Denny JA
Paus Francis tersenyum. Ia juga berasal dari Argentina. Saat itu Ia mengunjungi klub sepokbola di Buienes Aires, Argentina: the Sportivo Pereyra de Barracas FC.
Di plafon tempat latihan tergambar versi lain dari lukisan klasik Michael Angelo. Asli lukisannya, satu figur bergambar Nabi Adam. Satu Figur lagi metafora gambar Tuhan.
Dalam lukisan yang asli, telunjuk Tuhan bersentuhan dengan telunjuk Nabi Adam.
Tapi di klub bola itu, gambar Nabi Adam diganti dengan gambar Lionel Messi. Dan metafor Tuhan diganti dengan gambar Maradona.
Di sana, di satu komunitas Argentina, sepakbola adalah agama. Lionel Messi adalah Nabi. Dan Maradona adalah Tuhan.
Mengitari gambar Lionel Messi (Nabi) dan Maradona (Tuhan), terpampang banyak gambar malaikat. Di gambar itu malaikat adalah legenda pemain bola hebat Argentina lain: Mario Kempes, Gabriel Batitusta, Ariel Ortega, dan sebagainya.
Sang pelukis, Santiago Barbaeito, menyatakan Ia hanya mengekspresikan psikologi kolektif penggemar bola di sana. Maradona (Tuhan) mengijinkan Lionel Messi (Nabi) melanjutkan keindahan sepakbola.
-000-
Lukisan itu yang pertama saya ingat ketika tengah malam, dua anak saya fanatik bola, menghampiri. Wajah mereka sedih.
Saya menduga ada hal sangat penting yang kelam yang ingin Ia sampaikan. Ternyata itu adalah berita duka. “Ayah, Maradona meninggal.”
Kami bertiga terdiam. Dua anak saya ini penggemar fanatik Cristiano Ronaldo. Namun bertiga kami saling berdebat. Bagi saya, Pele dan Maradona belum tergantikan.
Mengapa Maradona belum tergantikan? Ia memiliki elemen genius bola dan madness sekaligus. Ia kontroversial. Ia menjadi magnet di zamannya. Di dada kirinya hidup cahaya. Tapi di dada kanannya hadir ruang gelap.
Dua dimensi sekaligus, terang dan gelap, mewarnai hidup Maradona.
Lihatlah komentar para tokoh ketika Maradona wafat. Pemerintah Argentina segera mengumumkan hari duka nasional selama tiga hari. Mereka menaikan bendera setengah tiang di seantero negeri.
Presiden Argentina Alberto Fernández berkata tentang Maradona: “Dirimu telah membawa semua kami ke puncak dunia. Memberikan kebahagian tiada tara. Kaulah pemain bola terbaik dari semua.” (1)
Lionel Messi, superstar sepakbola masa kini juga berkomentar: “Walaupu saya terus bermain berjuta tahun lagi, saya tak bisa menyamai Maradona. Dia yang terbesar sepanjang masa. (2)
Dengar juga ekspresi Zinadine Zidane: “Banyak pemain bola dunia lain yang juga hebat. Tapi Maradona berada di level yang berbeda.”
Pep Guardila, pelatih legenda itu, menyatakan serupa: “Bagi generasi saya, Maradona adalah pemain bola terbaik yang pernah bermain. Saya kira pandangan ini tak kan pernah berubah.”
-000-
Di antara begitu banyak event piala dunia, World Cup 1986 di Mexico, menempati posisi sangat khusus. Terutama ketika Argentina mengalahkan Inggris: 2-1.
Di momen itulah lahir dua goal yang paling populer dalam sejarah sepakbola. Dua duanya diciptakan oleh Maradona.
Pertama, dengan tubuh yang lebih pendek, di depan gawang, Maradona melompat bersama penjaga gawang Inggris yang jauh lebih tinggi.
Semua terbelalak, Mardona memenangkan pertarungan di udara itu. Bola melambung lagi dan masuk ke gawang: Goaaaalllll!
Bagaimana bisa? Mustahil Maradona yang lebih pendek mengalahkan ketinggian lompatan dan badan penjaga gawang, Peter Shilton.
Maradona diduga menyundul bola tidak dengan kepalanya tapi dengan gerakan tangannya yang cepat sekali. Begitu cepat gerakan tangan itu, sehingga wasit dan lainnya tak melihat.
