MOJOKERTO, beritalima.com | Sahat Tua Simanjutak, S.H, M.H, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Jawa Timur, mengapresiasi langkah dari Gus Bimo Pengasuh Pondok Pesantren Segoro Agung, yang berinisiatif memperbaiki monumen garuda pancasila yang sempat di protes masyarakat karena posisi kepala menghadap ke depan.
“Kami mengapresiasi apa yang dilakukan KH Agung Bimo Agus Sunarno dengan membangun monumen Garuda Pancasila. Karena membangun monumen akan mengingatkan Indonesia akan sebuah nilai kebangsaan yang akan menggugah semangat patriotisme,” ungkap Sahat Simanjuntak saat menghadiri syukuran monumen Garuda Pancasila di Area Pendopo Agung Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.
Dan hal itu menurut Sahat sangatlan positif untuk dilakukan dukungan bersama. Karena sebuah Monumen akan mengingatkan dan menggugah semangat nasionalisme.
“Walaupun monumen tersebut sempat mengalami kontroversi dalam pembangunan monumen Garuda Pancasila ini. Namun, langkah cepat untuk memperbaiki kepala Garuda sehingga menghadap ke sebelah kanan dan sekarang monumen itu telah sesuai dengan simbol dari negara kita ini,” papar Politisi Partai Golkar kepada media ini.
“Saat ini kan sudah menghadap ke sebalah kanan. Namun yang perlu kita angkat adalah semangat beliau untuk memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara, itu sebagai tanda kalau gus Bimo sangat peduli dan mencintai NKRI” imbuhnya.
Sementara itu, KH Agung Bimo Agus Sunarno mengungkapkan Monumen Garuda Pancasila Trowulan adalah sebuah pesan akan lahirnya Pancasila dari Trowulan, pasalnya, dalam buku kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, tertulis juga adanya toleransi kehidupan beragama, khususnya agama Budha dan Hindu di zaman tersebut.
” Pancasila sebenarnya telah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit,” kata KH Bimo.
KH Bimo juga mengatakan, dalam membangun monumen awal, bukane dirinya tidak paham akan simbol Pancasila tapi dari nilai historinya. saat garuda wisnu kencana menjadi kendaraan dari Prabu Airlangga.
” Karena tuntutan dari masyarakat maka kami benahi monumen itu sesuai dengan simbol aslinya, agar tidak terjadi kegaduhan di masyarakat” pungkas Kyai Karismatik tersebut.
Penulis : Sukarno
Editor. : Santoso