Oleh:
Rudi S Kamri
Saat ini Indonesia berduka. Kita kehilangan seorang seorang Ibu yang luar biasa hebat yang telah melahirkan seorang putera yang juga luar biasa hebat yaitu Presiden Joko Widodo. Beliau adalah Almarhumah Ibu Hj. Sudjiatmi Notomihardjo. Ibu yang disebutkan sebagai “Sang Pembaca Cahaya” itu akhirnya menyerah atas kehendak Sang Pemilik Kehidupan untuk berpulang ke rahmatullah. Bagi bangsa Indonesia ini adalah sebuah kehilangan besar yang tidak ada pilihan lain harus kita ikhlaskan dengan rasa duka yang mendalam.
Tapi kesedihan dan kedukaan yang mendalam itu tidak akan menyentuh hati orang yang hatinya sudah dipenuhi kebencian permanen. Ajaran agama yang indahpun ternyata tidak mampu menyentuh dan membuatkan hati para pembenci yang hatinya sudah hitam berkerak. Jangankan menyampaikan rasa duka atau empati, justru mereka seolah mendapat amunisi baru untuk menyerang pribadi Presiden Jokowi dan Almarhumah Ibu Sudjiatmi dengan kata-kata kotor yang hina. Kehinaan ini sejatinya mencerminkan hati diri mereka. Mereka manusia hina dan biadab.
Kebencian yang sudah mendarahdaging dalam darah dan nadi para pembenci biadab ini bagi saya merupakan virus hati yang sangat berbahaya bagi keindonesiaan kita. Kalau aparat negara dan kita mendiamkan kelakuan busuk mereka, virus ini akan berkembang menyebar dan beranak pinak ke hati anak bangsa yang lain di sekitar mereka. Ini sangat berbahaya dan sangat mengkhawatirkan.
Ajaran leluhur kita untuk saling menyayangi dan menghormati antar sesama anak bangsa akan berangsur hilang lenyap di otak kaum yang menuhankan kebencian hati. Ini tragedi kebangsaan yang harus kita atasi bersama. Kita tidak boleh membiarkan keangkaramurkaan yang mereka gaungkan semakin merajalela memenuhi ruang publik.
Caranya, jangan posting ulang ujaran mereka tapi ‘screenshoot’ narasi mereka lalu segera laporkan ke aparat keamanan untuk segera ditindaklanjuti. Memposting ulang ujaran mereka sama saja kita telah menjadi agen distribusi kebencian yang mereka suarakan. Jangan sampai kita mengamplifikasi kebiadaban mereka untuk maksud apapun, karena hal itu akan membuat mereka jumawa dan tertawa karena telah tercapai tujuan hinanya.
Kelakuan mereka jauh lebih kejam dan biadab dibanding ulah jahat para teroris. Kalau para teroris hanya membunuh orang tidak berdosa beberapa orang, tapi kalau teror kebencian yang mereka suarakan akan masif dan sistemik membunuh rasa dan jiwa kebangsaan dan keindonesiaan kita.
Aparat keamanan terutama Polri dan Kementerian Komunikasi dan Informasi harus tanggap tanggap dan cepat menindak para penyebar teror kebencian ini. Jaksa dan para pengadil (hakim) harus menuntut dan menghukum mereka dengan hukuman maksimal agar menimbulkan efek jera bagi yang lain.
Mereka, para teroris kebencian dari pemeluk agama apapun ini jauh lebih berbahaya dibanding virus apapun termasuk virus corona. Kita tidak bisa biarkan mereka merusak bangsa ini.
Hanya satu kata: LAWAN !!!
Salam SATU Indonesia
26032020