SURABAYA, Beritalima.com|
Kenaikan harga beras yang terus meninggi, menimbulkan berbagai spekulasi, termasuk diantaranya bahwa pemerintah terpaksa mengimpor beras dalam jumlah jutaan ton. Padahal selama ini, Indonesia sangat terkenal memiliki lahan pertanian yang luas, dengan struktur tanah yang sangat subur.
Menanggapi maraknya fenomena kebijakan pemerintah yang gemar menyelesaikan masalah pangan dengan mengimpor, anggota DPRD provinsi Jatim Go Tjong Ping menuturkan, bahwa apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah itu, adalah kebijakan yang memang harus dilakukan.
“Pemerintah ini seperti makan buah simalakama terhadap beras. Karena selama 30 tahun lebih pemerintah itu bersama Bulognya menampung hasil panen gabah maupun beras dari masyarakat petani. Tetapi terakhir-terakhir ini berhubung banyak yang komplain karena gabah atau beras itu ditimbun sampai 1 tahun oleh Bulog, maka sering terjadi beras itu tidak sesuai dengan standar atau banyak kutunya, sehingga masyarakat menolak. Akibatnya pemerintah memberi uang tunai dan tidak diberi beras lagi,” terang anggota komisi B DPRD provinsi Jatim ini.
Mantan pengusaha palawija yang sukses ini menjelaskan lebih lanjut, bahwa karena masalah kualitas beras yang dianggap tidak bisa dikonsumsi itulah,
sekarang ini otomatis Bulog cuma bisa menyerap sedikit beras milik petani.
“Cuma trading saja sehingga ketahanan pangan yang dimiliki Bulog itu hampir tidak ada lah. Pada umumnya pemerintah tahu kalau hasil panen itu bertahun-tahun ini sudah cukup, tidak pernah ada kekurangan, tidak ada impor. Tapi berhubung kali ini kemarau panjang harga beras naik. Untuk mencatatkan harga tertinggi (HET) mau nggak mau supaya tidak ada pergolakan, banyak penimbun-penimbun yang meresahkan masyarakat, maka pemerintah melalui Bulog mengimpor beras,” tandasnya.
Menurut Go Tjong Ping yang diuntungkan adalah satu masyarakat, supaya harganya tidak terlalu tinggi. Kalau sekarang harga Rp 14.000 ini meresahkan, jadi nanti harga beras Bulog itu lebih murah, sehingga tidak bisa naik terlalu banyak, gitu loh. Jadi fungsinya Bulog itu untuk menstabilkan harga, bukan mencari keuntungan.
“Fungsinya Bulog ini kalau menurut saya banyak membantu masyarakat pedagang, saya mengerti karena saya ikut Bulog menang kontrak dengan Bulog itu sudah 40 tahun. Tapi sudah 4 tahun ini saya tidak bisa membeli beras di Bulog karena Bulog mengimpor beras, tidak menyerap hasil panen petani, ya saya ikut berhenti, sampai-sampai penggilingan saya juga gudang saya kosong, tidak ada terpakai, karena tidak ada gabah yang digiling,” sambung politisi senior PDI-P ini.
Go Tjong Ping mengakui bahwa secara pribadi pihaknya mendukung langkah pemerintah dan Bulog ini untuk mengimpor beras, karena kalau tidak meng-import, harga beras bisa mencapai Rp 20.000,- per kilogram.
Namun Go Tjong Ping juga mengingatkan, jika menjelang panen padi, pemerintah harus menghentikan impor beras agar bisa menyerap hasil panen petani agar harga beras tidak mengalami pergolakan lagi.(Yul)