Kota Bima NTB, beritalima.com
Rombongan Pejabat dan ulama Kabupaten Bima beberapa waktu lalu melaksanakan kunjungan silaturrahim sekaligus studi banding di Pondok Pesantren LDII Wali Barokah Kediri dan Pondok Pesantren LDII Gading Mangu Jombang Jawa Timur. Kunjungan ini dalam rangka memantau secara langsung kegiatan LDII dan berbagai kajian yang menjadi landasan LDII serta proses pencetakan Para Da’I di LDII. Adapun rombongan yang ikut hadir dalam kunjungan tersebut adalah Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bima, Ust.Drs.H.Ramli Ahmad,M.AP (Pimpinan Pondok Al Husainy Kota Bima), Sahrul Ahmad,S.Ag,MH (Kasubag AK Bagian Kesra Setda Kabupaten Bima), Syekh Fathurrahman,S.Ag,MH (Sekretaris FKUB Kabupaten Bima), Drs. Mahmud, SH (Tokoh NU), Ust. Jabir (Pimpinan Ponpes Al Madinah Sila), Ust. Sutarman, SE, Ust. Muhdar, H.Abdul Salam, Ir. Abdullah Karim,M.Si (Ketua DPW LDII NTB), Much Dachlan, SH (Ketua DPD LDII Kabupaten Bima, dan Humas LDII.
Sebelum melakukan kunjungan studi banding di 2 Pondok LDII tersebut, rombongan diterima resmi oleh Ketua DPW LDII Jawa Timur, Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc di Kantor DPW LDII Gayungan Surabaya, keesokan harinya, rombongan menuju Ponpes LDII Wali Barokah Kediri. Kehadiran rombongan disambut hangat oleh Ketua Ponpes Wali barokah KH. Soenarto, M, Si dan didampingi jajarannya. Pada kesempatan kali ini KH. Soenarto mengajak para rombongan kabupaten Bima mengelilingi Ponpes Wali Barokah. Diantaranya mengunjungi perpustakaan Majelis Taujih Wal Irsyad yang selama ini sebagai tempat rujukan dan kajian para Ulama LDII lengkap dengan Al Hadits Kutubussittah dan hadits besar lainnya. Di perpustakaan Majelis Taujih Wal Irsyad, Syeikh Abdul Aziz Ridwan memaparkan kurikulum dan manajemen pembinaan ponpes Wali Barokah di hadapan para rombongan. “Kami membentuk para dai dengan mengajari mereka tentang basis Islam. Mencetak dai pemula cukup dua tahun tanpa harus menunggu puluhan tahun. Kalau ditunda, ibarat sebuah perahu yang akan tenggelam,” tutur Syeikh Abdul Aziz Ridwan.
Melihat kemegahan dan segala aktifitas kegiatan di dalam Ponpes Wali Barokah H. Saleh Karim memuji suasana pondok yang riuh dengan aktifitas santri-santrinya yang begitu tertib dan disiplin. Dari hal terkecil, sandal santri yang tertata rapi di latar masjid, santri berjalan dengan tertib, pakaian santri yang rapi sesuai syariat dan lingkungan yang bersih. Di perpustakaan Majelis Taujih Wal Irsyad, Syeikh Abdul Aziz Ridwan memaparkan kurikulum dan manajemen pembinaan ponpes Wali Barokah di hadapan para rombongan. Setelah menyimak paparan kurikulum ponpes Wali Barokah, Kasubag Kesra Agama dan Kebudayaan Kabupaten Bima Syahrul Achmad, S. Ag, M. Hum terkagum-kagum. Menurutnya, apa yang dipaparkan pengurus Ponpes Wali Barokah yang diajarkan santrinya selama dua tahun ini sama seperti materi kuliahnya S1 selama empat tahun di salah satu Universitas di Makassar. Yang berbeda, Selama empat tahun kami tidak mendapatkan ilmu dasar-dasar agama Islam. “Kami (para rombongan) di sini melihat secara nyata, ternyata informasi tentang LDII yang katanya sesat ternyata tidak sama seperti yang saya terima. Jauh sekali fitnah-fitnah yang diterima LDII selama ini. Saya kira itu ada kepentingan lain didalam fitnah tersebut,” ungkap Syahrul Achmad. Hal serupa juga diungkapkan Ulama kabupaten Bima sekaligus ketua pimpinan Ponpes Al-Husainy Drs. H. Ramli Ahmad, M. AP. Menurutnya setelah mengamati kegiatan santri-santri dan manajemen Ponpes Wali Barokah rasanya menemukan suatu kebenaran yang selama ini dicarinya. “Setelah mengelilingi Ponpes Wali Barokah, saya tidak menemukan fitnah-fitnah atau statement negatif tentang LDII sampai saat ini, detik ini. LDII sesatnya dimana? Bahkan saya setelah masuk di perpustakaan Majelis Taujih Wal Irsyad semua rujukan Hadits Khutubussittah sudah jelas semua. Seharusnya saya belajar disini,” ungkap H. Ramli Ahmad. Ketika masuk kedalam masjid, lanjut H. Ramli Ahmad, terkejut saat mau melaksanakan salat Dzuhur melihat ribuan santri duduk dengan tertib sambil membaca Alquran (seperti suara lebah) menunggu iqomah berkumandang. “Saya rasanya berada di tengah-tengah para Malaikat,” ungkap H. Ramli Ahmad.
Diakui oleh rombongan, bahwa apa yang telah diisukan terhadap LDII selama ini sangat jauh dari realita yang sesungguhnya. Apa yang dikaji oleh LDII betul-betul berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits dan tidak ada sedikitpun yang menyimpang seperti yang diisukan Selama ini, baik dari segi pengamalannya, aqidah dan sumber kajiannya sesuai dengan ajaran islam pada umumnya. Bahkan rombongan mengapresiasi tingkat kepahaman warga LDII terutama dalam pelayanan tamu, serta mengutamakan kesucian. Pada kesempatan kunjungan di Ponpes Wali Barokah, rombongan menyempatkan waktu memantau kelas-kelas pelaksanaan kegiatan pengajian calon muballigh/muballighot, rombongan apresiasi dengan tingginya ilmu yang dimiliki para guru, bahkan ribuan santri yang belajar memaknai Al Qur’an dan Al Hadits menggunakan tulisan arab melayu/ pegon. Usai melakukan kunjungan di Ponpes Wali Barokah Kediri, rombongan bertolak ke Ponpes LDII Gading Mangu Jombang, para sesepuh dan pimpinan pondok dengan ramah menerima kunjungan tersebut, dan memaparkan berbagai pola pembelajaran di Ponpes tersebut, yang memiliki santri lebih dari tujuh ribu orang. (B5-SUKUR)