SITUBONDO, Beritalima.com – Tak mudah untuk hidup disebuah dusun dipuncak gunung yang tanpa akses jalan maupun penerangan apalagi saat bulan Romadhan dimana aktifitas keagamaan di malam hari lebih banyak dari hari – hari biasanya, begitu juga dengan 1.000 KK Di tiga dusun yang terpencil di wilayah kabupaten Situbondo yang terkenal dengan kota Santri yang harus Hidup tanpa listrik.
Seperti yang dialami warga di tiga dusun yaitu dusun Betellok, Kacep dan Taman dadar Desa Curah Tatal kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo, yang menjalani ibadah sholat taraweh dan tadarus atau kegiatan lainnya harus kesulitan karena dusun mereka tidak terjangkau listrik dari PLN.
Bahkan Untuk mendatangi dusun tersebut sangat sulit dari segi jalannya sebab tidak ada jalan yang beraspal. ditambah akses jalan naik turun gunung, sempit, licin, dan berlubang menjadi penyebab lamanya perjalanan yang membutuhkan antara 4 atau 5 jam dari pusat Desa. diperparah tidak adanya aliran listrik untuk menunjang aktivitas warga terutama saat bulan Romadhon.
Menurut keterangan Fikri (40) salah satu warga dusun Betellok, RT 01, RW 08, Desa Curah Tatal memiliki daerah yang cukup luas dan memiliki 5 dusun yang berada dipuncak gunung yang sangat membutuhkan perhatian pemerintah, keinginan warga agar memiliki perubahan baik dari segi ekonomi, akses jalan dan masuknya listrik ke dusun tersebut, sampai saat ini belum terwujud.
“Sebenarnya sekitar lima tahun yang lalu warga sudah dijanjikan dusun ini akan dialiri listrik Negara, bahkan jalan akan diperbaiki. Namun hingga saat ini janji-janji tersebut hanya sebatas janji belaka, Untuk bulan puasa seperti ini, kami kesulitan saat melaksanakan tadarusan, memang di Masjid ini ada listrik tenaga matahari, tapi terkadang cahaya kurang terang,”Jelas Fikri.
Senada dengan Fikri, Lilik selaku ketua Kampung di dusun Betellok menjelaskan, walaupun jarak dari dusun Betellok hanya sekitar 9 Km dari pusat desa namun jalan yang belum diaspal dan rusak hingga membutuhkan perjalanan pulang pergi 9 Jam dari dusun hingga balai kantor desa yang sangat menyita waktu dan membuat roda perekonomian warga dusun di atas gunung nyaris tak bergerak. Beragam hasil perkebunan yang mereka panen harganya jatuh dan tak bisa dijual ke pasar dengan harga menguntungkan.
“Sejalan dengan berkembangnya zaman, maka kami warga sangat membutuhkan fasilitas yang layak seperti halnya orang-orang diperkotaan, baik dari segi jalan yang membutuhkan pengaspalan, dan penerangan desa untuk warga kami. Sebab, akses jalan bagi warga adalah harapan yang paling utama untuk menjalankan perkonomian baik dari pekotaan sampai kepada desa kami, Bahkan saya sebagai ketua Kampung harus menempuh 4 – 5 jam untuk berkunjung dan konsultasi kepada kades,”Keluh Lilik.
Dari keterangan warga sekitar, sejak dibukanya jalan desa oleh warga dusun diatas gunung tahun 1993, hingga saat ini belum ada tanda – tanda akan adanya perbaikan maupun pengaspalan jalan, warga dusun di atas gunung berharap bantuan pemerintah Desa, Kabupaten, Provinsi bahkan Pemerintah Pusat untuk bisa membantu Ribuan warga dari lima dusun tersebut keluar dari ketertinggalan dan kegelapan.
Sampai berita ini diturunkan, awak media Beritalima.com masih kesulitan menghubungi Kades, karena Sinyal disekitar Rumah Kades yang masih baru menjabat ini sangat minim. (JOE)