SURABAYA – beritalima.com | Sebanyak 60 siswa Finalis Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup berkunjung ke kediaman Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Kehadiran mereka ke rumah dinas walikota dalam rangkaian penyematan selempang Finalis Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup surabaya 2019. Mereka tak datang sendiri, masing-masing finalis didampingi para orang tua, guru sekolah dan aktifis dari organisasi lingkungan hidup “Tunas Hijau”.
Presiden Tunas Hijau, Mohammad Zamroni mengatakan, bahwa Pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup ini diselenggarakan sejak tahun 2002. Untuk mengikuti proses pemilihan, sebelum mendaftar, pihak panitia mewajibkan mereka memiliki proyek berupa aksi-aksi lingkungan. Proyek tersebut berkaitan dengan langkah solutif atas persoalan lingkungan yang terjadi di sekitar tempat tingga mereka.
“Proyeknya minimal waktunya berlangsung selama 6 bulan. Tapi, ada juga yang sampai bertahun-tahun,” teranag Zamroni, Senin (4/11/2019)
Zamroni menyebutkan, pemilihan pangeran dan putri lingkungan hidup tahun 2019 yang digelar Tunas Hijau diikuti 400 peserta, terdiri dari 200 siswa SD dan 200 siswa SMP.
Di hadapan Wali Kota Risma dan Kepala Dinas Pendidikan, Ikhsan, para peserta ditanya langsung seputar aksi lingkungan dan produk-produk yang dihasilkan. Presiden Tunas Hijau tunas Hijau Mohammad Zamroni mengatakan, di tahapan seleksi, peserta didampingi, aktifis Tunas Hijau dan guru sekolah untuk mengembangkan proyek.
“Mulai dari membuat media promosi proyek, bagaimana kampanye di luar dan mengajak keluarga mereka untuk mendukung proyek yang dikerjakan,” terangnya
Ia mengungkapkan, di setiap melakukan aksinya, peserta wajib meng upload ke media sosial instagram. Aksi yang mereka lakukan, bisa berupa kegiatan menanam pohon, mendaur ulang ataupun kegiatan kreatif dan inovatif lainnya.
‘Penilaiannya, tinggal melihat aksi mereka di instagram. Bisa juga dengan memantau langsung di lapangan” katanya
Kegiatan Pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan hidup ini, merupakan cikal bakal program lingkungan Se-Indonesia. Di Kementrian Lingkungan Hidup, program ini pernah dijadikan ikon, sebelum muncul program lingkungan lainnya.
“Dari kegiatan seperti ini, mantan pesertanya bahkan ada yang menjadi duta PBB lingkungan untuk kawasan Asia Pasifik,” ungkap Zamroni.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dihadapan Pangeran dan Putri Lingkungan mengaku, bangga, dan menilai jerih payah para siswa tersebut dalam melakukan aksi lingkungan begitu luar biasa.
“Yang kalian lakukan ini luar biasa. Jauh melebihi dari kapasitas usia dan fisik kalian,” ujarnya memuji.
Wali kota Risma menegaskan, bahwa apa yang dilakukan para pegiat lingkungan ini membantu menyelesaikan persoalan dunia, yakni Global Warming atau perubahan iklim. Untuk itu, dirinya menyampaikan rasa terima kasih sekaligus akan memberikan penghargaan.
“Saya harap, kalian tak berubah. Kalian tahu, kenapa saya rajin menanam pohon, karena pohon mengeluarkan oksigen yang dibutuhkan manusia, Maka, dengan begitu kita bisa menolong orang lain,” katanya.
Walikota kembali mencontohkan, perlunya aksi lingkungan untuk mengatasi sampah. Menurutnya, jika tak diolah, sampah akan menjadi musuh paling besar. Oleh karenanya, ia berharap, para peserta mengajak keluarganya untuk menjaga kebersihan.
Di hadapan finalis Pangeran dan puti lingkungan, Wali Kota Risma menanyakan satu persatu produk serta aksi lingkungan yang telah dilakukan para peserta. Ni Nyoman Gayatri, siswa SMPN 6 Surabaya yang mengembangkan proyek lidah buaya di perumahan Wiguna Tengah dan Wiguna Timur memaparkan aksinya. Ia mengaku, disamping melakukan sosialisasi bagaimana pengelolaan, dan pembibitan lidah buaya. Dirinya juga mengembangkan kegiatan kewirausahaan dari tanaman lidah buaya, menjadi produk sabun, teh, shampo dan pupuk.
“Dengan kegiatan ini selain untuk penghijauan, juga meningkatkan ekonomi masyarakat,” sebutnya.
Dari aksi lingkungan yang digeluti selama hampir dua tahun ini, Gayatri mengaku telah mendapatkan keuntungan dari berbagai produk yang dijual secara langsung ke masyarakat maupun secara on line sekitar Rp. 3,5 juta.
Finalis lainnya, Mutiara Nurhapsari, siswa SDN Sawahan 4 memaparkan,hasil kerja inovatifnya berupa membuat pupuk dari kulit telur. Ia menyampaikan, alasan memiliki ide mendaur ulang sampah kulit telur, setelah melihat banyaknya pengusaha kuliner disekitar kampungnya.
“Di tempat saya, banyak pengusaha home industry kue. Saya manfaatkan kulit telur yang dibuang untuk pupuk,” jelasnya.
Mutiara mengatakan, proses pembuatan pupuk dari kulit telur tidaklah sulit. Kulit telur tinggal dicuci, dijelur kemudian diblender langsung bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman, tanpa campuran kimia apapun. Tak sekedar pupuk, dengan bahan dasar kulit telur juga bisa diolah kembali menjadi minuman kunyit asam, serta bumbu dapur. Selama setahun mendaur ulang kulit telur, siswa kelas 6 ini mengaku telah mendapatkan hasil penjualan produk sedikitnya Rp. 2 juta. (*)