MADIUN, beritalima.com- Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur, menggelar pertemuan dengan tokoh masyarakat dari 27 kelurahan dalam agenda Revitalisasi Nilai Nilai Wawasan Kebangsaan, di gedung Diklat, Senin 24 Oktober 2022.
Kegiatan dengan tema “Penguatan Nilai Nilai Wawasan Kebangsaan Sebagai Upaya Memperkuat Identitas dan Jati Diri Bangsa Indonesia Dalam Sanubari Masyarakat Kota Madiun” ini, menghadirkan dua nara sumber. Yakni Walikota Madiun, H. Maidi, dan Prof. H. Pardji.
“Ibarat taman, kalau satu warna, kurang indah. Tapi kalau warna warni, akan lebih indah. Artinya apa, ketika berbedaan menjadi satu, timbul keindahan. Itulah Kota Madiun di mata dunia,” kata H. Maidi.
Apalagi, lanjutnya, di Kota Madiun ada miniatur Ka’bah yang identik dengan Makkah, menara Eiffel yang identik dengan Paris, dan patung Merlion yang identik dengan Singapura, serta lainnya. Termasuk tempat ibadah untuk enam agama yang diakui di Indonesia. Bahkan tak lama lagi, di Kota Madiun ada warung yang diberi nama, Warung NKRI.
Pemkot Madiun, paparnya, tidak membedakan suku, agama, ras. Justru perbedaan itu, menurutnya, menjadikan sebuah kesempurnaan dan kemajuan pembangunan di Kota Madiun.
“Artinya, kota kita mengangkat perbedaan untuk menuju masyarakat Kota Madiun kian sejahtera dan bahagia,” tuturnya.
Bahkan, untuk memperkenalkan Kota Madiun lebih mendetail kepada dunia, dalam waktu dekat walikota Madiun akan ke Korea Selatan dan Swiss.
“Agenda ini akan saya gunakan untuk memperkenalkan Kota Madiun lebih detail kepada mereka. Termasuk keberagaman yang ada di kota kita,” tandasnya.
Ditempat yang sama, Kepala Kesbangpol Kota Madiun, Tjatur Wahjoedianto, mengatakan, tujuan kegiatan ini yakni agar masyarakat Kota Madiun mampu mengaplikasikan nilai nilai kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, menuju Kota Madiun yang saling bertoleransi, makmur dan sejahtera.
Sementara itu nara sumber lainnya, Prof. H. Pardji, mengatakan, ada beberapa fenomena yang perlu dicermati. Diantaranya redikalisasi dan terorisme, sikap dan perilaku intoleran, dan dekadensi moral.
“Kemudian menurunnya sikap saling percaya serta mengedepankan kepentingan golongan atau kelompok, rendahnya literasi teknologi, dan kesenjangan sosial ekonomi,” terangnya. (ADV/Dibyo).
H. Maidi (nomor 2 dari kanan) atas.