beritalima.com | Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih sudah menjadi rutinitas hampir di seluruh sekolah di Indonesia. Meski begitu, ada saja siswa yang tidak ingin mengikuti upacara, mereka berkata “males upacara, panas, lama berdirinya” atau “masih pagi, masih ngantuk, males ikut upacara” dan lain sebagainya. Upacara biasanya dilakukan saat matahari baru saja menampakan dirinya dan panas yang diberikan sebenarnya berdampak baik bagi kesehatan manusia, hal ini sudah dibuktikan oleh ahli kesehatan. Tetapi tetap saja rasa malas bisa datang kepada siapa saja untuk tidak mengikuti upacara.
Padahal sarana dan prasarana di sekolahnya sudah lengkap dan sangat layak untuk memenuhi kebutuhan upacara. Bendera yang ukurannya sesuai dan kondisi kain serta warna merah dan putih yang bagus; tiang bendera yang kokoh menjulang tinggi ke langit; tali pengerek yang menjulur panjang dan kuat tanpa ada celah sehingga sedikit kemungkinan untuk putus tiba-tiba; pengait bendera pada tali yang saling terhubung dengan baik sehingga sedikit kemungkinan bendera akan terlepas begitu saja; serta kondisi lapangan yang sudah beralas aspal atau sejenisnya sehingga tak perlu khawatir sepatu serta seragam akan kotor karena tanah.
Entah mereka sadar atau tidak?
Tahu atau tidak?
Mengerti atau tidak?
Peduli atau tidak?
Bahwa mereka termasuk dari sekian banyak yang beruntung bisa bersekolah dan melaksanakan upacara dengan segala sarana dan prasarana yang lengkap, karena diluar sana masih banyak anak-anak yang sekolah di desa tertinggal yang tidak bisa melaksanakan upacara karena kurangnya sarana dan prasarana di sekolahnya.
Salah satu contoh sekolah tersebut adalah SDN 04 Gobang Kelas Jauh yang terletak di Kampung Kukuk Sumpung, Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Sebenarnya desa tersebut masih berada dipinggiran kota, hanya saja medan perjalanan yang harus ditempuh cukup sulit karena harus melewati jalanan menanjak yang cukup tinggi dan sempit yang di sebelah kirinya tebing dan di sebelah kanannya jurang, sehingga butuh konsentrasi dan kehati-hatian yang sangat tinggi untuk melewatinya
Di sana sarana dan prasarana untuk upacara kurang lengkap dan memadai. Bendera yang ukurannya tidak sesuai, warnanya yang sudah pudar dan lusuh membuatnya tidak layak untuk dikibarkan; tiang yang patah dan rapuh sehingga perlu diikat dengan tali agar bisa beridiri kokoh menopang dirinya dan menahan dirinya dari terpaan angin yang berhembus mengenainya,tentunya demi menjaga Bendera Merah Putih agar tetap berkibar di langit; tali pengerek yang terputus dan diganti dengan tali rafia yang rentan putus; pengait yang sudah tidak ada, sehingga bendera harus diikat pada talinya dengan kuat agar tidak terlepas begitu saja; serta kondisi lapangan yang masih penuh dengan tanah merah menyebabkan kotor dimana-mana terutama saat hujan turun.
Semangat mereka semakin terlihat pada Sabtu, 2 Februari 2019 saat matahari masih berada di langit dan menusukkan panasnya kedalam tubuh pukul 14.00. Beberapa dari siswa disana dipilih dan belajar menjadi petugas upacara pada hari itu, karena banyak dari mereka yang belum paham apa saja yang harus dilakukan oleh petugas upacara. Dengan semangat yang tinggi, mereka berhasil menjalankan tugasnya sebagai Petugas Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih pada Senin, 4 Februari 2019 di sekolahnya.
Senyum dan tawa yang mereka berikan setelah upacara selesai menimbulkan pertanyaan “apakah kita yang tinggal dan sekolah di sekolah yang memiliki sarana prasarana lengkap dan layak untuk upacara sudah melaksanakan upacara dengan baik?”.
(Nur Ma’rufah Saniati)