ACEH BESAR, Beritalima- Waduk yang memiliki daya tampung kurang lebih 16 juta meter kubik dengan luas genangan 259,59 hektare dan area tangkapan air seluas 38,20 kilometer persegi ini merupakan waduk pertama dan terbesar di Daerah Aceh.
Dana yang digunakan untuk pembangunan konstruksi Waduk Keuliling mulai tahun 2000 sampai dengan 2008 sebesar Rp 235 miliar dan direncanakan dapat beroperasi selama 50 tahun.
Waduk tersebut diresmikan pada 23 Februari 2009 lalu oleh Presiden SBY,dan saat ini informasi untuk berfungsi mengairi areal persawahan. Warga di kawasan Aceh Besar.
Ironisnya Waduk keliling yang sangat luas itu, ketika di telusuri Beritalima tidak seperti yang di berita kan oleh Media media selama ini, pasalnya Waduk sebesar itu tidak bermanfaat bagi petani sawah di sekitar Waduk.
Selama ini air yang di tampung tersebut di nasir kan untuk petani sawang yang jauh dari Waduk, seperti Indrapuri yang jauh sekitar 8 km, yang 100 meter dengan Waduk didik bisa memanfaatkan Air, dan mareka berani sawah tunggu turun hujan.
Nasir salah satu pejaga keamanan menceritakan, memang betul Waduk ini tidak bermanfaat untuk warga sekitar, kita ketahui luas sawah di Aceh Besar mencapai 4000 hektare lebih dan lSumber air utama Waduk Keuliling.
Luas sawah tersebut di areal yang jauh dari Waduk sedangkan yang dekat dengan Waduk Ada juga sawah warga seperti Desa Siron jauh dengan Waduk sekitar 300 meter yantanya mareka berani sawah tunggu hujan turun dan tahunan, ini yang sangat kita sayangkan dan mareka di desa tersebut umumnya petani.
Sementara itu Kepala desa Siron Amir Riza mengatakan, desa kami ini seperti tidak di anggap ada oleh pihak pemerintah Aceh Besar, nyatanya, Jalan penghubung Kedepan kami Rusak, dan belum di Aspal, untuk berani turun kesalahan harus tunggu hujan turun di karnakan tidak ada Irigasi.
Padahal Desa kami ini tidak jauh dengan Waduk tempat penyimpanan Air, selama Waduk tersebut di Resmi kan selama 2009 sampai sekarang belum ada tanda tanda untuk di bangun Irigasi, supaya kami bisa memanfaatkan Air di Waduk untuk bertani masyarakat sekitar,”(Aa79)
