SURABAYA, beritalima.com|
Universitas Airlangga (UNAIR) memiliki sejumlah strategi untuk mencegah terjadinya suap dalam seleksi penerimaan mahasiswa pada jalur mandiri. Rektor UNAIR Prof. Dr Mohammad Nasih SE MT Ak mengatakan, jalur mandiri merupakan amanah dari Undang-Undang yang diatur oleh pemerintah. Perguruan tinggi memiliki sistemnya masing-masing untuk mengembangkan jalur ini.
Rektor menegaskan, dalam melakukan seleksi mahasiswa baru, UNAIR mengutamakan akademik atau nilai peserta.
“Akademik adalah indikator utama dalam proses seleksi mahasiswa baru pada jalur mandiri. Bukan karena sumbangannya banyak, namun karena memang nilai akademiknya layak untuk dapat diterima,” papar Prof Nasih.
Proses penetapan mahasiswa baru itu juga melibatkan berbagai pihak. Seperti dekan fakultas, badan penjaminan mutu (BPM), maupun badan pengawas internal (BPI).
Dikatakan Rektor bahwa paguyuban rektor selalu mengevaluasi sistem penerimaan mahasiswa jalur mandiri yang telah digunakan.
Tiga Strategi
UNAIR sendiri memiliki sejumlah strategi dalam melakukan penerimaan mahasiswa baru. Pertama, sosialisasi. Melalui website dan juga media sosial universitas, disosialisasikan bahwa tidak ada pembayaran yang sah selain yang tertera di peraturan rektor, yaitu Uang Kuliah Awal (UKA) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Segala transaksi keuangan tidak masuk dalam rekening pribadi, melainkan melalui rekening universitas.
Kedua, sayembara. Setiap tahun, UNAIR menyelenggarakan sayembara berkaitan dengan oknum-oknum yang mengaku dapat memasukkan putra putrinya masuk UNAIR melalui jalur tertentu.
“Jika ada oknum yang mengaku dari UNAIR memberikan iming-iming tertentu, masyarakat bisa melaporkan ke kami, maka orang itu bisa dapat hadiah dari kami. Kami akan sangat senang jika masyarakat mau memberikan informasi yang valid,” terang guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR itu.
Ketiga, peniadaan kunjungan maupun tamu tanpa tujuan spesifik. Rektor menegaskan, menjelang penerimaan mahasiswa baru, pihaknya seringkali mendapat kunjungan yang tidak spesifik tujuannya.
“Kami tidak menerima tamu-tamu yang tidak jelas yang pengin ketemu rektor maupun pimpinan. Kami tidak akan temui. Ini untuk menghindari kurupsi, kolusi, dan nepotisme,” sambungnya.
Strategi Pendukung
Selain tiga strategi tersebut, UNAIR memberlakukan strategi pendukung berupa penggunaan nilai ujian tulis berbasis komputer (UTBK) sebagai seleksi resmi dari pemerintah pusat dalam seleksi mandiri. Dikatakan rektor bahwa strategi itu untuk mereduksi oknum-oknum tertentu yang bermaksud melakukan kecurangan.
Untuk menghindari kolusi, UNAIR membentuk badan khusus bernama Pusat Pengelola Dana Sosial. Pembentukan PUSPAS untuk menghindari pihak-pihak yang ingin memberikan sumbangan atas nama pribadi.
“Bagi orang yang ingin menyumbang, kami tampung dalam mekanisme PUSPAS. Itu juga diaudit. Semua transparan. Intinya, UNAIR mengembangkan sistem di mana seluruh penerimaan tidak masuk rekening pribadi,” tandasnya.
Pentingnya Integritas
Prof Nasih menegaskan, terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingkungan kampus bukan persoalan sistem. Sebagus apapun sistemnya, jika yang mengelola sistem tidak berintegritas, peluang untuk melakukan kecurangan tetap besar.
“Karena itu, faktor integritas menjadi perhatian utama dalam pengelolaan penerimaan mahasiswa baru di UNAIR.
Sebaik apapun sistemnya, kalau manusianya, integritasnya tidak bagus, peluang untuk melakukan kecurangan akan tetap terjadi. Faktor integritas harus menjadi perhatian utama,” tegasnya.
Keketatan Prodi
Prof Nasih juga menyatakan, dalam proses penerimaan mahasiswa baru, beberapa prodi memiliki keketatan hingga lebih dari satu persen. Artinya, satu peserta harus bersaing dengan lebih dari 99 peserta lainnya.
“Dalam beberapa prodi, ada pendaftar mencapai 2000 calon mahasiswa sementara yang diterima hanya 50 mahasiswa. Angka inilah yang kemudian memunculkan prasangka di masyarakat,” pungkas Prof Nasih. (Yul)