Jombang | beritalima.com – Pasca penutupan pengolahan alminium dua minggu lalu di Desa Bakalan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Mengakibatkan banyak pengangguran yang disebabkan hilangnya mata pencaharian selama bekerja di tempat pengolahan daur ulang alminium yang beroperasi lebih dari 40 tahun.
Demikian hal itu diungkapkan Sekretaris Desa Bakalan, Sutarji yang berhasil diminta penjelasan kepada beritalima.com di kediamannya, pada Jum’at (5/2/2021).
Sutarji pun menyatakan telah menyampaikan kepada Bupati Jombang beberapa hari lalu di Pendopo, sekaligus mempertanyakan kelanjutannya mengingat nasib pekerja sebagai kepala rumah tangga merasa kehilangan mata pencaharian.
Saat ini 4 dari 15 pengusaha pengolahan daur ulang alminium sudah tidak beroperasi lagi karena ditutup oleh Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang bekerjasama dengan Balai Gakkum Jabalnusra Surabaya. Alasannya mengganggu ketidaknyamanan warga lantaran aroma masak dan limbah daur ulang alminium mengandung racun (B3).
Hal itu seperti diungkapkan Kepala Desa Bakalan Abdul Hamid, para pengusaha alminium kesulitan membuang limbahnya sehingga dari beberapa sumber yang diterima masyarakat merasa resah. Bahkan dijelaskan Abdul Hamid, wacananya akan difasilitasi Dinas Lingkungan Hidup dengan membuat KUD untuk pembuangan limbah alminium.
“Sebenarnya masalah itu gak ada urusan dengan aparat desa karena selama berusaha tidak pernah izin ke desa. Yang jadi masalah pembuangan limbahnya itu,” aku kepala desa.
Lebih lanjut ditegaskan Sutarji terhadap limbah alminium yang selama bertahun – tahun dibuang di pekarangan atau digunakan untuk menguruk. Menurutnya sampai saat ini tidak ada yang keracunan bahkan limbah tersebut dibuang dikebunnya tidak mempengaruhi hasil panennya.
“Makanya sampel yang dianggap bermasalah itu hasilnya mana. Sampai saat ini belum menerima,” tegas Sutarji.
Lebih lanjut ketika menemui Kudus Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, terkesan arogan tidak mau memberikan penjelasan secara detail bahkan dalam hubungan dengan media ini terlihat kurang sinergis.
“Oopoo…..masalah alun – alun tanya pa Rofiq, masalah limbah alminium tanya bu Inah,” cetusnya.
Reporter : Dedy Mulyadi