Data BPS menunjukan hasil produksi padi (padi sawah dan padi ladang) di SBB tahun 2014 mencapai 6.423 ton, apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2013 sebesar 9.049,64 ton turun sekitar 29,02 persen. Produksi padi tahun 2014 mengalami penurunan disebabkan oleh menurunnya produktivitas padi sawah. Ujar calon Bupati SBB yang dikenal dengan sapaan TUNTAS.
Ia menilai, Produksi padi sebesar 6.423 ton 2014 tersebut belum menjadi angka yang aman untuk memenuhi kebutuhan penduduk SBB sebanyak 180.256 ribu jiwa dan masyarakat Maluku pada umumnya. Dengan jumlah penduduk SBB 180.256 ribu jiwa dan bila menggunakan tingkat konsumsi rata-rata nasional 124 kg beras/kapita/tahun, maka diperlukan stok beras sejumlah 22.351 ton/tahun. Bila pemerintah kabupaten SBB tetap menggunakan luas lahan panen yang ada jelas produksinya tidak akan cukup.
Berdasarkan kajian SHT Center, untuk memproduksi beras sebanyak 22.351 ton/tahun perlu kebijakan pencetakan lahan sawah baru, yaitu sebesar 1500 ha, dengan tentu mengadopsi varietas unggul baru contohnya varietas IPB 3S yang produktivitasnya mencapai 8,5 ton/ha GKG, lebih tinggi 3 ton dari rata-rata beras biasa yang ditanam yaitu 4-5 ton/hektar GKG. Maka secara otomatis akan terjadi penambahan produksi sebesar 12.750 ton. Produksi beras ini apabila ditambah dengan luas lahan panen yang sudah lama digunakan oleh petani 1324 hektar maka produksi padi akan mencapai 11.254 ton GKG, artinya secara keseluruhan total produksi padi di SBB dapat meningkat tajam sebesar 24.000 ton GKG/tahun. Upaya ini akan mendorong terwujudnya ketahanan pangan di SBB dan kedaulatan pangan nasional.
SHT dan Petrus yang dikenal dengan sapaan TUNTAS akan bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi dan badan litbang pertanian untuk mengadopsi varietas unggulan dan penerapan teknologi peningkatan produktivitas padi yang sudah terbukti secara ilmiah dan beradaptasi baik terhadap keragaman agro-ekologi sawah pelu disebarluaskan kepada petani di SBB.
Dalam closing statement SHT mengatakan bahwa kunci utama ketahanan pangan dapat dicapai melalui kebijakan berbagai terobosan dari hulu sampai hilir. Kebijakan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi yang didukung dengan sarana produksi, perbaikan jaringan irigasi, aksesibilatas jalan yang rusak untuk lahan baru atau yang sudah lama dikerjakan masyarakat. Memperkuat kapasitas daerah, kelembagaan lokal dan kelembagaan petani. Meningkatkan kedaulatan petani atas benih melalui bank benih unggul. Mengembangkan teknologi yang berkarakter tepat guna dan padat karya, sehingga dapat menyerap tenaga kerja setempat. Tanpa dukungan itu maka kegiatan pertanian pangan menjadi usaha yang mahal dan beresiko.
Hal senada juga dikatakan oleh calon wakil Bupati Petrus Isack Suripatty bahwa petani merupakan pihak paling depan dalam peningkatan produksi, karena pada akhirnya yang melakukan proses penanaman padi adalah petani. Program yang tidak berorientasi petani, dan tidak memuliakan petani kemungkinan besar gagal atau tidak berkelanjutan.
Petrus Isack Suripatty menambahkan struktur umur petani sudah tua yaitu 60,8% diatas 45 tahun dengan 73,97 % sampai hanya tingkat SD, hal tersebut membuat adopsi terhadap inovasi, dan kapasitas menerapkan teknologi sangat rendah, yang selanjutnya berpengaruh terhadap produktivtas. Untuk itu diseminasi teknologi dan pendampingan petani penyuluhan perlu dilakukan, untuk menjamin keberlanjutan penerapan dan keberdayaan petani, pendekatan penyuluhan harus bersifat partisipatif yakni dengan melakukan sinergitas antara dinas terkait yaitu dinas pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Badan Litbang pertanian, Kementerian Desa dan Perguruan Tinggi.
Dalam upaya mewujudkan swasembada beras tersebut sangatlah penting bagi pasangan TUNTAS dan semua elemen masyarakat SBB untuk melakukan reorientasi paradigma dan strategi pembangunan yang dapat mendukung penguatan sektor pertanian, yang masih menjadi tumpuan hidup mayoritas masyarakat SBB. Pemelihan Bupati 2017 merupakan momentum sangat penting dalam menentukan perjalanan SBB kedepan.
Pasangan TUNTAS yang diusung oleh partai Golkar, partai Gerindra, PKB, PPP, dan PBB memiliki visi dan keberpihakan kepada sektor pertanian terutama menjadikan SBB sebagai lumbung pangan dan sekaligus menjadikan SBB sebagai dapur Maluku untuk menyediakan pangan bagi Indonesia, “Ujar Petrus Isack Suripatty. (Jossye)