SURABAYA, beritalima.com | Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak memaparkan beberapa tantangan yang dihadapi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dalam menjawab perubahan zaman di masa mendatang. Salah satunya melalui pengembangan program komputasi awan atau cloud computing.
Sebagai informasi, komputasi awan adalah sebuah konsep pemahaman dalam rangka pembuatan kerangka kerja komputasi secara online lokal (LAN) maupun global (internet). Dimana terdapat beragam aplikasi maupun data dan media penyimpanan yang dapat diakses dan digunakan secara berbagi (shared service) dan bersamaan (simultaneous access) oleh para pengguna yang beragam, mulai dari perseorangan sampai kepada kelas pengguna korporasi atau perusahaan. Komputasi awan bisa dianggap sebagai perluasan dari virtualisasi.
“Komputasi awan (Cloud Computing) merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer (‘komputasi’) dan pengembangan berbasis Internet (‘awan’),” kata Wagub Emil saat membuka Musyawarah Wilayah Ke 5 oleh Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Jawa Timur di Gelora Hasta Brata Universitas PGRI Adi Buana, Sabtu, (10/12).
Disampaikan Wagub Emil, mengutip konsep Prof Schelma dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang ditulis di Word Economy Forum mengenai New Education Institusional Model serta hasil perbincangan dengan Menteri Pendidikan dan Dirjen Pendidikan tinggi, sebenarnya memusat atau linier dengan apa yang dilakukan segenap insan perguruan tinggi di Jatim.
Salah satunya menggantikan satu semester dengan sebuah program pengembangan komputasi awan (clud computing) untuk suatu soft file atau solusi yang dapat memecahkan permasalahan-permasalahan di sector public, antara lain pendidikan, pelayanan public dan Kesehatan.
“Ini adalah satu pergeseran yang akan membuat masa belajar di perguruan tinggi menjadi lebih relevan dalam menjawab tantangan masa depan,” tuturnya.
Konsep atau pola semacam ini, kata Wagub Emil, tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga terjadi di luar negeri yang kemudian memunculkan pertanyaan mengenai kaitan dengan ijazah dan peluang kerja yang sudah mulai bergeser. Bahkan data kajian yang dia kutip mengatakan, di tahun pertama pandemi covid-19, terjadi penurunan jumlah pekerjaan yang membutuhkan ijazah Pendidikan tinggi sebesar 45 persen. “Inilah momen untuk melakukan pembenahan dan saya salut AB PPTSI telah melakukan antisipatif terkait hal ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Wagub Emil menjelaskan, mereview jurusan menjadi sangat penting tidak hanya di Perguruan Tinggi melainkan juga di SMK. Sebab, ada jurusan tertentu yang memang per hari ini, peluang kerja yang tersedia itu tidak linier dengan jurusan tersebut.
“Inilah yang perlu dikaji kembali, apakah orientasinya ingin mencari kompetensi yang sesuai dengan lapangan kerja,” ungkapnya.
Disebutkan, ada dua solusi menjawab ijazah dan peluang kerja agar linier, pertama mereview dulu jurusannya lalu yang kedua mengintegrasikan kompetensi dan karakter yang dibutuhkan untuk menjadi professional yang sukses. Ketika semua itu diukur, maka siapapun yang mempercayakan anaknya di didik di sebuah kampus yakin bahwa dimensi mengenai leadership, problem solving, critical thingking akan terbentuk.
“Bisa di-track dan bukan hanya lulus SKS ini dan itu, tetapi benar-benar ada kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja hari ini. Jadi bukan hanya subjeknya, tapi aspeknya atau bergeser dari subjek menjadi aspek,” tandasnya.
(red)