SIDOARJO, beritalima.com – Pagelaran wayang bisa jadi contoh sekaligus cermin bagi perilaku hidup manusia. Wayang banyak mengandung nilai-nilai luhur yang sangat bermanfaat jika di aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf saat menghadiri Pagelaran Wayang Kulit ‘Padepokan Madya Jenggala Nusantara’ dalam rangka malam Suro sekaligus 1 Muharram 1439 H di Tulangan, Kab. Sidoarjo, Rabu (11/10) malam.
Dikatakannya, cerita cerita pewayangan terkadang diambil dari kisah hidup seseorang yang memiliki nilai manfaat yang luar biasa. Melalui pagelaran wayang kulit, penonton diajarkan untuk dapat memilah dan memilih hal hal yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
“Wayang dapat digunakan sebagai tuntunan bagi manusia. Tuntunan yang baik akan memberi efek positif bagi masyarakat dan lingkungan,” terangnya.
Menurutnya, wayang kulit semalam suntuk ini keberadaanya tidak bisa dipisahkan dari seni dan budaya Indonesia. Ini menunjukkan, wayang tambah ramai dan digemari masyarakat khususnya di Jatim.
Gus Ipul sapaan akrabnya meminta agar masyarakat terus menjaga, melestarikan dan mencintai wayang sebagai warisan budaya asli Indonesia. “Jangan sampai orang luar negeri mencintai wayang. Akan tetapi, kita sendiri tidak mencintai wayang,” tegasnya.
Dalam pandangannya, wayang mengajarkan cerita kebaikan dan kebathilan. Artinya, wayang adalah sebuah karya seni dan budaya yang mengajarkan kebaikan dalam hal perilaku dan tuntunan. Sementara, ada pula sifat sifat pewayangan yang sombong, angkuh dan bathil yang harus dijauhi manusia.
“Intinya wayang adalah suatu kisah kehidupan alam semesta dimana ada bumi, matahari dan bulan. Di panggung, terdapat tokoh pewayangan yang memiliki simbol kebaikan dan kebathilan. Kesemuanya bisa di rangkum menjadi sebuah cerita indah berkat keahlian dari Dalang yang menjadi otak dari pewayangan tersebut,” imbuhnya.
Gus Ipul menyimpulkan, bahwa wayang merupakan alat perekat persatuan dan kesatuan. Semua golongan duduk bersama tanpa ada pembedaan untuk menikmati setiap cerita pewayangan. “Kita bisa lihat semua golongan baik tua, muda, kaya dan miskin duduk sama untuk menyaksikan wayang kulit. Semua tidak ada perbedaan. Inilah kekayaan kita sebagai bangsa Indonesia yang telah menjadi warisan dunia,” pungkasnya. (rr).