Waspadalah Gelombang Ke-3 Covid Mengancam

  • Whatsapp

Oleh :
DR. dr. Robert Arjuna FEAS*
Pandemi covid berjalan waktu hampir 2 tahun, mulai Desember 2019 mewabah dari Wuhan ke seluruh penjuru dunia
Sempat mininggi di bulan Mei-Juni2021 terjadi di India maupun belahan dunia yang mencekam. Di Indonesia hampir tiap hari mendengar bunyi serine ambulance wira wirit membuat srmua orang ketakutan melalui program PPKM yang
terpadu dan teratur kita berhasil mengendalikan covid dengan baik bahksn di negara Asean kita mendapat juara 1 pengendalian vovid terbagus , namum srkarang kita lengah lagi Mulai PPKM tingkat 4 turun jadi 1 semua orang kelihatan bebas berkeliaran bahkan protokol kesehatan sudah mulai kendur kelihatan sebagian orang sudah lepas masker dan club malam dan karoake sudah mulai buka untuk umum, keru uman massa ini ditakuti , oleh Pemerintah mulai diwajibkan penjsgaan ketat covid -19 agar tidak menimbulkan wabah yang mencekam di bulan Desember ini.

Epidemiolog Dicky Budiman sebut gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia berpotensi terjadi di akhir Desember 2021, dengan adanya pelonggaran aktivitas. Kelompok masyarakat yang belum divaksin juga jadi salah satu faktor
Gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia berpotensi terjadi akhir Desember 2021, terlebih jika banyak pelonggaran aktivitas yang tidak dibarengi protokol kesehatan dan skrining ketat. Panel ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait COVID-19, Dicky Budiman mengungkap alasan Indonesia masih berpotensi mengalami gelombang corona selanjutnya.Bicara setiap gelombang tentu multifaktor, tetapi yang utama adalah adanya kelompok masyarakat yang rawan atau belum memiliki imunitas ya artinya dia belum divaksinasi atau belum menjadi penyintas
Kita melihat bagaimana pemerintah cukup inkonsisten ya. Pemerintah mewanti-wanti dulu agar diwaspadai adanya gelombang ketiga, tapi dari kebijakannya, sekarang ini pemerintah yang melonggarkan segala urusan. Bahkan mal 100 persen sekarang, hampir tidak ada lagi jaga jarak, tidak ada.Hermawan lantas mengingatkan, kebijakan pemerintah terkini tidak berdasarkan saintifik dan mitigasi risiko ancaman. Misalnya, pemerintah terkini memangkas masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional menjadi 3 x 24 jam bagi yang baru menerima satu dosis vaksin covid-19.

“Walaupun dalam prediksi lembaga AS (IHME) itu sudah mendekati 80 juta lah penduduk kita yang terinfeksi, ditambah dengan yang sudah divaksinasi menjadi katankanlah sudah 40 persen atau 50 persen,Menurut dia, tetap ada 50 persen penduduk Indonesia yang masuk kategori rawan COVID-19. Berkaca pada Singapura dengan cakupan vaksinasi tinggi, tetapi kasus COVID-19 masih bisa melonjak. Singapura aja itu 8 persen yang penduduknya belum divaksinasi penuh aja masih bisa meledak apalagi kita, jadi tu yang membuat kenapa potensi gelombang ketiga atau gelombang berikut itu menjadi tetap besar,” jelas dia.
Gelombang 3 Covid-19 RI diramal bisa datang secara tiba-tiba. Ini setidaknya dikatakan Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra.Ia menjelaskan gambaran mobilitas warga yang saat ini sudah hampir kembali seperti keadaan pra pandemi. Ini, kata dia, berpotensi besar menjadi akar penularan yang masif di lingkungan masyarakat.Apalagi saat ini kebijakan pemerintah juga sudah tidak merepresentasikan lagi kampanye menjaga jarak. Ia menyebut mungkin akan muncul mutasi Covid-19.Hemat kami akan ada suatu waktu yang sporadis, unpredictable, bisa jadi karena kekhawatiran kami, kasus covid-19 itu meledak tiba-tiba boleh jadi karena adanya mutasi virus baru yang kemudian adanya keramaian, penularannya semakin cepat,Hermawan belum bisa memastikan kapan potensi ledakan kasus covid-19 di Indonesia terjadi. Namun apabila berkaca pada pengalaman lonjakan kasus-kasus sebelumnya yang terjadi pada libur panjang seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru) hingga Idulfitri.
Alasan takut covid melonjak adalah :
1. Pembebasan pembatasan sosial teburu-buru
2. Kasus COVID-19 kurang terdeteksi, wilayah buru-buru ingin turun level
3. Masyarakat tak bisa tahan berkerumun di Natal dan Tahun Baru

Seiring membaiknya kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia kini, sejumlah pihak waswas soal potensi gelombang ketiga COVID-19 RI. Prediksi lonjakan kasus bakal balik lagi awal 2022 bermunculan akibat Natal dan Tahun Baru yang rentan tinggi mobilitas masyarakat.Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono menyebut besar risiko gelombang ketiga COVID-19 tiba di Indonesia. Menjelang Natal dan Tahun Baru, ia memprediksi lonjakan kasus bakal tiba Januari 2022.
Menurut Miko, potensi gelombang ketiga COVID-19 RI juga dipicu oleh pembebasan pembatasan sosial yang terburu-buru dan kemunculan subvarian Delta Plus atau AY.4.2 yang disebut-sebut lebih ganas. Diketahui, varian ini belum lama ditemukan di negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.Menurut saya potensi gelombang ketiga di Indonesia itu sangat besar. Satu, karena pembebasan pembatasan sosialnya terlalu terburu-buru. Menurut saya kurang hati-hati. Artinya hati-hati ada, tapi kurang perhatian. Kemudian pada varian baru. Varian baru bahkan sudah sampai di Singapura.
Menurut Miko, potensi kerumunan masyarakat di momen Natal dan Tahun Baru tak mungkin bisa dibendung. Hal inilah yang mungkin memicu potensi gelombang ketiga COVID-19 RI tiba Januari 2022.Namun ia optimistis, dengan adanya kekebalan baik dari vaksin COVID-19 atau alami dari infeksi, jumlah kasus COVID-19 harian di gelombang ketiga kelak tak akan semeledak pada gelombang 1 dan 2.
Sebab itu kita diminta terapkan ketat kefisplinan 3 M :menjaga jarak hindari kerumuman di nataru ini, mencuci tangan
Dan memakai masker yang tepat dab benar, kalau bukan dari kita siapa lagi?
RobertoNews 1126 《 19.11.21(18.00)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait