SURABAYA, beritalima.com | Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak memastikan bahwa pembangunan yang dirancang melalui Peraturan Presiden (Perpres) 80/2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Jatim bertujuan untuk pemerataan seluruh wilayah. Kendati proyek tersebut dirancang dengan pendekatan di tiga kewilayahan (priority area), yaitu kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan), lalu kawasan wisata Bromo, Tengger, Semeru (BTS), Selingkar Wilis, dan Lintas Selatan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk pemerataan pembangunan kabupaten/kota di Jatim.
Sehingga, lewat pemerataan pembangunan tersebut diharapkan dapat semakin mendongkrak perekonomian Jatim dan nasional.
“Seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur ada pemerataan pembangunan, meskipun prioritasnya ada di tiga wilayah,” kata Wagub Emil Elestianto Dardak saat menjamu makan malam bersama para alumnus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Ruang VVIP Kantor Gubernur Jawa Timur, Jl. Pahlawan 110 Surabaya, Sabtu (25/1) malam.
Untuk itu, lanjut Wagub Emil, Pemprov Jatim akan bergerak cepat menyukseskan Perpres 80/2019, dimana Provinsi Jatim mendapatkan sebanyak 218 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi mencapai total Rp. 292,4 triliun.
Dirinya menegaskan, bahwa pada hakekatnya kegiatan pembangunan tersebut bukan sebuah proyek semata. Namun lebih kepada Economic Development atau pertumbuhan ekonomi.
“Sehingga sasarannya adalah di seluruh wilayah kabupaten dan kota di Jawa Timur,” jelasnya.
Jika pemerataan di seluruh wilayah di Jatim dapat tercapai melalui proyek-proyek yang terdapat dalam Perpres tersebut, khususnya untuk tiga priority area, maka tak dipungkiri akan semakin mendongkrak perekonomian nasional. Sebab, sebut Emil Dardak, saat ini saja perekonomian Jatim merupakan terbesar kedua di Indonesia. Artinya, percepatan pembangunan di Jatim akan juga memberikan efek yang signifikan bagi perekonomian nasional.
“Ekonomi Jawa Timur menyumbang 1/6 perekonomian di Indonesia. Ekonomi Jatim saja itu 2/3 nya ekonomi Vietnam. Bahkan, jika diranking diantara negara-negara di dunia, posisi Jatim berada di peringkat lima puluhan diantara seluruh negara di dunia. Jadi ini menunjukkan bahwa ekonomi Jatim yang sangat besar, dan menjadi tumpuan bagi perekonomian bangsa ini,” tegasnya.
Oleh sebab itu, imbuh Emil Dardak, berbagai masukan dari para alumnus ITS dan ITB, yang telah memiliki banyak pengalaman, khususnya dalam pembangunan bidang infrastruktur di negeri ini sangat diharapkan. Utamanya dalam menyukseskan Perpres 80/2019 di Jatim.
“Berbicara pembangunan infrastruktur, tentunya bukan hanya intermoda, namun juga interdisiplin ilmu, seluruhnya menjadi satu. Disini ada semua pakar-pakar infrastruktur, baik itu dari teknik sipil, elektro, IT, dan lainnya. Kami mohon masukannya,” harapnya.
Salah satu masukan yang ingin didengar oleh orang nomor dua di Jatim ini adalah terkait konektivitas transportasi publik yang tersambung antara Gerbangkertosusila. Sebab di wilayah tersebut menyumbang hampir 50 % nya perekonomian Jatim.
Dan sampai saat ini, pemerintah masih mengkaji moda transportasi yang paling feasible dan cocok. Opsinya adalah moda kereta ringan Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), Autonomous Rapid Transit (ART), serta Trolley Bus.
Menanggapi hal itu, salah satu alumnus ITS, Sutopo lantas memberikan masukannya. Menurutnya, meskipun Perpres 80/2019 sudah terbit, hal itu tidak menjamin seluruh proyek bisa terlaksana dengan cepat, dan sesuai target, apalagi Pemprov Jatim berkeinginan kuat agar proyek-proyek tersebut bisa selesai dalam lima tahun. Sebab, biasanya pemerintah terkendala pada anggaran yang terbatas.
“Karena itu, saya usulkan Pak Wagub agar mencari investor di luar negeri, mempromosikan proyek-proyek yang ada dalam Perpres tersebut. Saya yakin, Pak Wagub sudah sangat berpengalaman dalam menggaet investor,” katanya. (rr)