JAKARTA, beritalima.com | Sosok Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan tokoh nasional yang mengedepankan pluralisme dan kemajemukan di Indonesia. Karenanya pemirikannya terus menerus diterapkan.
Pendiri Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI), Eko Sriyanto Galgendu disebut mewarisi semangat perjuangan Gus Dur. Mengingat berperan aktif dalam memperkuat nilai persatuan dan kesatuan bangsa.
“Semuanya sebenarnya, dimulai dari suatu keyakinan akan satu kalimat yang kita yakini,” kata Eko Galgendu dalam dialog virtual bersama Budayawan Jaya Suprana bertema Peran Sebagai Penerus Perjuangan Gus Dur, Selasa (3/11).
Eko menceritakan awal mula pertemuannya dengan Gus Dur, yang masih menjabat Presiden dan ada acara open house di Istana Kepresidenan. Masyarakat dibolehkan bertemu dengan orang nomor 1 di Indonesia kala itu.
“Saya berangkat dari Solo ke Jakarta untuk bertemu dengan Gus Dur. Sebelum saya bertemu, saya kirim gambar dengan judul moral. Gambar bola dunia terus elang dengan awan gelap,” cerita Eko.
Sambil menunggu gambar itu dikirimkan, Eko berdoa dalam hatinya sebagai pengharap yang terbaik dalam pertemuannya tersebut.
“Dari selembar gambar itulah saya kemudian diberi waktu bertemu. Bahkan sebelum saya bertemu Gus Dur, pasti punya cara berdoa yang saya dapat jawaban dari doa saya,” imbuhnya.
Eko menuturkan kala itu Gus Dur terlihat santai, kemudian dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan kepada dirinya. Dia menyampaikan satu kalimat yang mengisyarakat atas pertemuannya.
“Nanti kalau kamu ketemu Gus Dur kamu mengucap satu kalimat dan ketika dipersilakan. Dia bertanya saya dari mana? saya bilang, saya Eko dari Solo,” ujarnya sambil menirukan suara mantan pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) itu
“Saya mengutarakan, ‘Gus saya sudah datang’. Menurut orang lain jawabannya sedehana atau tidak meyakinkan, tapi Gus Dur menjawab mas Eko “kita satu telur,” tambahnya.
Ketika Gus Dur mengisyarakat satu telur, Eko seperti melihat sebuah bayangan dengan suasana santai. Kemudiran dirinya seperti sedang bermain. Gus Dur pun kembali mengucapkan pernyataanya.
“Saya seperti sedang bermain kelereng atau apapun. Ketika itu Gus Dur mengatakan lagi mas Eko, kita lebih baik bersama-sama,” ungkapnya.
Sepenuh hatinya meyakini bahwa suatu saat masyarakat Indonesia pasti bisa bersama-sama. Hingga kini masyarakat masih tetap bersatu demi menjaga keutuhan suatu bangsa.
“Kemudian menjawab apa yang saya baca di dalam gambaran tadi. Saya mengatakan kepada beliau. Gus, nanti saatnya kalau sudah tepat kita pasti bersama-sama,” tandasnya.
Gus Dur juga menjadi bagian pendiri bagian lembaga Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP). Sementara Eko kala itu, masih menjadi ketua lintas agama di Solo, Jawa Tengah.
Setelah Gus Dur memberi kepercayaan kepada Eko Dalgendu sebagai pengurus di ICRP kemudian jaringan lingkungan relasi berkembang dan Eko bertemu para pemimpin agama di Indonesia. Dari sinilah lahir GMRI yang merupakan kekuatan moral dari Gus Dur dan Pakubuwono XII serta para pemuka agama.