beritalima.com – Suara lugas dari moderator menghentakkan seisi ruang. Para pendengar duduk dengan tertib, mendengarkan beberapa patah kata yang mengiringi pembukaan acara. Dibantu oleh beberapa panitia berpakaian hitam, seluruh rangkaian acara diatur sedemikian rupa khusus untuk seluruh penyandang tunanetra yang hadir.
Organisasi, salah satu hasrat manusia untuk membentuk suatu lingkungan sosial. Di dasari oleh tujuan yang sama dari sesama anggota, kelompok itu lantas bergerak sesuai dengan keinginan bersama melalui proses musyawarah. Setiap pengambilan langkah adalah keputusan yang terekam jejaknya.
Tidak terkecuali para penyandang tunanetra di bilangan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dikumpulkan dalam “Musyawarah Cabang ke-4 Persatuan Tunanetra Indonesia”, pemilihan ketua Dewan Pengurus Cabang Persatuan Tunanetra Indonesia (DPC Pertuni) digelar pada Ruang Bahari lantai 14 Gedung Walikota Jakarta Utara. Satu per satu peserta musyawarah dipanggil oleh panitia untuk memberikan suaranya melalui kertas kuning, kemudian ditusuk menggunakan alat khusus sebagai media menulis penyandang tunanetra. Kubus dilapisi karton emas telah disiapkan panitia untuk menampung seluruh suara.
Setelah pengumpulan suara telah usai, agenda selanjutnya adalah perhitungan suara. Seorang nama disebutkan oleh panitia sebagai peraih suara terbanyak, namun dia mengundurkan diri karena belum siap memegang jabatan ketua DPC. Nama kedua disebutkan, namun mengundurkan diri juga dengan alasan yang sama. Akhirnya, orang yang disebutkan ke tiga kali bersedia diangkat.
Palu telah diketuk 3 kali. Ketua DPC Pertuni Jakarta Utara resmi terpilih. Seluruh audience bersorak-sorai menanggapi acara pemilihan ketua DPC pada Musyawarah Cabang ke-4 resmi berakhir. Semua orang yang berada dalam ruang pemilihan memberi selamat kepada ketua DPC baru. Riuh baru terhenti 10 menit kemudian.
Basuki, orang yang terpilih menjadi DPC Pertuni Jakarta Utara pada Musyawarah Cabang ke-4 mengaku senang mendapatkan kepercayaan dari teman-teman tunanetra lain. Namun, Basuki juga mengutarakan kesedihannya ketika sadar bahwa umurnya sudah 43 tahun saat terpilih menjadi DPC Pertuni Jakarta Utara. Dengan demikian, Basuki akan berusia 48 tahun ketika lengser, jika sesuai dengan masa jabatan yang berlaku. Basuki berasumsi kalau di usia hampir 50 tahun bukan lagi masa produktif, terlebih bagi penyandang tunanetra.
Berkumpul dengan teman-teman tunanetra lain adalah hal yang paling disukai Basuki dalam organisasi Pertuni. Mengobrol, bercanda, dan melakukan serangkaian kegiatan konyol membuat hati Basuki menjadi riang. Terlebih jika dapat berdiskusi secara langsung dengan wali kota Jakarta Utara, pasti sangat menyenangkan.
Selaku kordinator lapangan Musyawarah Cabang ke-4, Rofifah mengatakan bahwa pembelajaran secara langsung mengenai disabilitas merupakan cara belajar terbaik, terlebih Rofifah sedang menempuh bangku perkuliahan jurusan pendidikan luar biasa di salah satu kampus negeri di Jakarta. Selain itu, tergabung dalam suatu komunitas pemerhati difabel juga menjadi salah satu cara ampuh, menurutnya.
Disabilitas bukanlah alasan untuk membuat sekat pemisah. Manusia harus bisa berjalan seiring bersama, melewati setiap hambatan yang terbentang luas.
Feature Oleh : Rifqi Aufal Sutisna (Politeknik Negeri Jakarta)