Tradisi Terbangan Carok Banyuwangi Masih Lestari di Tengah Modernisasi

  • Whatsapp
Foto: Terbangan Banyuwangi saat menghibur diacara maulid nabi Muhammad Saw di dusun Krajan Desa Tampo.(Doc,Rony)

BANYUWANGI,Beritalima.com – Kesenian terbangan carok kembali jadi sorotan masyarakat Banyuwangi. Tradisi yang lahir dari komunitas Osing ini bukan hanya pertunjukan musik rebana dengan bunyi keras dan kencang, tetapi juga sarat dengan nilai budaya dan religius.

Di sejumlah daerah Banyuwangi, terbangan carok kerap diasakan setelah kirab bareng sesama kelompok nah itu disebut terbang carok khas Osing.

Bacaan Lainnya

Foto: Terbangan carok digelar diacar maulid nabi Muhammad Saw, di Dusun Krajan Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi.(Doc,Rony)

Ciri khasnya terletak pada dentuman keras, pukulan berirama cepat. Alat musik tradisional, seperti terbang jidor kecil besar, gong, kempul. Sedangkan kendang, perkusi, kempul dan biola, menjadi pengiring yang membuat suasana begitu hidup.

Ketua kegiatan keagamaan di Desa Tampo, Handoko Kusumo, menyebut kesenian ini patut dirawat.

“Terbangan carok ini unik, karena selain menghibur, ia menjadi media syiar dan perekat sosial masyarakat. Kemeriahan Maulid Nabi di Tampo Krajan juga terasa berbeda saat kesenian ini hadir, karena suara terbangan yang keras mampu membangkitkan semangat jamaah,” ujarnya.

Menariknya, istilah “carok” di Banyuwangi memiliki dua wajah. Dalam konteks kesenian, terbangan carok merujuk pada pertunjukan dua bahkan lebih kelompok yang ditabuh bersamaan tetapi masih tidak meninggalkan irama tempo yang masih bisa di dengar.

Sejumlah catatan sejarah bahkan pernah memberitakan kasus carok di Banyuwangi yang dilatarbelakangi perselisihan pribadi maupun sosial. Namun, dalam seni terbangan, istilah “carok” justru bermakna positif, yakni permainan terbangan mirip rebana yang keras, cepat, dan atraktif.

Foto: Terbang caruk tradisi suku Osing.(Doc,Rony)

Masyarakat Banyuwangi, khususnya suku Osing, masih melestarikan terbangan carok hingga kini. Bahkan di beberapa peringatan keagamaan seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, maupun acara hajatan, kesenian ini hampir tidak pernah absen.

Handoko Kusumo menegaskan, generasi muda perlu diperkenalkan dengan tradisi tersebut.

“Kalau tidak dijaga, lama-lama kesenian ini bisa hilang tergerus zaman. Padahal di dalamnya selain lagu-lagu daerah ada doa, ada shalawat, ada semangat kebersamaan yang sangat penting untuk kita wariskan,” jelasnya.

Tradisi terbangan carok pun terus mendapat tempat di hati masyarakat Banyuwangi. Di tengah gempuran musik modern, dentuman terbangan khas Osing ini tetap menjadi identitas budaya yang sarat makna.(Rony//B5)

beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait