Catatan: Yousri Nur Raja Agam
CORONA Virus Disease 2019 alias Covid-19, ternyata masih berlanjut. Padahal dalam bayangan dan keadaan yang kita lihat di sekitar kita, suasana mulai membaik. Tingkat penularan dan penyebaran virus Corona yang berawal dari Wuhan China akhir tahun 2019 itu, semakin tipis. Bahkan dengan vaksinasi massal paparan virus Corona itu nyaris punah.
Kita di Indonesia, saat ini sudah mulai abai menerapkan protokol kesehatan yang terus-menerus diingatkan. Dari aktivitas masyarakat di sekitar kita, terlihat seolah-olah keadaan sudah aman. Bahaya maut yang selama dua tahun ini mengancam, mulai surut.
Pemandangan dan praktik ketat protokol kesehatan 5 M, terasa makin kendor. Sudah banyak di antara kita tidak lagi menggunakan masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Bersalaman dan berangkulan, serta saling dekat di beberapa tempat, sudah kembali seperti masa lalu.
Pokoknya, suasana di lingkungan kita rasanya sudah memasuki masa lalu. Apakah ini yang disebut “New Normal” atau normal baru? Enrahlah!
Kendati dalam tingkat ancaman Covid-19 itu, kondisi sudah turun dari level 4 ke level 1. Wabah di berbagai daerah sudah berubah dari zona merah ke orange dan orange ke kuning, bahkan dari kuning sudah berubah menjadi hijau. Artinya: Aman
Namun dalam situasi akhir tahun 2021 menyongsong tahun 2022, kita dikejutkan lagi dengan kehadiran virus varian baru. Namanya, juga menarik: Omicron.
Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengumumkan nama varian virus corona SARS-CoV-2 yang terdeteksi di berbagai negara. Penggunaan nama tersebut dibuat sesuai dengan alfabet Yunani. Tujuannya agar tidak membuat bingung masyarakat dengan berbagai macam kode virus yang sebelumnya telah beredar.
Ada sebelas nama varian virus corona itu. Mulai dengan nama:
1.Alpha = Varian Inggris B.1.17.
2.Beta = Varian Afrika Selatan B.1.351
3.Gamma = Varian Brasil P.1
4.Delta = Varian India B.1.617.2
5.Epsilon = Varian Amerika B.1.427 dan B.1.429
6.Zeta = Varian Brasil P.2
7.Eta = Berbagai negara B.1.525
8.Theta = Varian Filipina P.3
9.Lota = Varian Amerika B.1.526
10.Kappa = Varian India B.1.617.1
11.Lambda = Varian Peru C.37
Nah, menutup tahun 2021 dan menyambut tahun baru 2022, dunia digemparkan oleh virus Corona B.1.1.519 atau varian Omicron. Varian ini dinyatakan memiliki penularan lebih cepat dan bisa memicu reinfeksi Covid-19.
Omicron adalah huruf ke-15 dalam alfabet Yunani. Ini menggunakan huruf besar “Ο” dan huruf kecil “ο” simbol.
Menurut kamus Merriam-Webster, terjemahan literalnya dalam bahasa Yunani berarti “o kecil.”
Mungkin Anda bertanya-tanya, jika Omicron adalah varian ke-13 yang dinamai berdasar alfabet Yunani padahal Omicron adalah huruf ke-15, kenapa ada dua huruf yang dilewatkan?
Dalam urutan alfabet Yunani, WHO melewatkan dua huruf sebelum Omicron, yakni Nu dan Xi, huruf ke-12 dan ke-13 dalam alfabet Yunani.
WHO menjelaskan bahwa Nu adalah nama yang terlalu mudah dikacaukan, dan penyebutannya pun mirip ‘new’ yang artinya ‘baru’.
Sementara itu, nama Xi, tidak digunakan WHO, karena merupakan nama yang tampak umum dijadikan sebagai nama keluarga.
Mengutip CNN, Selasa (30/11/2021), terkait penamaan nama varian baru Omicron, WHO menyarankan untuk menghindari penamaan yang dapat menyebabkan pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional maupun etnis.
Kendati diucapkan secara berbeda, huruf ke-13 alfabet Yunani, Xi memiliki kemiripan dengan nama keluarga di China, seperti nama pemimpin China, Xi Jinping.
Sehingga, jika digunakan dapat memicu spekulasi yang mungkin berperan dalam penyebutan nama varian virus corona tersebut.
Pemunculan nama varian Omicron ini berawal dari seorang dokter asal Afrika Selatan, bernama Angelique Coetzee. Dia ini salah satu orang yang pertama kali mendeteksi adanya varian baru itu. Dia menyebut gejala varian Omicron cenderung ringan, tetapi tidak biasa.
Dari penelitiannya, pasien Covd-19 yang terinfeksi varian Omicron tidak mengalami gejala batuk atau sakit tenggorokan. Gejalanya memang beda, yaitu:
Nyeri otot.
Kelelahan ekstrem.
Tidak enak badan.
Sakit kepala.
Tidak hanya itu, WHO memastikan varian Omicron bisa memicu orang mengalami reinfeksi. Walapun selama ini dinyatakan orang yang sudah terpapar Covid-19, imun terhadap penularan. Justru varia Omitron itu, bisa membuat “alumni Covid-19”, kembali tertular.
Risiko varian Omicron lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Infeksi varian Omicron juga diduga lebih tinggi pada usia muda dan mereka yang belum divaksinasi.
Ada petunjuk, langkah paling efektif yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 varian Omicron adalah dengan:
1. Tetap menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain.
2. Tetap memakai masker yang pas.
3. Membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi.
4. Menghindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai.
5. Selalu menjaga tangan tetap bersih.
6. Mendapatkan vaksin segera, bagi yang belum divaksin.
Coronavirus Scientific Advisory Board atau anggota Dewan Penasihat Ilmiah Virus Corona di Turki mengatakan, bahwa inactive vaccinations menawarkan perlindungan yang lebih luas terhadap varian baru Omicron. Inactive vaccinations adalah bentuk lain dari vaksin di mana virus utuh yang sudah dimatikan selama proses pembuatan vaksin.
Lain lagi dengan Bos Moderna. Dia bakal mengajukan izin Vaksin Covid-19 Booster untuk melawan Varian Omicron Maret 2022
Jenis vaksin lainnya diketahui menggunakan platform messenger RNA (mRNA). Vaksin yang sama sekali tidak mengandung virus, melainkan hanya materi genetik (mRNA) yang bisa menginstruksikan sel tubuh manusia membuat protein spesifik untuk dikenali dan direspons oleh sistem imun.
Dikutip dari laman Anadolu Agency, Kamis (2/12/2021), Dr Alper Sener mengatakan kasus Varian Omicron telah terdeteksi di beberapa negara, dengan potensi penyebaran yang cepat.
Dia juga menambahkan bahwa tes PCR yang tersedia dapat mendeteksi varian tersebut. Sampai saat ini harus tetap waspada. Sebab, tidak ada potensi (varian baru) dapat menghindari vaksin saat ini. Namun, dua kasus yang diidentifikasi di Hong Kong sebelumnya menerima vaksin mRNA Pfizer entah bagaimana menimbulkan tanda tanya.
Ada hipotesis yang menunjukkan bahwa respons antibodi yang dipicu oleh vaksin BioNTech semata-mata untuk protein lonjakan dapat dipengaruhi secara negatif oleh varian omicron karena ada mutasi dan perubahan yang luar biasa dari protein lonjakan dalam Varian Omicron.
Mutasi tingkat tinggi ini bisa menjadi kerugian bagi vaksin yang memproduksi antibodi semata-mata untuk protein lonjakan, kata Sener.
Pada Mei lalu, WHO memutuskan untuk menggunakan penamaan dari alfabet Yunani, guna memudahkan pengucapan nama ilmiah, serta mudah diingat.
WHO mengatakan, tujuan penggunaan alfabet Yunani adalah untuk memudahkan dan lebih praktis digunakan komunitas non-ilmiah.
WHO mengatakan, Omicron dikhawatirkan mampu memicu lonjakan kasus Covid-19 global.
Afrika Selatan melaporkan kasus pertama varian omicron ke WHO pada 24 November 2021. Dua hari setelah itu dilaporkan di Afrika Setelah, pada 26 November 2021 WHO langsung mengkategorikan varian B.1.1.529 sebagai variant of concern dan menamainya Omicron.
Kelompok Penasihat Teknis WHO terkait Evolusi Virus mengatakan, Omicron langsung dikategorikan variant of concern karena mutasi varian ini mungkin berdampak pada sifat virus, misalnya mudah menyebar atau meningkatkan keparahan penyakit.
Peneliti menemukan bahwa varian Omicron memiliki lebih banyak mutasi pada protein spike, bagian penting dari virus corona untuk menempel ke sel manusia.
Jika pada varian Delta ada 8 mutasi di protein spike, pada varian Omicron ada 4 kali lebih banyak mutasi, yakni 32.
Hal inilah yang membuat para ilmuwan khawatir, Omicron mampu menularkan virus 4-5 kali lebih cepat dibanding Delta dan dapat menghindari efektivitas vaksin atau pengobatan Covid-19.
Varian baru untuk varian kedua yang ditemukan di Afrika Selatan, akhirnya resmi menyandang nama Omicron. Namun, dalam urutan alfabet Yunani, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melewatkan dua huruf sebelum nama tersebut.
Penamaan varian-varian baru virus corona yang terus bermunculan telah dilakukan WHO sejak Mei 2021 lalu. Saat itu ada ssebelas varian baru virus corona yang telah dilaporkan kepada WHO.
Sudah 28 negara mendeteksi total 184 kasus Covid-19 varian Omicron yang tengah menjadi perhatian dunia. Sampai hari Rabu (1/12/2021), negara terbaru yang mendeteksi kasus pertama Covid-19 varian Omicron adalah Brasil dan Nigeria dengan masing-masing dua kasus, serta satu kasus di Arab Saudi.
Mengutip Reuters, Otoritas Kesehatan Brasil, Anvisa, mendeteksi dua kasus varian Omicron yang merupakan seorang misionaris dan istrinya. Ia sempat bepergian ke Afrika Selatan. Diakui, status vaksinasi kedua orang ini belum diketahui.
Di hari yang sama, Nigeria mengonfirmasi keberadaan kasus varian Omicron di negara itu. Varian Omicron ini menginfeksi dua pelancong yang sempat bepergian ke Afrika Selatan.
Jerman juga mengonfirmasi empat kasus varian Omicron terdeteksi di negaranya. Keempatnya dinyatakan telah mendapatkan vaksinasi dengan dosis lengkap. Tiga dari orang yang terinfeksi sempat melakukan perjalanan ke Afrika Selatan, sementara satu orang lain merupakan anggota keluarga dari tiga orang tersebut.
Para ilmuwan khawatir tingginya jumlah mutasi Omicron dapat membuat varian Covid-19 ini lebih mudah menular dan mengurangi kekebalan imun.
Negara negara yang diduga telah disusupi virus Omicron di antaranya adalah Afrika Selatan, Botswana, Inggris, Hongkong, Australia, Italia, Israel, Belgia, Republik Ceko, Belanda, Jerman, Denmark dan Austria. Seluruh negara pantas khawatir karena kasus virus Omicron ini menyebar dengan cepat. Sehingga jika tidak segera diantisipasi dengan langkah yang tepat, virus Omicron bisa menjalar ke seluruh dunia.
Sebagai gambaran, virus Omicron dipercaya lebih ganas dibanding varian Delta yang juga memiliki tingkat penyebaran yang sangat cepat dibanding virus Covid-19 biasa. Pakar biologi dari Austria bahkan menyebut virus Omicron memiliki 5 lebih menular dibanding delta. Selain itu, Omicron juga dikhawatirkan mampu menembus imunitas orang yang sudah divaksin Covid-19. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa orang pertama yang diduga terinfeksi Omicron di Botswana sudah mendapat vaksin Covid-19.
Sudah banyak negara yang telah menutup pintunya dari para pendatang dari Afrika maupun negara-negara yang sudah terserang oleh virus Omicron. Negara-negara tersebut diantaranya Inggris, Australia, Amerika Serikat, Arab Saudi, Kanada, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Yordania, Maroko, Filipina, Jerman, dan Italia.
Bagaimana dengan Indonesia? Mulai Senin (29/11/2021), Indonesia juga mengikuti negara-negara tersebut untuk menutup sementara bagi kedatangan para pendapat dari sejumlah negara di Afrika. Yakni, Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambik, Eswatini, dan Nigeria. Orang asing yang pernah tinggal selama 14 hari di negara-negara tersebut sebelum masuk Indonesia juga dilarang datang.
Untuk WNI yang datang dari negara-negara tersebut tetap boleh masuk Indonesia, namun harus menjalani karantina selama 14 hari. Sedangkan, bagi WNI atau WNA yang masuk Indonesia dari luar negara di atas diwajibkan menjalani karantika selama 7 hari.
Hingga saat ini, virus tersebut dilaporkan belum masuk Indonesia. Meski begitu, Pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai langkah yang terukur dalam menghadapi “serbuan” virus Omicron tersebut.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah akan melakukan pengetatan untuk perjalanan internasional termasuk pada daerah yang berbatasan dengan pelabuhan, bandar udara, dan jalur darat. Meski begitu, Menkes mengharapkan masyarakat Indonesia tidak perlu panik berlebihan dalam menghadapi munculnya varian Omicron. Yang terpenting masyarakat diminta untuk tetap menjalankan protokol kesehatan secara baik.(*)
*) Artikel ini juga dimuat di Koran PELOPOR Edisi 35.