JAKARTA, Beritalima.com |Seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru di Indonesia, UNICEF dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengingatkan semua sekolah di seluruh negeri untuk memastikan anak dan remaja dapat belajar dalam kondisi sebaik mungkin, di mana pun mereka berada, baik di rumah maupun di sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, selain menggarisbawahi bahwa kesehatan dan keselamatan semua murid, guru, dan keluarga mereka adalah yang terpenting, juga mengimbau semua pihak untuk memastikan agar pembelajaran dapat terus berlangsung, baik bagi murid yang tinggal di zona hijau, yaitu yang dapat melanjutkan kegiatan pembelajaran secara tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, maupun bagi murid di zona kuning, oranye, dan merah—yang masih harus mengikuti pembelajaran dari rumah.
“Kami mendorong pembelajaran bermakna tanpa tuntutan harus memenuhi target kurikulum. Saat ini adalah saat yang tepat untuk melakukan eksperimen pembelajaran di setiap kelas. Guru, orang tua, dan peserta didik harus berkolaborasi untuk menemukan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan situasi yang mereka hadapi. Dalam upaya mengatasi tantangan pembelajaran pada situasi darurat, tidak ada satu solusi yang bisa diberlakukan untuk semua pihak,” kata Nadiem.
Pada akhir tahun ajaran sebelumnya, sekitar 60 juta anak dan remaja di Indonesia harus belajar dari rumah akibat COVID-19. Di saat Indonesia masih terus merespon berbagai situasi terkait COVID-19; sebagian besar anak dan remaja pada jenjang pendidikan dasar dan menengah masih harus mengikuti pembelajaran dari rumah sementara panduan langkah-langkah keselamatan pembelajaran di sekolah mulai diberlakukan.
“Hal yang terpenting adalah anak dan remaja tetap bisa mengakses semua layanan penting yang diberikan melalui sekolah. Terlepas dari semua tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, kita tidak boleh berhenti memastikan hak setiap anak dan remaja untuk belajar,” ujar Perwakilan UNICEF Debora Comini.
Melakukan pembelajaran dari rumah membutuhkan komitmen kuat. Orang tua dan guru sangat perlu membantu anak dan remaja untuk belajar dengan efektif walaupun terdapat sejumlah tantangan. Meskipun tidak sedikit anak dan remaja yang bisa mengakses platform pembelajaran daring, sekolah sebaiknya juga menyediakan opsi luring dan materi ajar yang bisa diunduh dan digunakan tanpa koneksi internet. Selain itu, guru dan orang tua perlu berkomunikasi secara rutin untuk memastikan kemajuan pembelajaran terpantau dengan baik.
Saat ini, meskipun sebagian besar anak dan remaja masih harus belajar dari rumah, sebagian sekolah yang berlokasi di zona hijau telah diizinkan untuk kembali beroperasi—sepanjang memenuhi kriteria yang ditentukan. Manajemen sekolah harus bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memastikan langkah kesehatan dan keselamatan sudah diterapkan sebelum sekolah kembali dibuka. Sekolah yang sudah mendapatkan izin untuk kembali beroperasi harus memastikan setiap guru, tenaga kependidikan, dan murid mengikuti protokol keselamatan: mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak sejauh 1,5 meter dari satu sama lain, dan mengenakan masker. Segera setelah jam belajar usai, murid diimbau agar segera pulang dan menghindari kegiatan yang dapat membuat mereka terpapar risiko tertular COVID-19.
Pengalaman menunjukkan bahwa makin lama anak dan remaja berada di luar sekolah, makin kecil kemungkinan mereka kembali ke sekolah. Selain itu, ketika anak dan remaja rentan berada di luar sekolah selama periode yang cukup panjang, mereka menjadi lebih berisiko mengalami kekerasan, menjadi pekerja anak, dan mengalami perkawinan usia anak. Penutupan sekolah yang berkepanjangan juga dapat berdampak pada kesehatan jiwa anak dan remaja serta kesejahteraan sosial dan ekonomi mereka.
Sekolah memberikan seorang murid pengalaman yang melebihi pembelajaran akademis. Bagi banyak murid, begitu ruang-ruang kelas ditutup, mereka kehilangan rutinitas, kesempatan bersosialisasi, akses kepada layanan kesehatan dan makanan bergizi, dan keamanan yang diberikan oleh sekolah.
“Ada jutaan anak dan remaja, khususnya yang tinggal di kawasan perdesaan, dari keluarga yang miskin, atau anak berkebutuhan khusus, yang mengandalkan sekolah untuk mendapatkan makanan, dukungan pada masa sulit, pemantauan kesehatan, dan layanan terapeutik,” kata Debora Comini. “Ketika sekolah ditutup, akses mereka kepada hal-hal ini terhenti.”
Semua anak dan remaja perlu diingatkan untuk mengikuti perilaku pencegahan berikut ini: mengenakan masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan—terutama setelah tiba di sekolah, setiap sebelum dan sesudah makan, dan begitu tiba kembali di rumah. Anak yang merasa kurang sehat diminta agar tetap di rumah dan menemui tenaga kesehatan jika gejala yang dialaminya bertambah parah.
Semua orang tua dan anak serta remaja juga diharapkan mencari informasi terkait opsi-opsi belajar yang tersedia dengan menghubungi sekolah di sekitar lingkungannya. (yul)