Oleh Dr. Moh. Mukhrojin, S. Pd. I, SH, MSi
Penyuluh Agama Islam Kota Surabaya
SURABAYA, beritalima.com |Diskriminasi atau stigma buruk bagi ODP ( Orang dalam Pengawasan) dan PDP ( Pasien dalam Pengawasan) yang terjadi akhir akhir ini akibat ketakutan akan tertularnya Novel Corona Virus Desise 19 ( Covid 19) semakin merajalela, banyak penolakan dari warga jika Jenazah Covid 19 dimakamkan di wilayah mereka padahal keluarga bersama tim Medis sudah melakukan protokol keamanan pemakaman.
Dalam Acara Mata Najwa diceritakan setidaknya ada 4 perawat rumah sakit (suster) di RSU Persahabatan Jakarta Timur yang diusir dari kost nya karena dianggap membawa Virus, para suster ini sempat terpaksa harus menginap di rumah sakit. Masih di Acara Mata Najwa diceritakan juga ada jenazah di tolak di 2 tempat , kemudian dikebumikan di wilayah lain tetapi saat warga tersebut mengetahui itu jenazah Covid 19 , masyarakat geger minta di bongkar kuburanya. Bahkan diceritakan lagi di acara yang sama ada seorang yang ada di kota status zona Merah, padahal bukan ODP, tidak diperbolehkan masuk ke kos bahkan diusir dan di tulisi orang yang datang dari kota itu tidak diperbolehkan masuk wilayahnya. Disatu sisi kasus ini menunjukan kesadaran dan kewaspadaan pada Covid 19 mulai membentuk pada masyarakat namun upaya menjaga jarak ini dinilai keblabasan sehingga sudah meninggalkan hati nurani manusia itu sendiri.
Bayangkan para perawat dan dokter yang mempunyai garda terdepan dalam menangani kasus ini, mereka mempertaruhkan nyawa dengan merawat Pasien Virus Corona dengan peralatan seadanya, mestinya mereka menjadi Pahlawan disaat ini yang harus kita muliakan namun ketika gugur karena tertular Virus ini mereka para dokter Jenazahnya ditolak oleh Masyarakat.
minggu lalu saya ada Tamu Dokter dari RS Dr. Soetomo yang minta tolong di Doakan agar keluarga besarnya yang menjadi dokter menangani Covid 19 ini tetap sehat dan bisa membantu pasien Covid 19 , iapun juga tahu diri dengan menjaga jarak dengan saya dan tidak mau masuk ke dalam rumah. Perilaku jaga jarak dengan orang lain di musim pandemi ini memang wajar namun jika sampai mengusir mereka itu sudah kelewatan.
Pasien ODP maupun PDP adalah korban mestinya kita bantu mereka dengan mengisolasi mereka di rumahnya masing masing, bahkan jika perlu mendukung kebutuhan mereka agar meraka tidak terpaksa keluar rumah untuk bekerja , jika mereka keluar rumah untuk bekerja maka yang ada bahaya bagi yang lain, begitu juga dengan Jenazah Covid 19 , semua rumah sakit sudah mempunyai protokol standart penanganan jenazah Covid 19 , selain dikafani sesuai ajaran Agama Jenazah, juga di bungkus secara khusus yang sama sekali tidak ada masalah dikubur dimanapun. Karena Menurut dr. Edi Suyanto SpF SH, MH Kepala Depertemen Kedokteran Forensik dan Mediklegal RSU dr. Soetomo Surabaya mengatakan “ Secara Ilmiah Ilmu Kedokteran, Korban atau Jenazah kemungkinan menularnya sudah tidak ada. Apalagi virus Corona Dia ( Virus Corona) harus hidup pada Inangnya. Inangnya sudah mati. Virusya juga mati. Sama dngan HIV/ AIDS/ sama H5N1 ( Flu Burung)”
seseorang yang sudah positif Covid 19 pihak rumah sakit tidak memperbolehkan keluarganya menjenguk, dan ketika meninggal pun proses pemulasaranya dilakukan tertentu dan yang bisa menghadirinya juga orang terbatas, maka alangkah sedihnya keluarga korban Covid 19 ini jika mau berziarah dimakam korban Covid 19 ini masih saja dapat Diskriminasi dari masyarakat, bisa dibilang sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Pandangan Islam Terhadap Korban Wabah
Dalam sejarah Islam banyak juga sahabat yang wafat terkena suatu wabah pandemi seperti sekarang ini, dan itu bukan Aib bahkan Allah mengangkat derajat orang yang Meninggal karena Wabah ini sebagai Syahid Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Rasulullah Saw. bertanya (kepada sahabatnya): ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ Mereka menjawab: ‘Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah,’. Rasulullah Saw bersabda: ‘Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid.’ Para sahabat bertanya: ‘Mereka itu siapa ya Rasul? ‘Jawab Rasulullah Saw: ‘Orang yang gugur di medan perang itu syahid, orang yang mati di jalan Allah (bukan karena perang) juga syahid, orang yang tertimpa tha’un (wabah) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid” (HR Muslim).
Dalam Hadist diatas dijelaskan bahwa orang yang meninggal karena Wabah seperti Corona ini di sepadankan dengan orang yang gugur di dalam medan perang, yaitu mati Syahid yang mana pahalanya besar sekali sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Annisa: 74
“ Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barangsiapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya”
Jika Allah SWT memuliakan orang yang mati karena wabah sebagai Syahid maka kita umat Islam sudah barang tentu wajib memuliakanya, ada banyak manfaat jika kita memuliakan orang yang Meninggal karena Covid 19 ini diantaranya : Siapapun yang terkena Covid 19 akan dengan senang hati melapor kepada petugas dan tidak takut akan stigma jelek oleh Masyarakat sehingga virus tidak tersebar pada masyarakat luas. Jika mereka dikucilkan dan di stigma buruk maka kemungkinan mereka takut melapor sehingga mereka sembunyi sembunyi di tengah warga dan menyebabkan virus ini berkembang semakin luas. Maka sudah semestinya kita untuk menjauhi penyakitnya namun jangan orangnya.