Oleh Vidiana Lihayati
Semua orang tidak akan tahu nasib mereka kedepannya. Tidak tahu jalan takdirnya. Tak terkecuali aku. Aku tidak tahu akan menjadi korban keretakan dalam suatu keluarga. Sayangnya, aku tidak bisa menghentikan kejadian itu. Aku terlalu menerima keputusan ego kedua orang tuaku.
Perceraian orang tua tentunya menjadi luka mendalam bagi setiap anaknya. Perempuan ataupun lelaki, baik masih kecil ataupun sudah dewasa tidak akan siap harus kehilangan orang tercinta. Namun, kita dituntut untuk memilih tinggal bersama ibu atau ayah. Bahkan yang sering terjadi kita juga dihasut untuk membenci salah satu pihak keluarga.
Hal yang membuat semakin menyesakkan dada ketika anak mengetahui perceraian dari hasil mencari tahu sendiri, bukan dari lisan orang tuanya. Saat itu, aku masih duduk di kelas 2 SMP atau berusia sekitar 14 tahun. Di hari Minggu, aku membantu membersihkan barang-barang di lemari. Aku sesekali membaca berkas file sambil mengelap.
Ada satu buah stopmap yang membuatku penasaran dengan isinya. Aku duduk perlahan dan mulai membuka. Alangkah terkejutnya, sebuah kertas yang aku pegang ternyata akta cerai kedua orang tuaku. Aku segera lari menemui nenek. Nenek membenarkan hal tersebut.
Memang sejak kecil aku sudah dititpkan kepada nenek dan kakek. Tetapi aku baru tahu kalau orang tuaku sudah pisah semenjak aku SD. Selama ini, aku hanya mengetahui mereka bekerja keras di ibukota untuk menghidupi keluarganya di kampung.
Mendengar itu semua, rasanya aku sangat terpukul. Aku ingin ke Jakarta mencari mereka, namun nenek tetap menahanku. Lambat laun aku menerima semuanya. Meskipun aku harus berbohong kepada teman-temanku. Aku harus menutupi keberadaan kedua orang tua yang tidak pernah menanyakan aku. Senyum dalam keadaan pahit memang sulit.
Perasaan yang timbul susah dijelaskan. Mengapa orang tua tidak memposisikan sebagai anak yang akan ditinggalkan. Mengapa mereka tidak bisa rujuk untuk kebahagiaan anaknya. Rasa kecewa, marah, sedih, malu yang akhirnya didapatkan oleh anak tak bersalah.
Anak kecil mungkin mudah ditipu dan tentu belum memahami apa yang terjadi. Akan tetapi, pasti terasa berbeda suasana rumah tiap waktunya. Seperti ayah yang jarang terlihat di rumah atau ibu yang sering muram. Apabila anak berusia dewasa kemungkinan akan peka atas perceraian yang terjadi, tetapi rasanya sudah malas menghalangi dan terlihat tidak peduli.