JAKARTA, beritalima.com | Di era keterbukaan informasi, masyarakat bisa dengan sangat mudah memberi informasi dan menerima informasi lewat berbagai platform baik media sosial ataupun media daring. Untuk itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak selaku bagian dari pemerintah menekankan pentingnya edukasi bagi para pemberi maupun penerima informasi.
“Saat ini eranya orang tidak hanya sekedar download tapi juga upload sebuah infromasi. Karenanya, adalah tanggung jawab kita sebagai pemerintah untuk mendidik masyarakat. Dimana, ada konsekuensi yang bisa diterima saat memberi atau menerima informasi,” urai Emil sapaan lekat Wagub Jatim saat menjadi pembicara pada acara Siberkreasi Netizen Fair 2019 di The Kasablanka Hall, Kota Kasablanka Mall, Jakarta, Sabtu(5/10) sore.
Menurut Emil, sebenarnya tidak ada alasan melarang orang untuk menyebarkan informasi, selama informasi ini bukanlah hoax. Namun demikian, jika informasi tersebut sudah dibumbui dan diamplifikasi dengan ajakan kebencian maka inilah yang mesti dicegah.
Dirinya mencontohkan, misalnya ada sebuah konten video yang sebenarnya sudah lama namun diupload ulang dengan ditambahi bumbu-bumbu kebencian. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara untuk mencegah penyebarluasan konten informasi tersebut.
“Yang perlu kita ingat, saat ini pepatahnya bukan lagi mulutmu harimaumu namun jarimu harimaumu. Oleh sebab itu, sekali lagi saya tegaskan segala sesuatu yang kita sebarluaskan akan mudah dilacak dan terdapat konsekuensi juga dibaliknya,” tegas mantan Bupati Trenggalek ini.
Lebih lanjut disampaikan, pihaknya sangat mendukung adanya kritikan atau dukungan dari masyarakat terhadap sebuah kebijakan. Akan tetapi, berbagai kritikan tersebut sebelumnya harus didahului dengan pemikiran dan penelitian yang dalam.
“Namanya juga era demokrasi, semua bebas mengeluarkan pendapat maupun mengkritik kebijakan yang ada. Tapi seharusnya hal ini harus sudah dilandasi dengan pemikiran yang dalam, karena jika belum justru tidak akan menambah kualitas demokrasi,” terangnya.
Terkait pemanfaatan media sosial, Emil mengaku juga aktif menggunakan media sosial untuk berbagi informasi kepada masyarakat. Menurutnya, ada beberapa metode penyampaian yang berbeda pada beberapa media sosial. Seperti Instagram misalnya lebih mengedepankan visual, sedangkan di twitter lebih pada ungkapan yang dibuat, dan berbeda lagi di facebook.
Selain itu, dalam menyikapi komentar-komentar dari para netizen dirinya mengaku selektif. Pernyataan yang disampaikan pun lebih kepada klarifikasi jika ada informasi yang tidak sesuai.
“Saya biasanya memposting yang sifatnya informatif, dan saya juga masih terus membenahi metode share informasi yang efektif di media sosial ini. Terlebih, kita tidak bisa mencegah orang untuk berkomentar di laman media sosial kita. Maka, mari gunakan media sosial ini dengan bijak,” pungkas Emil.
Literasi Digital Indonesia Masih rendah
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI Rudiantara menyampaikan, bahwa literasi digital di Indonesia masih rendah. Menurutnya, hal inilah yang menyebabkan munculnya fenomena penyebaran berita hoax.
Senada dengan Wagub Emil, dirinya juga menekankan pentingnya memberikan edukasi pada para masyarakat, khususnya dalam hal memilah dan memilih informasi. Salah satu kuncinya adalah konten yang bersifat positif,
“Jika kita member dari sebuah group whatsapp, jika ada yang mengirim konten negatif maka kita harus berani protes dan menyampaikan pada admin. Karenanya, usahakan setiap kali memposting selalu kros cek dulu dan posting yang positif,” jelasnya.
Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi ini sendiri merupakan gerakan sinergis yang mendorong pengguna internet (netizen) di Indonesia untuk menggunakan internet secara lebih bijak dan bertanggung jawab. Gerakan ini diinisiasi oleh beberapa kementerian, komunitas atau organisasi, dan swasta. (rr)