Surabaya, beritalima.com – Permata Bank baru-baru ini menggelar Wealth Wisdom 2025 di Surabaya, Jawa Timur, yang menghadirkan sesi Wealth Class bertajuk “Seizing Growth: Wealth Strategies for a Changing Economy”. Dalam sesi ini, Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank, dan Antony Dirga, CEO Trimegah Asset Management, membagikan wawasan mengenai perkembangan dinamika ekonomi global maupun domestik sekaligus strategi pengelolaan kekayaan dan peluang investasi di tengah ketidakpastian.
Dalam paparannya, Josua Pardede membuka dengan menyoroti beberapa faktor eksternal utama yang memengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia. Faktor tersebut meliputi perlambatan ekonomi Tiongkok (slower-for-longer) di tengah perang dagang Amerika Serikat, serta kebijakan perdagangan AS yang cenderung proteksionis di bawah kepemimpinan Donald Trump. Selain itu, konflik geopolitik yang berkepanjangan di Timur Tengah, Eropa, hingga Asia Pasifik juga turut meningkatkan ketidakpastian ekonomi Indonesia.
“Meski menghadapi tekanan eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 masih diproyeksikan stabil di kisaran 5%, relatif lebih baik dibandingkan tren perlambatan di banyak negara lain. Dengan inflasi yang cenderung terkendali, diperkirakan ruang penurunan suku bunga Bank Indonesia terbuka pada paruh kedua tahun ini. Di tengah ketidakpastian global, investor perlu menjaga keseimbangan portofolio dengan mengombinasikan aset berisiko dan aset aman. Diversifikasi adalah strategi penting untuk meminimalkan risiko sekaligus mempertahankan potensi imbal hasil,” Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank.
Pulau Jawa sendiri masih menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional dengan porsi hampir 57% dari PDB. Di antara provinsi di Jawa, Jawa Timur tumbuh 5,24% (yoy) pada kuartal II 2025, lebih tinggi dari rata-rata nasional (5,12%), meski sedikit di bawah rata-rata Pulau Jawa (5,23%). Kota Surabaya tercatat menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di Jawa Timur, disusul Sidoarjo dan Pasuruan, dengan sektor manufaktur dan perdagangan sebagai pendorong utama.
Sementara itu, Antony Dirga turut menjelaskan implikasi kondisi pasar Indonesia kepada para nasbaah Permata Bank di Surabaya. Termasuk peluang pada obligasi pemerintah dengan yield menarik, potensi rebound saham (JCI) yang valuasinya relatif murah, serta tantangan dari volatilitas pasar dan ketidakpastian global. Ia juga menyampaikan strategi investasi yang perlu ditempuh, serta fokus pada tren jangka panjang seperti transformasi digital, transisi energi, dan pertumbuhan domestik.
“Meski pasar Indonesia belum merasakan sepenuhnya dampak pelemahan dolar AS, prospek jangka menengah tetap positif dengan valuasi saham yang relatif murah dan yield obligasi yang kompetitif. Investor global saat ini banyak mengamankan posisi di emas sebagai aset aman, tetapi justru ini menjadi momentum untuk melihat peluang di Indonesia. Strategi investasi yang terdiversifikasi antara saham, obligasi, dan aset defensif akan menjadi kunci menghadapi ketidakpastian,” ujar Antony.
Diskusi ini menggarisbawahi bahwa membangun kekayaan yang tangguh memerlukan perpaduan antara strategi keuangan yang terukur, pemahaman pasar yang mendalam, dan ketahanan mental. Melalui Wealth Wisdom 2025 bertema “Resilient Wealth, Confident Future”, Permata Bank berupaya memberikan pengetahuan dan wawasan yang relevan agar nasabah dapat membuat keputusan investasi yang cerdas dan berkelanjutan.
Pada kelas tematik dan sesi panel dalam Wealth Wisdom ke-11 ini, nasabah diajak menggali strategi manajemen kekayaan, perencanaan warisan, hingga menjaga keseimbangan antara finansial dan kesehatan bersama pakar dan praktisi lintas sektor. Mitra strategis Permata Bank juga turut berbagi insight dalam menghadapi dinamika ekonomi global, manajemen investasi, kesehatan, dan pengembangan diri.

