JAKARTA, beritalima.com | Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak berbagi pengalaman dalam konsep membangun daerah yang pernah dan sedang ia jalani. Konsep tersebut ia bagikan kepada para anak muda di Festival Kreatif bertajuk IdeaFest 2019 yang diselenggarakan di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Jumat (4/10) sore.
Dihadapan para kaum millenial, pria yang sering disapa Emil itu menyampaikan berbagai konsep penting yang harus dipegang oleh para anak muda. Sebagai generasi muda bangsa, mereka harus menyadari bahwa dirinya memiliki peran penting dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di era disrupsi saat ini.
Sebagai wakil pemerintah, Emil memberikan perhatian serius terhadap pola pembangunan daerah, khususnya di era saat ini. Beberapa trend disrupsi yang terjadi diantaranya seperti adanya sharing economy, artificial intelligence, internet of things, additive manufacturing, advanced materials, serta gig economy.
“Saya merasa bahwa government domain harus mulai masuk ke area tersebut. Karena pemerintah yang punya perhatian terhadap hal-hal itulah yang bisa mengaccelerate Indonesia pada era disrupsi ini,” ungkapnya.
Emil menambahkan, salah satu perspektif nusantara yang menarik yaitu bahwa Indonesia memiliki 17 ribu pulau yang dipersatukan oleh lautan dan bukan sebaliknya. Posisi tersebut, mampu memberikan paradigma baru bagi Indonesia dalam mendesain pembangunan suatu daerah. Dimana, akan ada poros maritim dunia, revolusi information age, dengan dukungan koneksivitas domestik dan daya saing logistik.
“Dengan paradigma baru seperti ini maka daerah memiliki peran yang lebih besar untuk bisa menjadi ekonomi driver,” ungkap mantan Bupati Trenggalek ini.
Dirinya menjelaskan, bahwa dalam membangun sebuah daerah terdapat konteks lokal, dimana masyarakatnya yang tidak tinggal di kota besar semuanya ingin menjadi affluent society. Disamping itu, mereka juga ingin ada pembangunan di daerahnya untuk improve livelihood.
“Kita memiliki kekuatan ekonomi lokal yang seharusnya bisa digerakkan, tetapi saat ini kita belum mampu memaksimalkan potensi ekonomi domestik yang ada. Misalnya, karena biaya pengiriman barang dari Jakarta ke Hongkong lebih murah dari pada Jakarta ke titik lainnya di Indonesia,” urai Emil.
Selain itu, di sisi konteks nasional dalam membangun daerah dibutuhkan keunggulan pertanian atau agricultural excellence. Meskipun, hal tersebut masih belum bisa dicapai, tetapi konsep tersebut harus sudah dipikirkan bersama.
Dirinya mencontohkan, negara sekelas Amerika yang memiliki kontribusi lebih sedikit di bidang pertanian dibanding Indonesia telah mampu mengekspor agriculture product lebih banyak.
“Kita mesti mengetahui bahwa agricultural excellence ini hanya bisa dicapai jika anak-anak muda yang berpendidikan mau masuk ke sektor pertanian. Dan hal ini jugalah yang mendorong saya ingin terjun ke daerah secara langsung,” tegas Emil.
Lebih lanjut disampaikan, di sisi konteks global dalam membangun daerah, salah satunya dipengaruhi adanya paradigma pedesaan baru atau new rural paradigm. Menurutnya, dulu orang tinggal di desa karena memang tidak memiliki kesempatan untuk bisa tinggal di kota. Sehingga mereka bertahan di desa dan bekerja apa adanya. Namun, saat ini eranya sudah berubah. Meski tinggal di desa, tapi mereka tidak terhalang lagi dengan koneksivitas.
“Meski tinggal di desa, orang tidak perlu lagi risau dengan koneksivitas karena hal itu bisa dilakukan melalui koneksi internet. Maupun dengan adanya perbaikan infrastruktur yang telah dibangun. Hal inilah yang menyebabkan konteks new rural paradigm,” tukas Emil.
Terkait penyelenggaran IdeaFest 2019, Emil berharap bisa menjadi salah satu ruang kolaborasi yang efektif. Selain itu, juga bisa menginspirasi para generasi muda yang ingin memajukan ekonomi kreatif Indonesia.
“Semoga isi cerita tentang membangun daerah ini bisa menarik minat kita semua untuk mulai membangun Indonesia dari daerah,” pungkasnya.
Kegiatan IdeaFest 2019 sendiri merupakan sebuah festival kreatif yang menampilkan sederet profil kreatif lintas industri baik dari dalam maupun luar negeri. Berbagai produk inovatif dan pewirausahaan kreatif ditampilkan dengan harapan akan mampu mendorong rasa bangga terhadap produk lokal. Kegiatan tersebut berlangsung sejak 3 – 6 Oktober 2019. (rr)