Ketika ia ditanya wartawan dan dituduh memainkan tangannya, Maradona menjawab dengan enteng saja. Jika ada tangan yang terlibat dalam goal itu, itu adalah Tangan Tuhan.
Berita meledak. Sejarah bola menamakan goal pada momen itu sebagai goal Tangan Tuhan.
Namun di momen yang sama, dalam pertandingan yang sama, Maradona kembali membuat goal. Sampai hari ini, goal kedua dari Maradona itu diberi gelar sebagai “The greatest Goal of Century.”
Maradona menerima umpan bola di tengah lapangan. Secara individual, Ia melewati lima pemain, termasuk kiper lawan.
Dengan liuk badannya yang lincah dan cepat, dengan bola yang menempel seperti lem di kakinya, dengan gerakan yang menipu lawan, cepat sekali momen itu, kiperpun Ia lewati, menciptakan goal.
Di waktu senggang, the goal of century di Youtube itu sering saya ulang- ulang menontonnya.
Hingga hari ini, goal itu tetap dikenang sebagai goal terindah. Mustahil seorang pemain dengan kecepatan sangat tinggi melewati lima pemain lawan tanpa skill bola yang maha tinggi.
Tahun 2000, FIFA mengumumkan pemain terbesar selama 100 tahun terakhir.
Melalui internet, Maradona terpilih di rangking satu dengan angka 53, 6 persen. Ia mengalahkan Pele di nomor dua dengan angka 18,53 persen.
Namun FIFA juga membuat metode lain untuk memilih pemain terbaik abad itu. Kini yang memilih adalah pelatih bola, wartawan dan pengurus FIFA. Hasilnya, Pele nomor satu dengan skor 72,75 persen. Maradona nomor tiga dengan skor 6 persen.
Berdasarkan dua metode di atas, akhirnya, FIFA menetapkan dua pemain: Pele dan Maradona sebagai penerima gelar bersama sebagai pemain terbaik abad ini. (3)
Hebatnya Maradona itu kemampuan individual dan leadershipnya dalam mengangkat tim. Pele dikelilingi pemain besar lain untuk sukses.
Namun banyak ahli bola menyetujui. Maradona mengangkat timmya ke puncak itu karena kerja dan kharismanya pribadi. Karya individual. Single handedly.
Ketika Maradona mengangkat Argentina menjadi Juara Dunia di tahun 1986, ia tidak ditemani pemain besar lain di timnya. Ketika Maradona mengangkat klub kecil Napoli untuk juara seri paling terhormat di Italia (seri A 1986/1987 dan 1989/1990), Ia juga praktis tak ditemani pemain besar lain dalam satu tim itu.
Hebatnya peran Maradona di Napoli, membuat walikota setempat berseru. Setelah wafatnya Maradona, ia mengusulkan nama stadium di kota itu diganti, dari Stadio San Paulo menjadi Stadio Maradona.
-000-
Namun tak hanya sinar terang di dada Maradona. Sisi gelap juga tersembunyi di dadanya yang lain.
Ia terlibat narkoba sejak masih aktif di sepakbola. Di tahun 1991, justru di puncak karirnya di Napoli, ia ditangkap. Ia pun dikenakan sanksi 14 bulan.
Kembali Maradona terbukti menggunakan obat terlarang. Kali ini di tahun 1994. Saat itu Ia bermain di World Cup. Ia pun diberi sanksi dilarang bermain di sisa pertandingan.
Setelah itu berita Maradona lebih banyak soal kesehatannya. Ia terkena obesitas. Operasi jantung. Operasi lambung. Operasi kepala.
Ia juga dekat dengan mafia.
Menjadi renungan. Apa yang bersembunyi di lubuk batin sang legenda ini? Mengapa ia memerlukan narkoba?
Bukankah saat itu ia berada di puncak kejayaan? Ia pula orang pertama yang memecahkan dua rekor dunia sekaligus: transfer pemain dengan harga paling mahal. Ia didewakan penggemar.
Tapi mengapa ia masih memerlukan narkoba? Ini obat terlarang yang membuat skill bolanya jauh menurun. Juga menghancurkan kesehatan, yang membawa pada kematian.
Sama halnya dengan goal tangan Tuhan itu. Dengan skill yang maha hebat yang Ia punya, mengapa pula Maradona masih perlu menggunakan tangannya? Tangan yang terlarang untuk membuat goal?
Kita pun teringat kutipan itu. “Pada setiap genius, tersimpan elemen kegilaan tertentu.”
Selamat jalan Maradona.*
November 2020