Sampang- Para tokoh penggerak NU dan Advokat NU se-Madura yang tergabung dalam wadah Nahdliyyin Madura Bergerak (NABRAK) hari ini berkumpul di Ponpes Assirojiyah Sampang dalam rangka menyatakan kebulatan tekad untuk melawan semua bentuk penghinaan, penistaan, caci maki, fitnah maupun persekusi terhadap Jam’iyyah maupun ulama NU di Pulau Madura.
Koordinator NABRAK Firman Syah Ali menyatakan bahwa kebulatan tekad dan pernyataan sikap tersebut disampaikan antara lain oleh KH Faidhal Mubarok Sampang, KH Qusyairi Zaini Sumenep, Lora Mohammad Mahrus Busthomi Ganding Sumenep, Lora Faisal Ramdhani Sampang, KH Sitrul Sumenep, Advokat Achmad Bahri Sampang, Advokat Alfin Sampang, Advokat Abdul Manan Pamekasan, Advokat Hepni Sugianto Pamekasan dan beberapa tokoh lainnya.
Terkait dengan meningkatnya eskalasi penghinaan, penistaan, fitnah, ujaran kebencian dan persekusi terhadap jami’iyyah NU dan ulama NU saat ini, NABRAK menyatakan kebulatan tekad dan sikap sebagai berikut :
1. Kami bertekad melawan segala bentuk penghinaan, penistaan dan fitnah terhadap NU, termasuk persekusi terhadap ulama NU.
2. Kami akan lakukan langkah-langkah hukum dalam membela marwah NU serta peradaban madura.
3. Kami mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk segera memproses semua pelaporan kasus penghinaan, pelecehan, penistaan, fitnah dan persekusi terhadap Jami’iyyah NU dan Ulama NU, seperti kasus ujaran kebencian oleh akun Fb Izzul tahun 2018, kasus pencemaran nama baik NU oleh Zubaidi Masajid dll.
Korda NABRAK Sampang Faisal Ramdhani menyatakan bahwa gerakan spontanitas dan masif warga NU Madura ini dipicu oleh tidak jelasnya penanganan kasus-kasus penghinaan yang selama ini menimpa NU di Madura. Akibat kurang cepat dan kurang tegasnya penanganan kasus tersebut maka pihak-pihak yang membenci NU semakin merajalela dalam menghina dan memfitnah NU. Mereka merasa tidak ada resiko hukum apapun dalam menghina dan mencaci orang atau kelompok lain.
KH Faidhol Mubarok yang hadir mewakili generasi sepuh menginginkan peradaban Madura kembali seperti semula, penuh andhap asor dan tata krama. “Memang harus ada ketegasan hukum dulu, barulah peradaban madura yang adiluhung bisa kembali seperti semula”, pungkas ulama Sampang keturunan Ponpes Guluk-guluk Sumenep ini. (red)