JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI bidang Industri dan Pembangunan, Dr H Mulyanto sebaiknya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyiapkan anak buah dia yang ada di BUMN Bio Farma (Persero) mengembangkan vaksin Astra Zeneca dari pada memanggil pulang Rudiansyah.
Seperti diberitakan, Rudiansyah merupakan Indonesia mahasiswa yang turut mengembangkan vaksin Astra Zeneca. Rudiansyah tengah berada di Jerman dalam usaha meraih gelar doktor.
“Baiknya Erick siapkan anak buah dia di Bio Farma untuk produksi massal vaksin Merah Putih, karena selama ini kendala pengembangan vaksin Merah Putih di pihak BUMN,” kata Mulyanto dalam keterangan pers yang diterima Beritalima.com, Selasa (27/7) petang menanggapi rencana Erick mau menarik pulang Rudiansyah.
Dikatakan, anggota Komisi VII DPR RI itu, akan lebih konkret kalau Erick membereskan BUMN Bio Farma.
Saat ini riset vaksin Merah Putih yang salah satunya dimotori Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mundur dari jadwal.
Semula diperkirakan vaksin ini diproduksi massal awal 2022. Namun, Bio Farma tidak siap sehingga produksi massal vaksin ini diperkirakan molor hingga September 2022.
Belakangan diketahui, ketidaksiapan Bio Farma karena vaksin Merah Putih yang dikembangkan didasarkan pada protein rekombinan mamalia.
Fasilitas produksi Bio Farma hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis pada protein rekombinan ragi (yeast).
Akibatnya terpaksa LBM Eijkman harus banting setir mulai dari nol lagi untuk mengembangkan riset vaksin berbasis ragi.
“Ini soal keseriusan BUMN Kesehatan memproduksi vaksin domestik. Semestinya mereka mendukung produksi vaksin Merah Putih. Jangan cari untung mudah dari vaksin impor.
Kalau memang Eric serius terkait pengembangan vaksin anak bangsa, ketimbang panggil Rudiansyah, sebaiknya yang jelas di depan mata ini saja segera dibereskan.
Siapkan berbagai fasilitas uji klinis dan produksi massal vaksin Merah Putih di Bio Farma agar vaksin anak bangsa dapat dilepas ke masyarakat tepat waktu. “Syukur bisa lebih cepat dari jadwal yang direncanakan,” ujar Mulyanto.
Wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten ini menilai Pemerintah adem-adem saja dan membiarkan riset vaksin ini berjalan apa adanya. Bahkan terkesan maju-mundur seperti joget poco-poco.
Terbukti dana riset vaksin di LBM Eijkman, yang disiapkan Pemerintahan Jokowi tidak lebih dari Rp 10 miliar. Ini sungguh miris, jauh dari memadai, apalagi kalau dibandingkan dengan dana yang disiapkan guna mengimpor vaksin yang ratusan triliun.
“Harusnya Pemerintah mengalokasikan dana riset yang cukup, termasuk dukungan infrastruktur pada mitra BUMN yang akan memproduksi, agar vaksin Merah Putih ini dapat diproduksi lebih cepat,” papar Mulyanto.
Seperti diketahui saat ini Indonesia memiliki 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan enam lembaga riset pemerintah dan Perguruan Tinggi yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.
Dari enam lembaga itu, yang tercepat LBM Eijkman. Lembaga ini suah menjadwalkan uji klinis tahap 1-3 bersama Bio Farma Juli-Desember 2021 dan target memperoleh izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan diproduksi massal pada Januari 2022.
Namun, karena kondisi infrastruktur produksi vaksin BUMN Bio Farma, yang hanya dapat memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan ragi, maka produksi massal vaksin ini diperkirakan paling cepat September 2022.
(akhir)