Bengkulu, beritalima.com | Banyak hal yang sudah dilalukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu dalam mengantisipasi dan menangani pandemi Covid-19 sehingga menjadi menarik untuk dibahas oleh banyak media nasional.
Seperti Jumat siang (8/5/20), Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan wawali Dedy Wahyudi diundang bergabung dalam live streaming oleh liputan6.com melalui media sosial instagram membahas topik seputar penanganan Covid-19.
Helmi dan Dedy dari balai kota juga live akun medsos mereka masing-masing. Helmi live di fanspage facebook H.Helmi Hasan, SE, Instagram @helmihasanofficial dan akun facebook Wakil Walikota Dedy Wahyudi serta Instagram @dedycamkoha.
Helmi menjelaskan bahwa masyarakat di Kota Bengkulu sudah patuh dengan aturan dan imbauan dari pemerintah untuk tidak berkerumun agar bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Dan masyarakat Kota Bengkulu saat ini sudah mengerti bahwa Covid-19 ini bukan aib dan bukan untuk ditakuti sehingga setiap orang yang dinyatakan ODP atau PDP tidak boleh dimusuhi atau diusir.
Salah satu pertanyaan presenter liputan6.com, Nadia Laras yang diambilnya dari pertanyaan warganet di komentar adalah bagaimana cara walikota mengubah atau mempengaruhi stigma masyarakat terhadap Covid-19.
Helmi menjelaskan bahwa pemerintah gencar memberikan sosialisasi dan imbauan ke masyarakat bahwa Covid-19 bukan aib. “Alhamdulillah kita berhasil mengubah mindset dan stigma masyarakat bahwa Covid-19 bukan aib. Covid-19 ini virus biasa yang bisa mengenai siapa saja. Bisa kena orang kaya, orang miskin, apapun agamanya, berapapun usianya, apapun pekerjaannya. Orang yang kena Covid-19 ini bukan berarti dia pernah berprilaku memyimpang sehingga kena Covid-19. Bukan seperti HIV/AIDS. Jadi ini bukan aib,” sampai Helmi.
Dan Helmi bersyukur di Kota Bengkulu sejauh ini pasien yang dinyatakan positif dan meninggal dunia cuma 1 orang. Ini karena masyarakat sejak awal sudah waspada melihat di daerah Jakarta, Bandung, Bogor sudah banyak yang terkena Covid-19. Kemudian masyarakat juga patuh dengan imbauan pemerintah dan kebijakan-kebijakan yang diambil seperti meliburkan seluruh sekolah dengan melakukan home schooling, meliburkan ASN kerja dari rumah, stay at home dan lainnya.
“Masyarakat Kota Bengkulu juga sudah mengerti bahwa virus ini bisa diputus mata rantainya jika mereka berdiam di rumah, tidak mudik dan tidak berkerumun. Kalau rindu keluarga di luar kota bisa memanfaatkan media sosial seperti ini untuk melepas rindu dan silaturahmi,” kata Helmi.
Helmi juga ditanya oleh Nadia soal pendistribusian bantuan beras dan mie (rasmi) dari APBD Kota Bengkulu sudah tepat sasaran dan bagaimana memonitoringnya di lapangan.
“Begini, seluruh masyarakat dapat karena target kita 100 persen masyarakat Kota Bengkulu dapat bantuan beras dan mie terenak di dunia itu. Sesuai misi kami tidak ada masyarakat Kota Bengkulu yang tidak bahagia. Tidak hanya warga yang memegang KTP dan KK Kota Bengkulu saja yang dapat. Tapi semua warga Indonsia yang tinggal atau sedang berada di Kota Bengkulu karena pembagian rasmie ini kita tidak berbasis KTP dan KK tapi berbasis domisili,” ujar Helmi.
Sedangkan untuk monotoring, sambung Helmi melibatkan seluruh Kepala OPD, camat, lurah dan seluruh ketua RT, LSM, ormas, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda.
Sebelum Helmi ikut bergabung di live, Nadia lebih dulu berbincang dengan wawali Dedy Wahyudi. Nadia mengatakan bahwa mereka dan siapapun yang menonton live ini akan belajar banyak dari Pemkot Bengkulu dalam menangani Covid-19.
“Kita bakal belajar banyak nih pak dari Kota Bengkulu. Kita banyak mengintip kebijakan yang ada di Pemkot Bengkulu salah satunya untuk bagi bagi beras dan mie yang menarik untuk kita bahas,” kata Nadia saat awal membuka pembicaraan.
Dedy dalam kesempatan itu juga memoerkenalkan sekaligus mempromosikan Kota Bengkulu. Sehingga setelah wabah Covid-19 ini berakhir ia mengajak masyarakat dari luar Kota Bengkulu untuk datang ke Kota Bengkulu menikmati banyak objek wisata dan peninggalan sejarah yang ada di Kota Bengkulu.
“Kota Bengkulu menyimpan sejuta sejarah, setelah situasi normal nanti, setelah pandemi ini berakhir kami mengundang semuanya termasuk mbak Nadia ke Kota Bengkulu. Ada benteng terbesar di Asia Tenggara, juga menyimpan sejarah bahwa Bung Karno pernah diasingkan di Bengkulu. Selama di Bengkulu Bung Karno aktif di kegiatan Muhammadiyah dan ketemu dengan Ibu Fatmawati yang kemudian menjadi Ibu Negara RI,” cerita Dedy.
Terkait penanganan Covid-19 Dedy juga menjelaskan bahwa ketika Pemkot Bengkulu mengimbau masyarakat untuk tidak keluar rumah, pemerintah membujuk dan merayu, bukan dengan kekerasan seperti di India yang warganya sampai dipukul menggunakan rotan karena keluar rumah.
Salah satu bujukannya dengan memberikan bantuan pangan berupa beras dan mie yang totalnya 20 KG beras dan 2 dus mie yang dibagikan bertahap.
“Kita merayu masyarakat tidak seperti di India. Di India itu yang keluar rumah dipukul pakai rotan. Kalau di Kota Bengkulu, yang terdampak Covid-19 disiruh diam di rumah juga tapi dengan rayuan yakni diberikan beras dan mie terenak di dunia,” kata Dedy.
Uangnya, kata Dedy dibeli dari APBD merupakan uang dari masyarakat itu sendiri.
“Seperti anggaran pembelian mobnas, rumah dinas, dana perjalanan dinas dan lainnya itu kita batalkan dan kita alihkan untuk kepentingan masyarakat yakni untuk dibelikan rasmie. Saat ini kami masih dalam proses distribusi. Tetapi pembagiannya bertahap,” demikian Dedy. (rl)