PADANG – Musik melayu merupakan salah satu khazanah seni di Tanahair. Pada era 70-an dan 80-an, sebelum musik Eropa dan Amerika melakukan penetrasi terhadap musik di Tanahair, banyak bermunculan penyanyi, dan grup musik sukses dan melegenda dengan mengusung musik melayu.
Dari keinginan untuk melestarikan seni tradisi yang dimiliki daerah mereka, para generasimuda dari Sorek, Pelalawan, Provinsi Riau yang tergabung dalam grup musik Tuah Akustik, merilis cover lagu Ana Uhibbuka Fillah pada hari Selasa, 1 Januari 2019 di kanal YouTube Diatunes.
“Lagu Ana Uhibbuka Fillah yang dipopularkan oleh Aci Cahaya merupakan lagu yang menyentuh hati, lirik lagunya juga sangat ringan dan mudah dinikmati oleh siapa saja. Lagu ini juga merupakan lagu yang memberikan rangsangan positif bagi generasimuda. Karena cerita dari lirik lagu ini sendiri seperti mengajarkan kepada anak muda, tentang bagaimana menjaga rasa kagum agar tidak berlebihan, dan tetap menjaga nilai moral,” kata Eci Safitri, vokalis Tuah Akustik saat kami wawancarai, Selasa 1/1/2019.
Eci juga mengatakan, “Aci Cahaya adalah penulis dan penyanyi yang merupakan orang melayu asli. Lewat lagu Ana Uhibbuka Fillah karyanya ini, kami ingin mengangkat genre musik melayu Riau, dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang mencintai budayanya sendiri. Kami juga ingin mengenalkan tradisi khususnya Melayu kepada masyarakat secara lebih luas, terutama pada anak muda. Sebab, tradisi itu terus berkembang mengikuti zaman. Tuah Akustik ingin generasimuda selalu peduli pada budayanya.”
Lebih lanjut Eci mengatakan bahwa Tuah Akustik memiliki 8 orang personel, namun saat ini yang aktif 5 orang; Eci Safitri Yanti (vokal), Muhamma Ikhlas Nasution (gitari), Arif Suhada (bass), Aulia Fadliatul Azhar (akordion), dan Lutfi Andri (kajon), karena ada yang melanjutkan kuliah di kota lain. Tuah Akustik terbentuk berawal karena para personel bertemu di satu yayasan pendidikan, Islam Al – Qasimiyah Sorek Satu. Dipelopori oleh niat almarhum guru musik mereka, Hardi Tuah. Namun, sebelum terwujud beliau sudah dipanggil yang Maha Kuasa. Yang mengetahui niat ini adalah partner kerjanya, Nurfauziah, yang juga merupakan guru seni di Yayasan Al – Qasimiyah. Membentuk Tuah Akustik ini juga untuk melanjutkan semangat dari alm. Hardi Tuah.
Tuah Akustik saat ini melalukan latihan dan proses kreatif di Yayasan Pendidikan Islam Al – Qasimiyah, yang beralamat di Jalan Amaliah, Kelurahan Sorek Satu, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Pada situasi tertentu latihannya di kediaman guru seni mereka Nurfauziah, yang saat ini telah menjadi sanggar seni.
Menurut Eci, nama Tuah Akustik diambil dari nama belakang alm. Hardi Tuah. Tuah artinya pesan. Seiring dengan karya-karya lagu yang dilahirkan juga sarat dengan pesan inspiratif dan memotivasi. Selain itu, kata tuah juga bermakna kejayaan. Kami berharap Tuah Akustik ini kelak bisa berjaya dengan lagu-lagu yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, norma dan etika, serta adat istiadat.
Pada kesempatan yang sama, Nurfaziah juga mengatakan, “Tuah Akustik mengharapkan perhatian dari pemerintah daerah, agar aktivitas kami ini mendapatkan dukungan. Festifal musik jarang ada di daerah kami, sehingga generasimuda tidak punya tempat untuk menyalurkan bakat seni musik mereka. Anak-anak muda di daerah, juga ingin seperti generasimuda di kota. Mereka juga ingin ikut berperan dalam mengeksplorasi seni dan budaya melayu, warisan leluhur mereka. (Fadhli)