Wayang Kulit dan Eksistensinya di Era Modern

  • Whatsapp

beritalima.com – Wayang Kulit merupakan salah satu seni pertunjukan khas Jawa yang sudah ada sejak lama. Wayang Kulit bahkan telah diakui oleh UNESCO sebagai ‘masterpiece’ budaya dunia. Walaupun begitu, zaman sekarang, banyak generasi muda yang sudah mulai meninggalkan nilai-nilai budaya Indonesia, termasuk Wayang Kulit.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan seni dan budaya. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki budayanya masing-masing. Seperti contohnya Tari Tor-Tor (Sumatera Utara), Lagu Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan), Ondel-Ondel (Betawi), Wayang Kulit (Jawa Tengah), dan lain-lain.

Wayang Kulit merupakan boneka yang terbuat dari kulit sapi dan dimainkan oleh seorang dalang. Kesenian khas Jawa Tengah ini mengandung nilai moral yang menceritakan tentang hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhannya. Pementasan wayang sudah ada sejak dulu dan pernah digunakan oleh wali songo sebagai media dakwah. Selain itu, pementasan wayang juga berfungsi sebagai media hiburan, edukasi, dan solidaritas sosial.

Dulu, pementasan wayang selalu ramai didatangi penonton. Mereka yang datang untuk menonton terdiri dari berbagai usia, mulai dari anak kecil hingga orangtua. Namun, seiring berkembangnya zaman dan teknologi, kini pementasan wayang sudah sulit ditemukan. Kesenian tradisional, termasuk Wayang Kulit sudah mulai tergantikan oleh budaya-budaya asing yang masuk melalui globalisasi.

Zaman sekarang, banyak generasi muda yang buta akan kesenian tradisional. Kesenian daerah seperti karawitan, gamelan, dan wayang kulit kini sudah banyak dilupakan oleh generasi muda atau yang kerap disebut kaum millennial. Kaum millennial mungkin akan lebih mengenal Batman, Ironman, atau Spongebob ketimbang Bima, Arjuna, Yudhistira, dan kawan-kawannya.

Padahal, tahun 2003, UNESCO telah mengakui wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity yang seharusnya membuat kita lebih bangga dan bisa melestarikan wayang. Ironisnya, seperti yang dilansir oleh kompas.com, pemuda-pemuda asal luar negeri lebih berminat mempelajari kebudayaan Indonesia ketimbang para pemuda Indonesia itu sendiri.

Menurut penuturan Dr. Indro Moerdisuroso, M.Sn, seorang Dosen Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta, ada dua hal yang harus diperhatikan agar generasi muda bisa ikut melestarikan kebudayaan Indonesia, yang pertama mau bersusah-susah memahami apa itu Wayang Kulit. Dikatakan susah karena memahami kesenian tradisional tidak semudah memahami kesenian modern. Kedua, harus ada rasa kagum dalam diri kita. Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa Wayang Kulit merupakan hasil ciptaan nenek moyang kita. Peninggalan nenek moyang ini memiliki makna kehidupan yang dalam apabila benar-benar dipahami.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi penulis, sikap cinta budaya juga bisa diperoleh apabila nilai-nilai budaya ditanamkan sejak kecil, yaitu dengan cara:

1. Mengajak anak mengunjungi pementasan wayang
Agar generasi muda bisa melestarikan kebudayaan Indonesia terutama Wayang Kulit, tentu mereka harus kenal apa budaya itu sejak kecil. Pihak sekolah, sebagai pengajar kedua setelah orangtua, memiliki peran yang sama pentingnya dalam menanamkan nilai-nilai budaya sejak dini. Pihak sekolah bisa mengadak study tour ke Museum Wayang atau melakukan kunjungan ke pementasan wayang.

2. Membacakan cerita pewayangan pada anak
Selain melakukan kunjugan langsung ke pementasan wayang atau ke Museum Wayang, para orangtua juga bisa mencari cara yang lebih mudah dan praktis, yaitu membacakan cerita pewayangan pada anak. Anak kecil, biasanya, suka minta dibacakan cerita pengantar tidur. Apa salahnya jika mengganti cerita Putri Salju atau Cinderella dengan cerita Pandawa?

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, masih ada banyak cara bagi generasi muda untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh Ratnanto Adhi Putra Wicaksono, seorang dalang remaja asal Yogyakarta ini mengaku dengan tergerusnya budaya Indonesia di era modern, maka semakin semangat pula ia melestarikan budaya Indonesia supaya tidak punah dan tidak tergerus oleh budaya asing.
Dari Wayang Kulit, kita bisa belajar makna kehidupan dan nilai positif lainnya. Kita sebagai generasi muda boleh menerima dan menyukai budaya asing, namun jangan sampai kita sebagai penerus bangsa ini melupakan nilai-nilai luhur yang telah menjadi ciri khas dan karakter dari bangsa Indonesia itu sendiri.
Blenda Azaria Rahardjo

Blenda Azaria Rahardjo,
mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Program Studi Jurnalistik.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *