MALTENG,beritaLima.com,- Bupati Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) Tuasikal Abua menyebut budaya pukul sapu lidi yang dilakukan masyarakat dua Negeri di wilayah Jazirah Leihitu Kabupaten Malteng yakni Negeri Mamala dan Negeri Morela merupakan sebuah bentuk potret kehidupan para leluhur Negeri Hausihu Morela di jaman dulu sekaligus mengenang perjuangan Kapitan Telukabessy di Benteng Kapahaha Tanah Jazirah Leihitu
“Bagi saya, potret dan refleksi yang dilakoni dalam pesta budaya ini memperlihatkan jati diri sebagai masyarakat yang memiliki kesadaran dalam membangun peradaban, suka bekerja keras, rela berkorban, memiliki jiwa dan semangat Masohi (Gotong Royong), kebersamaan, kekeluargaan, serta persatuan dan kesatuan hidup sebagai orang basudara,”kata Bupati Abua saat membacakan isi sambutan di Negeri Morela. Minggu (2/7/2017).
Kata Bupati, sebagai umat yang Islam, sudah seharusnya patut bersyukur karena melalui perayaan tujuh syawal 1438 H/2017 M, ini telah menjadi warisan budaya leluhur yang telah terpelihara secara turun temurun oleh masyarakat dua negeri basudara pada Negeri Mamala dan Negeri Morela ini, sehingga setiap tahun melalui kegiatan pementasan adat ini pukul sapu lidi telah mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat kedua Negeri dan Maluku secara umun dalam mempererat hubungan silaturahmi, keikhlasan, kebersamaan, serta persatuan dan kesatuan kita sebagai warga bangsa yang religius dalam keberagaman.
Selain itu, mengingat kegiatan ini sudah dijadikan sebagai agenda tahunan dan dikemas sebagai bagian dari industri pariwisata sehingga terbukti mendatangkan manfaat bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di Bumi Maluku ini.
Karena setidaknya manfaat serta makna religius dan kultural dari Pesta Budaya Atraksi Pukul Sapu Lidi yang dilaksanakan setiap tahun seperti yang dilakukan di hari ini antara lain Pertama, merupakan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh seluruh masyarakat di Morela atas kemenangan besar setelah berhasil menunaikan ibadah puasa ramadhan, yang dilanjutkan dengan puasa sunat selama enam hari di awal bulan Syawal.
Kemudian sebagai ungkapan syukur atas khasiat Minyak Kelapa hasil ramuan yang diwariskan para leluhur sesuai petunjuk wahyu sang Ilahi yang ternyata sangat mujarab untuk pengobatan. Ketiga, sebagai umat Islam, kita semua kembali diingatkan untuk selalu bersyukur akan kebesaran Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena apa yang akan kita saksikan dalam pesta budaya ini bukan sekedar bermakna atraktif karena memiliki daya tarik tersendiri.
“Namun hikmah terpenting justru terkandung di balik peran para leluhur Negeri Morela di jaman dulu oleh karena di dalamnya dijumpai nilai-nilai berharga yang tetap relevan dan cocok diterapkan dalam era globalisasi saat ini, seperti nilai-nilai kerja sama, rela berkorban, persatuan dan kesatuan, toleransi, harmoni sosial, dan silaturahmi sebagai sesama orang basudara,”terang Bupati.
Sehingga dalam konteks kebersamaan dan persaaudaraan itu, para leluhur dan pejuang di jaman dulu telah membuktikan kepada kita semua bahwa mereka mampu menciptakan kehidupan yang nukun, aman, damai, tenteram, toleran serta memiliki semangat dan tekad mewujudkan persatuan dan olehnya itu, warisan nilai-nilai kehidupan universal yang ditampilkan dan diwariskan kepada kita semua hingga saat ini sudah sepantasnya terus kita lestarikan.
“Karena nilai-nilai tersebut tetap relevan dan dibutuhkan oleh kita semua sebagai modal sosial yang amat berharga di masa sekarang maupun masa yang akan datang untuk kepentingan pembangunan, kedamaian hidup dan kesejahteraan bersama,”jelas Abua.
Atas dasar itulah, Sambung Abua, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, akan terus mendukung kegiatan ini sebagai upaya melestarikan budaya dan adat istiadat serta nilai-nilai patriotisme dan nllai-nilai agama untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan pembangunan di negeri dan daerah serta pembangunan nasional. (Jossy)