GRESIK, beritalima.com| Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak mengajak Himpunan Alumni Insitut Pertanian Bogor (HA IPB), untuk ikut memajukan sektor industri, khususnya agroindustri di Jatim. Ini karena berdasarkan struktur Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PRDB ADHB) Tahun 2019 senilai Rp. 2.352,43 Triliun. Dari nilai tersebut, sektor industri menyumbangkan 30,23 % atau yang terbesar bagi perekonomian Jatim.
“Mari kita bersama memajukan agroindustry Jatim, ini menjadi bagian dari Nawa Bhakti Satya, atau sembilan program untuk memuliakan masyarakat Jatim, khususnya Jatim Agro,” kata Wagub Emil-sapaan akrabnya saat membuka Forum Bisnis Alumni HA IPB di Kantor PT. Kelola Mina Laut Gresik, Sabtu (7/3) siang.
Wagub Emil mengatakan, pentingnya memajukan agroindustri, karena dari seluruh sumbangsih sektor industri tersebut sepertiganya berasal dari makanan dan minuman (mamin). Dengan demikian, sektor industri banyak bertumpu kepada bahan baku pangan, dan bahan baku pertanian. Sedang dua per tiga dari total penduduk Jatim bekerja di sektor non pertanian primer, alias non on farm.
Selain itu, imbuh orang nomor dua di Jatim ini, kontribusi PDRB Jatim Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional pada 2019 mencapai 14,86 %. Sementara, PDRB Sektor Pertanian Jatim terhadap PDB Sektor Pertanian Nasional sebesar 13,35 %, sedangkan kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Nasional mencapai 22,80 %.
“Jadi, satu per enam ekonomi di seluruh Indonesia ini dihasilkan dari Jawa Timur, itu sebabnya kami mohon Jatim kepada HA IPB untuk menjadikan Jatim sebagai chapter yang paling penting di Indonesia. Kami berharap HA IPB bisa meningkatkan kualitas pertanian on farm agar semakin baik, contohnya adalah garam,” ujarnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Kab. Trenggalek ini menjelaskan, saat ini memang sudah ada pabrik-pabrik garam di Jatim. Bahkan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama PT. Garam telah membangun pengolahan garam di Kab. Gresik dengan sistem yang terintegrasi, supaya bisa mengolah garam rakyat menjadi bahan baku untuk industri.
“Namun demikian, kendalanya adalah harganya tentu berbanding lurus dengan kualitas. Kami sudah berbicara dengan Dirut PT. Garam. Salah satu kendalanya adalah bahan bakunya ini kadang konten air garamnya tinggi. Dengan konten air yang tinggi seharusnya ada penalti, tetapi petani garam akan menderita jika dikenakan penalti. Sehingga ibarat buah simalakama,” jelasnya.
Sebetulnya, imbuh Wagub Emil, ada satu metode yang telah diterapkan di on farm untuk mengurangi kadar air saat garam tersebut dipanen. Dengan pengurangan kadar air, maka value dari garam ini akan menjadi lebih tinggi di pabrik.
“Rumusnya tentu teman-teman HA IPB lebih paham, intinya tetap lebih lebih besar penghasilan bagi si petani tambak garam kalau dia mensuplai dengan kadar air yang memenuhi syarat. Jadi extra money yang didapat dari kadar air yang tinggi itu tidak sebanding dengan penalti yang diterima,” imbuhnya.
Wagub Emil berharap, kebutuhan garam konsumsi di Jatim bisa terpenuhi dari garam lokal. Namun, saat ini kebutuhan garam konsumsi jika ditotal dengan kebutuhan garam industri, belum bisa dipenuhi seratus persen dari garam lokal. Disinilah yang sering terjadi problem, dimana garam yang diimpor untuk kebutuhan industri, bisa saja bocor ke garam konsumsi.
“Garam yang dihasilkan dari petani tambak garam ini tidak langsung ready untuk bisa disuplai memenuhi kebutuhan industri. Inilah salah satu contoh bagaimana peningkatan kualitas on farm tetap dibutuhkan. Jika kualitas garam on farm lebih baik, maka daya saing industri turunannya juga akan meningkat di Jawa Timur,” harapnya.
Hadir dalam kesempatan ini, Ketua Umum DPP HA IPB, Fattan Kamil, Ketua DP HA IPB Jatim, Arbintari, CEO Kelola Group, M. Najik, dan beberapa Kepala OPD di lingkup Pemprov Jatim. (rr).