton untuk operasi pasar dengan harga Rp 60.000/kg di Kota Kupang. (harga pasar di NTT/Kota Kupang Rp 120.000/kg).
Dampaknya Inflasi cabai turun dari 58% (month to month-mtm) pada Januari 2017 menjadi – 6,01% (mtm) pada Februari 2017.
Selain meraih penghargaan TPID Terbaik tingkat Provinsi, penghargaan juga diperoleh TPID
Kabupaten Manggarai Timur sebagai TPID Berprestasi. Penghargaan ini diberikan kepada daerah Non IHK (tidak diukur inflasi oleh BPS), yang mampu secara aktif melaksanakan kegiatan pengendalian inflasi di daerahnya. Dan Kabupaten Manggarai Timur telah secara baik mendokumentasikan kegiatannya.
Pada Kategori TPID Terbaik tingkat Kab/Kota, Kota Kupang juga menjadi salah satu nominator penerima penghargaan. Namun untuk tahun ini, penghargaan dimenangkan oleh TPID Kota Ternate.
Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Naek Tigor Sinaga, sebagai Wakil Ketua TPID Provinsi NTT yang juga turut hadir pada Rakornas sampaikan, keberhasilan TPID Provinsi NTT ini merupakan buah sinergi dari seluruh anggota TPID NTT yang tejaga sangat baik, sehingga mampu diterjemahkan menjadi program dan langkah aksi yang nyata di lapangan.
“Langkah aksi ini pada akhirnya mampu mengatasi berbagai permasalahan pasokan, harga dan distribusi sehingga inflasi dapat ditekan dan daya beli masyarakat tetap terjaga,” ungkapnya.
Tigor juga berpesan, penghargaan ini hendaknya dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi seluruh anggota TPID agar dapat bekerja lebih baik lagi ke depannya, tidak hanya pada lingkup Provinsi, namun juga pada tingkat Kabupaten/Kota.
“Ke depan semoga prestasi tahun ini terus terjaga dan bahkan ditambah dengan prestasi dari TPID Kabupaten/Kota lainnya di NTT,” harapnya.
Tigor menyatakan, pelaksanaan pengendalian inflasi tahun ini tetap harus berjalan dengan baik seiring adanya potensi inflasi pada volatile food dan administered prices yang dipengaruhi oleh Kenaikan Harga BBM, Momen Hari Besar Keagaamaan, dan masih tingginya ketergantungan Provinsi NTT terhadap daerah lain dalam pasokan bahan makanan.
Komoditas volatile food yang perlu menjadi fokus perhatian TPID diantaranya beras, bawang merah, bawang putih, cabai merah, kangkung, daging dan telur ayam ras. Oleh sebab itu, dia berharap komitmen bersama berlandaskan roadmap pengendalian inflasi Provinsi NTT yang tertuang dalam 7 langkah aksi yang telah disepakati dalam High Level Meeting (HLM) TPID se Provinsi NTT pada bulan April dapat dijalankan dengan maksimal. (L. Ng. Mbuhang)