JAKARTA, Beritalima.com– Dalam kondisi prihatin seperti sekarang ini, peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 harus dijadikan momentum membangun rasa persatuan, kebersamaan dan semangat mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Karena itu, Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Dr H Mulyanto mengajak seluruh komponen masyarakat saling bekerjasama mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi, mulai dari masalah wabah pandemi virus Corona (Covid-19) yang sudah menelan korban lebih 5.600 jiwa, hingga masalah kontraksi ekonomi yang saat ini tumbuh negatif 5,5 persen serta ancaman resesi ekonomi.
Anggota Komisi VII DPR RI dari Dapil III Provinsi Banten itu meminta Pemerintah lebih peduli mengokohkan rasa kebersamaan dalam masyarakat, sebagai modal utama bangsa ini mengatasi berbagai tantangan yang ada.
“Diakui atau tidak, saat ini masyarakat kita terbelah ekses dari pilpres yang lalu. Sebab itu di hari kemerdekaan ini Pemerintah seharusnya dapat menciptakan suasana kerukunan, kedamaian dan rasa persatuan. Bukan malah mempertajam perbedaan dengan membiarkan keberadaan buzzer-buzzer media sosial yang sering memprovokasi masyarakat,” ujar Mulyanto.
Untuk membangun persatuan dan kesatuan itu, Mulyanto mengingatkan Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjaga keseimbangan pembangunan, baik dalam aspek spiritual maupun material, seperti yang diamanahkan para pendiri bangsa (founding fathers).
“Menurut Bung Hatta, sila pertama (Ketuhanan Yang MahaEsa) dan sila kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) mencerminkan aspek spiritualitas itu. Sementara sila ketiga, sila keempat dan sila kelima mencerminkan aspek materialitasnya.
Aspek spirtualitas ini akan menyinari pembangunan aspek materialnya. Bahkan sila pertama Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang MahaEsa” menjadi ruh bagi sila-sila lainnya.
Ini sesuai dengan syair dalam lagu Kebangsaan Kita “Indonesia Raya” yakni “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”.“Jiwa”, kita sebut lebih dahulu dari “badan”.
Dikatakan Mulyanto, kita harus membangun aspek spiritualitas bangsa ini, agar kokoh untuk kemudian menjadi landasan dalam membangun peradaban material Indonesia yang maju, unggul dan bermartabat.
“Karenanya kita bersyukur dengan predikat, bahwa masyarakat Indonesia adalah bangsa yang relijius, bangsa yang beriman dan bertakwa. Dan memang demikianlah fakta sosialnya,” jelas Mulyanto.
Salah satu indikator bahwa akal-jiwa bangsa ini masih sehat dan kita layak optimis dapat dilihat dari bagaimana sikap penolakan masyarakat luas terhadap Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) atau RUU Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) akhir-akhir ini.
Artinya, masyarakat kita sangat peka dan sigap membela manakala aspek spiritualitas-ideologis mereka terganggu. Berbagai organisasi keagamaan, purnawirawan TNI-Polri, pemuda dan daerah memperlihatkan sikap penolakan tersebut.
“Begitu pula terkait dengan rasa kemanusiaan, yang dicerminkan dengan sikap saling tolong-menolong kesetiakawanan sosial dalam menganggulangi wabah Covid-19 di RT-RT, RW-RW, dusun dan desa. Fenomena ini tentu membahagiakan dan membuat kita damai. Ini sekedar contoh yang menunjukkan, bahwa akal dan jiwa bangsa ini masih sehat dan kokoh,” lanjut Mulyanto.
Lebih jauh Mulyanto mengatakan, 75 tahun umur Indonesia merdeka, bangsa ini telah melalui pasang naik dan pasang surut dinamika berbangsa dan bernegara. Dan, kita telah melalui semua itu dengan selamat hingga hari ini.
“Karena itu, kita layak optimis musibah Covid-19 dan resesi ekonomi yang mengikutinya, dapat kita hadapi dan selesaikan dengan baik. Insya Allah selama akal dan jiwa bangsa ini masih kuat. Kita akan dapat melalui musibah tersebut dengan selamat. Karena kita adalah bangsa pejuang. Bangsa yang optimistik,” demikian Dr H Mulyanto. (akhir)