AMBON, beritaLima.com,- Warga Seram Bagian Timur (SBT), khususnya Suku Bati, meminta stasiun televisi Trans7 segera mengklarifikasi salah satu pemberitaan yang ditayangkan beberapa waktu lalu.
Dimana, dalam tayangan yang dirangkum dalam salah satu program televisi swasta itu menyebutkan, suku Bati SBT punya kemiripan yang hampir sama dengan makhluk purba jenis komodo, berwajah setengah kera dan bersayap layaknya kelelawar.
Karenanya, mereka menganggap tayangan Trans7 tentang suku bati ini terlalu memojokan salah satu dari suku asli pulau seram itu. Seakan-akan suku Bati ini adalah suku yang menyeramkan.
“Sebagai anak negeri kita pengen supaya ini harus cepat di klarifikasi kalau tidak akan ada tindakan-tindakan yang tidak kita inginkan. Karena ini khan bentuk penghinaan terhadap anak adat gitu. Karena seakan-akan orang menganggap kita orang seram ini terutama kita orang seram timur itu orang-orang yang menakutkan,”kata Ridwan Elis Kepad wartawan di Kantor DPRD Maluku. Senin (16/10/2017).
Aleg DPRD Maluku asal SBT ini mengatakan, apa yang dikatakan para sumber dalam tayangan yang dirangkum Trans7 sangat keliru.
Pasalnya para sumber berpendapat bahwa, sebagian dari suku bati ini ada yang sering menampakkan wujud mereka dengan menyerupai suatu sosok, layaknya makhluk purba jenis dinosaurus.
Padahal, suku bati sendiri adalah suku lokal yang benar-benar berwujud manusia layaknya manusia pada umumnya.
“Persoalanya adalah referensi yang dipakai itu tidak sesuai. Si pieter yang katanya akademisi ini dia khan bukan orang sana. Walaupun dia studinya dibilang ilmiah. Tapi referensi yang lebih tahu itu khan orang disana,”papar dia.
Suku ini bahkan punya mata pencaharian, punya aktifitas, punya kehidupan sosial, yang menyatu dengan maayarakat lain diwilayah SBT, bahkan mereka pun telah tersebar di seantero pulau seram dan Maluku secara luas.
“Bati itu hanya satu. Yaitu ada di seram timur. Dan orang itu mereka sudah berpencar dimana mana,”ujarnya.
Karena itu mereka meminta KPID dan Dewan Pers juga harus menyikapi maslah ini. Sebab masyarakat adat tersebut sudah mulai geram dengan adanya tayangan itu. Menurut mereka tayangan tersebut merupakan satu pembohongan.
“Karena apa yang disampaikan itu, referensi dan sebagainya itu pengambilanya bukan didaerah sana. Dia tidak punya jurnalis investigasi terkait dengan persoalan tersebut. Nah oleh karena itu memang pihak-pihak terkait terutama KPI dan dewan pers. karena ini juga termasuk pembohongan publik ini,”jelasnya.
Jika hal ini tidak diselesaikan, mereka (suku bati), tambah Elis, mengancam akan melakukan tindakan keras. Sebab mereka telah menanggapinya dengan
“Makanya memang setelah nonton itu, teman-teman mendesak untuk ambil langkah protes. Sebab ternyata tanggapan mereka sangat negatif sekali disana,”aku dia. (Jossy)