SURABAYA, beritalima.com | Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengapresiasi upaya Pita Putih Indonesia (PPI) Jatim ikut mencegah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Jatim.
Apalagi, di konferensi bertajuk, women’s health social capital and resilience during Covid-19 pandemic yang didukung Global White Ribbon Alliance itu, Wagub Emil menyoroti soal AKI dan AKB yang dinilai sangat kompleks di tengah pandemi Covid-19.
“Isu ini sangat kompleks yang mana kaitannya ada ekonomi, nutrisi dan kedisiplinan untuk memeriksa kehamilan. Bahkan, data Pemprov Jatim ada sekitar 15 ribu ibu hamil yang menerima Program Keluarga Harapan (PKH). Mereka belum optimal memeriksa kehamilannya karena terkendala pandemi Covid-19,” kata Wagub Emil di Hotel Bumi Surabaya, Kota Surabaya, Kamis, (2/12).
Disampaikan Wagub Emil, dalam upaya mencegah kematian ibu hamil dan anak, Pemprov Jatim memiliki aplikasi Bunda Anak Impian (BUAIAN). Fungsi aplikasi tersebut, yakni untuk menyediakan informasi kesehatan ibu dan kesehatan anak.
“Misalnya tentang kesehatan ibu, pengguna bisa dengan mudah mencari artikel tentang kesehatan ibu melalui menu kesehatan ibu,” tuturnya.
“Selain membaca konten yang sudah tersedia, pengguna juga bisa bertanya langsung kepada konsultan melalui menu tanya,” imbuhnya.
Lebih lanjut, selain aplikasi Buaian, Pemprov Jatim juga memperdayakan perawat-perawat Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes). Mereka, bertugas melakukan jemput bola serta memberikan pemahaman akan pentingnya AKI dan AKB bagi ibu-ibu hamil.
“Kita dukung pemkab untuk bisa memobilisasi alat-alat Ponkesdes di setiap desa,” ujarnya.
Wagub Emil pun berharap, konferensi yang di dalamnya telibat praktisi dan akademisi dalam maupun luar negeri mampu memberikan rumusan-rumusan solusi yang kreatif. Termasuk melakukan pemetaan sehingga, identifikasi kesejahteraan dan kesehatan bagi kaum perempuan, terutama pencegahan kematian Ibu hamil dan anak di masa pandemi Covid-19 bisa terlaksana dengan baik.
“Kita yakin para pakar yang hadir mampu mengidentifikasi persoalan AKI dan AKB dengan seksama serta mampu memberi rekomendasi untuk menjadi perhatian pemerintah dalam membangun suatu sistem yang menjawab tantangan kesehatan bagi perempuan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua PPI Jawa Timur Satiti Kuntari mengatakan, pentingnya penyelenggaraan konferensi bagi perempuan. Sebab, sejak pandemi Covid-19 muncul dan mewabah di Indonesia, angka kematian ibu naik 2 kali lipat.
“PPI bersama 15 negara yang dikoordinasikan oleh Global White Ribbon Alliance di Washington, Amerika Serikat sudah melakukan sosialisasi serta mencanangkan beberapa program untuk mencegah kematian pada ibu dan anak,” tuturnya.
Sejauh ini, kata Satiti, PPI Jatim telah melakukan sosialisasi kepada kader-kader di daerah-daerah. Tercatat, ada empat daerah yang menjadi sasaran binaan, yakni Kab. Sampang, Kota Surabaya, Kab Tuban dan Kota Malang.
Agar angka kematian ibu dan anak tidak terus merangkak naik, Satiti berharap program-program yang sudah dimiliki Pemprov Jatim bisa dikolaborasikan dengan program maupun sosialisasi yang dilakukan PPI Jatim.
Menurutnya, penting mengkolaborasikan serta menindaklanjuti program-program yang sudah dilakukan Pemprov Jatim dan PPI. Sehingga ke depan, target menurunkan angka kematian pada ibu dan anak terlaksana dengan baik.
“Membantu pemerintah yang sudah memiliki berbagai macam program. Kalau tidak dibantu, maka pelaksanaannya akan terhambat dan tidak berjalan cepat,” tandasnya.
Adapun konferensi _women’s health social capital and resilience during Covid-19 pandemic_ yang diselenggarakan selama tiga hari, mulai 1-3 Desember 2021 juga didukung _United Nations Population Fund_ (UNFPA), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI dan Pusat Studi Gender dan Inklusi Sosial (PSGIS) Universitas Airlangga.(*)