Jakarta, Pandemi Covid semakin tidak menentu, namun Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) baru-baru ini memberikan rekomendasi tentang dua obat yang manjur untuk diberikan kepada pasien Covid-19 yang memiliki gejala parah.
Menurut analisis yang telah mengambil sampel hampir 11 ribu pasien, obat radang sendi bernama “tocilizumab dan sarilumab” secara langsung mampu menurunkan risiko kematian dan kebutuhan akan ventilator di antara pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Studi tersebut muncul di Journal of American Medical Association dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga merekomendasikan penggunaan tocilizumab dan sarilumab sebagai obat yang ampuh dalam menyembukan pasien dengan Covid yang memiliki gejala parah atau kritis.
Seorang profesor di King’s College London, Manu Shankar-Hari mengatakan bahwa penelitian tersebut mewakili “bukti definitif” yang mendukung obat-obatan tersebut setelah penelitian sebelumnya menghasilkan hasil yang beragam. Studi tersebut mengatakan bahwa di antara pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, pemberian salah satu obat selain kortikosteroid mengurangi risiko kematian hingga 17 persen, dibandingkan dengan penggunaan kortikosteroid saja.
Sedangkan di Indonesia sedang mengejar Herd immunity dengan melakukan vaksinasi 1 jt perhari, Saat ini Indonesia telah menerima sebanyak 104.728.400 dosis vaksin dari Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm.
Menurut pengamat militer Wibisono mengatakan bahwa herd immunity, adalah konsep yang digunakan untuk imunisasi, di mana suatu populasi dapat terlindung dari virus tertentu jika suatu ambang cakupan imunisasi tertentu tercapai.
“Kekebalan kelompok tercapai dengan cara melindungi orang dari virus, bukan dengan cara memaparkan orang terhadap virus tersebut, Vaksin melatih sistem imun kita untuk menciptakan protein yang dapat melawan penyakit, yang disebut ‘antibodi’, seperti jika kita terpapar pada suatu penyakit, tetapi perbedaan pentingnya adalah bahwa vaksin bekerja tanpa membuat kita sakit. Orang yang telah diimunisasi terlindung dari penyakit yang bersangkutan dan tidak dapat menyebarkannya, sehingga memutus rantai penularan.” Ujar Wibisono mengatakan awak media dijakarta Rabo (07/07/2021).
“Indonesia masih sangat jauh untuk mencapai herd immunity, tantangan yang dihadapi Indonesia setidaknya ada dua, yakni kesediaan vaksin dan varian virus corona yang terus berkembang,” kata wibisono yang juga founder Tftt-Biotech
Data dari penelitian-penelitian seroprevalensi dari seluruh dunia mengindikasikan bahwa kurang dari 10% subjek penelitian pernah mengalami infeksi, yang berarti bahwa sebagian sangat besar penduduk dunia masih rentan terhadap virus ini.
Dalam hal jenis coronavirus lain seperti batuk pilek, SARS-CoV-1, dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) kekebalan menurun dari waktu ke waktu, seperti penyakit-penyakit lain. Meskipun orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 mendapatkan antibodi dan kekebalan, kita masih belum tahu seberapa lama antibodi dan kekebalan tersebut bertahan.
Wibi menambahkan, Kesediaan vaksin ketika penyebaran virus corona masih merupakan jenis yang asli (virus pertama yang diidentifikasi di Wuhan, China pada Desember 2019), para ahli di dunia mengatakan bahwa herd immunity dapat tercapai jika proporsi minimal 70 persen penduduk sudah divaksin terpenuhi.
“Jadi 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia, artinya sekitar 189 juta penduduk Indonesia sudah mendapat vaksin penuh (dua dosis vaksin Covid-19).Dengan kata lain, total dosis vaksin yang dimiliki Indonesia harus ada 378 juta dosis untuk minimal 189 juta orang.” Kata Wibi
Salah satu upaya dari peran swasta dari Perusahaan Pelayanan kesehatan Tftt-Biotech dalam rangka membantu pemerintah adalah dengan suntik immun booster, Suntik immune booster ini efektif mencegah dan menyembuhkan pasien positif Covid,” seharusnya pemerintah banyak melibatkan peran swasta agar penularan virus Covid ini bisa di cegah, ” pungkas Wibisono. (red)