Tudingan Mau Ambil Kepemimpinan Demokrat, Pengamat: Dari Gestur, Ada Yang Ditutupi Moeldoko

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga menilai, Jenderal Purnawirawan TNI Moeldoko tampak reaktif dalam merespon tudingan beberapa pihak terhadap dirinya yang dituduh bakal mengambil Partai Demokrat secara paksa melalui Kongres Luar Biasa (KLB).

Dilihat dari gestur Moeldoko saat temu media, ungkap pengamat ini ketika bincang-bincang dengan Beritalima.com di Jakarta, Selasa (2/2) siang, terlihat tidak rileks. “Wajahnya tampak sangat serius, sehingga mengesankan tidak siap dalam memberi pernyataan pers,” kata pengamat yang akrab disapa Jamil tersebut.

Jamil, bapak dari dua putra tersebut mengatakan, Moeldoko juga terlihat tidak menatap kamera seperti lazimnya orang menyampaikan keterangan pers melalui media layar kaca. Dia lebih banyak menunduk, tanpa menatap ke arah kamera.

Pada umumnya, orang dengan gestur seperti tersebut, dirinya sedang menyembunyikan sesuatu. “Tentu yang paling tahu apa sesungguhnya yang dia pikirkan, tentu Moeldoko lah yang mengetahuinya,” jelas pengajar Isu dan Krisis Manajemen, Metode Penelitian Komunikasi dan Riset Kehumasan tersebut.

Namun, lanjut Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial Politik (Fikom) IISIP 1996-1999 dalam temu media itu, Moeldoko berulang menyebut dirinya jenderal dan menuding Ketua Umum Partai Demokrat hasil Konres V di Balai Sidang Senayan, Jakarta, tahun lalu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) jangan bawa perasaan (baper). Padahal, AYH tidak pernah menyebut nama Moeldoko dalam kasus adanya dugaan kudeta terhadap Ketua Umum partai berlambang ‘Bintang Mercy’ ini.

Tentu saja, lanjut Jamil, kalau dilihat pangkat yang pernah disandang, AHY saat masih aktif di TNI AD tentu jauh dibangdingkan seorang Jenderal dengan jabatan terakhir Panglima TNI, Moeldoko. Begitu juga dilihat dari segi senioritas.

Meski demikian, papar dia, dalam politik bukan berarti pangkat yang lebih tinggi dan senioritas akan selalu lebih baik dan terhormat. Seperti yang dikemukakan SBY, kalau tidak bisa menjadi the good jangan menjadi the ugly.

“Jadi, dari gestur yang diperlihatkan Moeldoko dalam temu media tersebut memberi kesan Kepala Staf Presiden (KSP) tersebut tampak sangat tidak siap menjawab sejumlah tudingan terhadap dirinya yang dilontarkan para loyalis Partai Demokrat,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait