PROBOLINGGO, Beritalima.com | Gubernur Provinsi Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi kepala dinas Pendidikan Provinsi Jatim Dr Ir Wahid Wahyudi MT beserta jajaran pejabat Dinas Pendidikan dan kepala Kesejahteraan Sosial Dr Hudiyono Msi, melakukan kunjungan ke sekolah SMAN 2 dan SMKN 2 Probolinggo, Selasa (18/8/2020).
Dalam kunjungan tersebut, Khofifah dan Wahid melihat secara langsung proses pembelajaran tatap muka dengan para siswa. Uji coba pembelajaran tatap muka ini akan dilakukan selama 2 minggu ke depan. Untuk itu, pihak dinas pendidikan akan melakukan evaluasi. Jika nantinya uji coba pembelajaran tatap muka ini berjalan lancar dan sukses, ke depannya akan direncanakan lebih sempurna.
Seperti yang disampaikan oleh Khofifah kepada awak media,
“Belajar mengajar tatap muka secara bersama ada yang jam 7 ada yang jam 7.15. Saya ingin sampaikan bahwa uji coba ini baru bisa dilakukan atas persetujuan Bupati atau Walikota. Maka di sini pak wali bersama kami ini untuk memastikan bahwa daerah ini daerah yang disediakan untuk dilakukan uji coba belajar mengajar tatap muka secara langsung,” jelas Khofifah.
Lebih lanjut mantan menteri sosial ini mengatakan secara bertahap pihaknya bisa melihat karena di SMK ini ada hal-hal yang tidak bisa hanya dilihat saja,
“Bagaimana praktek yang mereka lakukan itu tidak bisa dilakukan secara daring, jadi kalau teman-teman bisa tanya bagaimana 5 bulan kemarin, dan sekarang masuk sekolah, pasti mereka senang karena bisa menyelesaikan tugas praktek.
Karena ada bagian tertentu mungkin yang tidak bisa diajarkan secara daring. Tapi banyak hal yang ternyata mereka harus praktek sendiri.Bagaimana membangun sambungan listrik misalnya, mereka harus praktek, tidak sekadar mereka melakukan exercise outside secara digital,” sambung Khofifah.
“Secara digital bagaimana di sini sudah dimulai, untuk sambungan listrik disiapkan format. Kalau tahun ini sukses diuji coba. Sebetulnya SMKN 2 Kota Probolinggo di dalam program studi atau jurusan listrik ini sudah masuk pada four point Zero, artinya di tengah pandemi covid seperti ini para guru guru, kepala sekolah di SMKN 2 Kota Probolinggo tetap melakukan inovasi. Caranya adalah melakukan persiapan four point Zero untuk sambungan listrik,” lanjutnya.
Sementara itu, kepala dinas Pendidikan Provinsi Jatim Dr Ir Wahid Wahyudi MT mengungkapkan kegembiraan dan mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh gubernur Khofifah Indar Parawansa.
“Alhamdulillah tadi kita sudah menyaksikan bahwa di SMA Negeri 2 Probolinggo kota dan SMK Negeri 2 Kota Probolinggo sudah berjalan dengan baik, bahkan jam masuk kelas pun diatur karena jumlah siswanya dibatasi supaya tetap bisa menjaga jarak,” tuturnya.
“Ada satuan tugas di sekolah masing-masing yang selalu berkeliling, yang mengingatkan apabila ada yang tidak melakukan protokol kesehatan termasuk memakai masker.
Jadi Insya Allah sudah bisa berjalan dengan melaksanakan protokol kesehatan di sekolah-sekolah,” sambung Wahid.
Wahid menuturkan saat uji coba ini pembelajarannya hanya 3 jam.
“Jadi kalau masuk jam 7 ya jam 10 sudah harus pulang. Dengan 4 jam mata pelajaran saja, karena masing-masing 1 jam pelajaran itu 45 menit, sehingga kalau diisi per satu mata kuliah. Berarti per hari kita empat mata kuliah. Dan itu pun mau dicobain akan dilaksanakan selama dua minggu. Karena bergantian maka masing-masing anak dalam dua minggu ini bisa mengikuti pembelajaran tatap muka selama 2 kali. Dan sesudah melakukan wawancara dengan para siswa SMA maupun SMK, semua mengatakan gembira bisa masuk pembelajaran tatap muka, karena mereka mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh itu kurang efektif, mereka kurang bisa menangkap, apalagi kalau SMK karena harus praktek. Maka mereka menyambut baik terhadap pelaksanaan uji coba ini, dan para siswa siap laksanakan protokol kesehatan,” tukas Wahid.
“Tapi kalau sudah berjalan 18 minggu, nanti akan kita evaluasi pada akhir Agustus. Evaluasi nanti untuk menentukan kebijakan berikutnya. Jumlah siswa SMA, SMK, SLB swasta dan negeri di Jawa Timur itu mencapai 1,3 juta siswa. Dari 1,3 juta itu yang mengikuti uji coba itu hanya18.000 sekian, jadi hanya 1,4% dari total jumlah siswa di Jawa Timur untuk SMA SMK dan SLB negeri dan swasta,” tandasnya.
Uji coba pembelajaran tatap muka ini hanya dilaksanakan oleh sekolah 1 SMA, 1 SMK, 1 SLB. Sementara uji coba untuk SLB dengan kebutuhan khusus nya tidak memungkinkan dilakukan jarak jauh, mereka pengen deket dengan pendampingnya.
” Itu yang tidak dilakukan. Dari satu syarat wajib itu adalah mendapatkan rekomendasi dari gugus tugas covid kabupaten kota yang diketuai Bupati walikota. Yang kedua, siswa yang masuk itu mendapat persetujuan tertulis dari orang tuanya. Kalau tidak setuju ya ndak usah, Ya silakan belajar di rumah. Karena kita pun melakukan pembelajaran jarak jauh. Yang orang tuanya setuju, silakan masuk dengan tatap muka,” papar Wahid.
“Kenapa sih ini kok dilakukan uji coba di Jawa Timur, itu karena banyak kendala pembelajaran jarak jauh atau bisa dikatakan hasilnya kurang efektif. Yang pertama adalah banyak masyarakat yang tidak memiliki HP Android, bahkan banyak keluarga yang hanya memiliki satu handphone Android padahal dia punya anak dua, punya anak tiga, sehingga anaknya bertengkar memperebutkan 1 HP yang dimiliki orang tua. Banyak daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh internet, kalau pun terjangkau itu kualitasnya jelek. Dan juga di masa pandemi covid ini banyak orang yang nafkahnya itu berkurang. Bahkan dia tidak mendapatkan nafkah, sehingga kesulitan untuk membelikan kuota internet. Dan beli pulsa rata-rata sebulan itu
membutuhkan Rp 33.000 sampai Rp75.000 untuk beli paket internet dan ini memberatkan bagi orang tua,” pungkasnya. (yul-adv)